Banyuwangi (Warta Blambangan) Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Senin (24/03/2025) dipenuhi wajah-wajah yang berseri. Puluhan penyuluh agama Islam berkumpul, mengenakan pakaian rapi, membawa harapan dalam dada. Mereka bukan sekadar hadir untuk menerima selembar surat keputusan, tetapi juga untuk mengukuhkan tekad mereka dalam mengemban tugas mulia sebagai penyuluh agama.
Di barisan depan, Mastur, Kepala Seksi Bimas Islam, berdiri tegak, menatap para penyuluh dengan penuh penghargaan. Suaranya tenang namun penuh wibawa saat ia mengingatkan bahwa perjalanan mereka sebagai penyuluh belum selesai.
“Kalian telah dinyatakan lulus sebagai PPPK, namun tugas sebagai penyuluh agama tetap berlanjut. Masyarakat masih membutuhkan kehadiran kalian,” katanya.
Di sudut ruangan, beberapa penyuluh tampak saling berbisik, mengangguk-angguk setuju. Ada kebanggaan dalam hati mereka, tetapi juga kesadaran bahwa amanah ini bukan hal yang ringan.
Saat giliran Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, menyampaikan pembinaannya, suasana menjadi lebih hening. Kata-katanya tajam namun mengandung nasihat yang dalam.
“Penyuluh agama itu seperti lentera. Cahayanya harus menerangi, bukan malah membakar. Integritas kalian bukan hanya dinilai dari ceramah yang disampaikan, tetapi dari bagaimana kalian hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.
Beberapa penyuluh menunduk, merenungi ucapannya. Mereka tahu, profesi ini menuntut lebih dari sekadar ilmu dan wawasan agama. Mereka harus hadir, mendengar, memahami, dan menjadi teman bagi masyarakat yang butuh bimbingan.
Ketika SK mulai dibagikan, satu per satu penyuluh melangkah maju dengan mata berbinar. Ada yang mengusap sudut mata, ada yang tersenyum penuh syukur. SK itu bukan sekadar dokumen administratif, melainkan simbol perjalanan panjang yang akhirnya mendapatkan pengakuan.
Di akhir acara, seorang penyuluh berbisik kepada rekannya, “Bukan soal besarnya honor, tapi bagaimana kita bisa bermanfaat.”
Keduanya saling tersenyum, lalu berjalan keluar aula dengan langkah yang lebih mantap. Di luar sana, masyarakat menanti mereka—bukan hanya sebagai penyuluh, tetapi sebagai lentera yang membawa cahaya harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar