Banyuwangi, (Warta Blambangan) Bertepatan dengan libur Imlek, Rabu (29/01/2025) komunitas Lentera Sastra Banyuwangi menggelar kegiatan Ngopi Sastra (Ngobrol Inspirasi Sastra) di Pantai Cacalan, Banyuwangi. Acara ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan tahun sebelumnya sekaligus merancang program kerja tahun 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi Syafaat menyampaikan bahwa pada tahun 2025, komunitas ini akan fokus pada dua agenda utama, yaitu pelatihan menulis cerita pendek berlatar Banyuwangi dan bimbingan teknis konvensi hak anak. Selain itu, mereka juga berencana mengadakan pelatihan pembuatan video profesional sebagai bentuk pengembangan keterampilan kreatif bagi para anggotanya.
Dalam sesi awal, para peserta berdiskusi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2024. Beberapa program yang berhasil dijalankan di antaranya adalah pelatihan jurnalistik sastra, diskusi puisi, serta keterlibatan anggota komunitas dalam berbagai acara budaya dan literasi di Banyuwangi.
“Banyak capaian yang membanggakan di tahun 2024. Kita telah melibatkan lebih banyak anak muda dalam dunia sastra dan memperkenalkan sastra lokal kepada khalayak yang lebih luas,” ujar Ketua Lentera Sastra Banyuwangi.
Namun, ia juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan sumber daya dan masih perlunya peningkatan kualitas karya yang dihasilkan. Oleh karena itu, evaluasi ini menjadi langkah penting untuk memperbaiki dan meningkatkan program di tahun 2025.
Salah satu program unggulan tahun ini adalah pelatihan menulis cerita pendek berlatar Banyuwangi. Ketua komunitas menegaskan bahwa Banyuwangi memiliki kekayaan cerita rakyat yang luar biasa dan dapat diangkat dalam berbagai karya sastra.
“Dari legenda Sri Tanjung-Sidopekso, kisah Buyut Cili, hingga mitos-mitos tentang Ijen dan Alas Purwo, semua itu bisa menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya,” katanya.
Pelatihan ini diharapkan dapat menggali lebih banyak potensi penulis muda yang ingin mengangkat kearifan lokal dalam karya mereka. Dengan pendekatan kreatif, para peserta akan dibimbing untuk mengolah cerita rakyat menjadi cerpen yang menarik, tidak hanya bagi pembaca lokal tetapi juga untuk audiens yang lebih luas.
Selain fokus pada pengembangan sastra, Lentera Sastra Banyuwangi juga berkomitmen pada isu sosial, salah satunya adalah hak anak. Oleh karena itu, mereka akan mengadakan bimbingan teknis konvensi hak anak bagi para anggotanya.
“Kami ingin menjadikan sastra sebagai media edukasi yang dapat meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak. Melalui cerita dan puisi, kita bisa menyampaikan pesan penting dengan cara yang lebih mengena,” jelas Syafaat.
Bimbingan ini akan melibatkan narasumber dari berbagai latar belakang, termasuk pegiat literasi, aktivis perlindungan anak, dan akademisi. Harapannya, anggota Lentera Sastra Banyuwangi tidak hanya mampu menghasilkan karya sastra yang berkualitas, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman, Lentera Sastra Banyuwangi juga akan mengadakan pelatihan pembuatan video profesional. Program ini bertujuan untuk membekali anggota dengan keterampilan dalam produksi konten digital, terutama dalam mengemas karya sastra dalam bentuk visual.
“Kita tidak bisa hanya terpaku pada media cetak. Sastra juga bisa berkembang dalam bentuk video, film pendek, atau bahkan animasi. Dengan keterampilan ini, kita bisa menjangkau lebih banyak orang dan memperkenalkan sastra Banyuwangi dengan cara yang lebih modern,” ujar Ambar Afiah salah satu anggota komunitas.
Pelatihan ini akan mencakup berbagai aspek, mulai dari penulisan skenario, teknik pengambilan gambar, hingga proses editing. Dengan demikian, peserta dapat mengolah karya sastra mereka menjadi konten digital yang menarik dan berkualitas.
Dipilihnya Pantai Cacalan sebagai lokasi Ngopi Sastra bukan tanpa alasan. Pantai yang terletak di wilayah Kalipuro, Banyuwangi ini dikenal dengan suasana yang tenang dan pemandangan Selat Bali yang indah.
“Tempat ini sangat inspiratif. Angin laut, suara ombak, dan keindahan alamnya membuat kita lebih rileks dan kreatif. Sastra butuh suasana yang mendukung, dan Pantai Cacalan adalah salah satu tempat terbaik untuk itu,” ungkap Nur Saewan seorang anggota Lentera Sastra
Para anggota komunitas terlihat antusias mengikuti diskusi, sembari menikmati kopi dan kudapan yang disediakan. Beberapa bahkan spontan membaca puisi dan berbagi pengalaman mereka dalam menulis.
Dengan agenda yang sudah dirancang, Lentera Sastra Banyuwangi berharap tahun 2025 menjadi tahun yang lebih produktif dan bermanfaat bagi komunitas sastra di Banyuwangi. Mereka mengajak lebih banyak anak muda untuk bergabung dan berkontribusi dalam dunia literasi.
“Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tapi juga tentang menyampaikan pesan, menggali kearifan lokal, dan menyebarkan inspirasi. Mari kita bersama-sama menjadikan sastra sebagai bagian dari kehidupan kita,” pungkas Syafaat.
Dengan semangat baru, Lentera Sastra Banyuwangi siap melangkah lebih jauh, membawa sastra Banyuwangi ke tingkat yang lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar