Empat petugas Kloter ngawal satu jamaah Dan Jamaahnya Hilang
Terdengar aneh tetapi nyata, meskipun pada akhirnya ketemu juga, namun sempat membuat kami bingung ketika jamaah haji yang baru menginjakkan kaki di Masjidil Haram belum ditemukan, dan jamaah tersebut melakukan thawaf bersama empat orang tim kloter yang melakukan thawaf di barisan paling akhir.
Ritual awal yang dilakukan jamaah ketika pertama kali ke kota Makkah adalah melakukan umrah bagi yang melaksanakan haji Tamattu (Umroh dulu kemudian haji) atau Thawaf Qudum (thawaf kedatangan) bagi yang Haji Ifrot, pelaksanaan kegiatan ini untuk pertama kalinya dipandu oleh petugas PPIH Saudi Arabia, dengan mengingat hal ini merupakan pertama kalinya dilakukan jamaah haji dan bersama-sama, sehingga jika tidak diatur, dikhawatirkan terjadi masalah. Begitupun dengan jamaah haji yang memakai kursi roda juga harus diperhitungkan, dan akan dibantu oleh Satgas lansia yang berada di tiap-tiap sektor yang akan membantu dari mulai keluar dari hotel hingga terminal jiyat yang dekat dengan Masjidil Haram.
Sudah saya perhitungkan untuk membawa semua jamaah haji melakukan umrah malam hari setelah shalat isya, kami sampaikan Makkah jam dua siang, terlalu resiko jika pertama kali umrah dilakukan sore hari, udara masih terasa panas, jamaah juga belum terbiasa dengan cuaca ekstrim meskipun kita hidup di garis khatulistiwa, jika di Indonesia ketika ditengah terik kita merasakan angin spoy, sedangkan di Saudi Arabia di musim panas, setelah sholat magribpun suhu masih empat puluh, karenanya lebih aman dan nyaman ke Masjidil Haram setelah isya.
Di terminal sudah ada petugas yang mengarahkan dan membantu, terutama bagi jamaah lansia, beberapa jamaah minta pengarahan sebelum rombongan mereka menuju Haram, saya menyampaikan tentang thawaf dan bagaimana kembali ke terminal, karena dalam Bimbingan Manasik Haji hanya disampaikan materi Ibadah, dan jarang disampaikan kondisi Masjidil Haram yang jika salah jalan akan berakibat tersesat.
Jamaah haji yang masih sehat melakukan thawaf secara rombongan, sedangkan yang lansia dan atau memakai kursi roda menggunakan jasa pendorong dengan rompi khusus, ada petugas yang membantu negosiasi harga wajar agar jamaah haji tidak membayar terlalu mahal.
Saya dan tim kloter berangkat dari terminal menuju masjid paling belakang, ada satu jamaah haji yang bersama kami, dia mendampingi Jamaah yang memakai kursi roda yang telah di dorong oleh pekerja, kita tak mampu mengikutinya, mereka seakan berlari mendorong jamaah melakukan thawaf dan Sai.
Saya mendahului empat tim kloter dengan menitipkan satu jamaah bersamanya, saya ingin thawaf dan Sai sendiri agar lebih cepat dan berada di terminal kembali sebelum jamaah datang, saya thawaf di lantai bawah, dekat dengan Ka'bah, Sai pun juga setengah berlari, sesegera mungkin kembali ke Terminal, dan ketika sampai di terminal, ternyata jamaah haji yang Thawaf dan Sai nya memakai jasa pendorong yang sepertinya orang Afrika sudah duluan sampai, padahal mereka Thawaf di lantai atas yang sekali putaran sekitar satu kilometer.
Saya menunggui jamaah haji yang pakai kursi roda di Terminal hingga beberapa menit lamanya, ada petugas Dalgas (Pengendali Petugas) yang membantu jamaah dibawa ke hotel. Saya harus tetap menunggu jamaah, termasuk jamaah haji pendamping yang yang Thawaf bersama empat tim Kloter.
Beberapa saat kemudian empat tim Kloter sampai di terminal dan ketika saya tanya dimana satu jamaah haji yang bersama nya, ternyata satu jamaah tersebut tidak ditemukannya, saya juga sempat terkejut,
Kok bisa satu jamaah dikawal empat orang tidak ditemukan.
Itulah kenyataannya dan kamipun harus mencari dimana jamaah haji ini berada.
Makkah, 28/06/2024.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar