Masjid Ali bin Abi Thalib
Dari dalam Masjid Nabawi, keluar melalui pintu 315, ada jalan besar (Jalan As Salam) membentang yang dibelah dengan sejalur taman, tidak banyak kendaraan yang melalui jalur menuju masjid ini karena memang tidak diperkenankan kendaraan melintas, kecuali tujuan beberapa hotel yang ada ditempat tersebut.
Disisi kiri sekitar 100 meter dari pintu 315 ada bangunan Masjid dengan satu menara, pintu gerbang besar tanpa pagar nampak ditepi jalan menuju masjid yang tertutup rapat tersebut, di bagian atas pintu masuk terdapat papan nama bertuliskan Masjid Ali Bin Abi Thalib, sejarah berdirinya masjid diabadikan dalam sebuah tulisan berbahasa arab dan Inggris didepan masjid yang dapat dibaca dan difahami.
Saya pertama kali datang hanya mengintip dari jendela kaca kondisi dalam masjid, sementara disisi kanan nampak juga bangunan tua yang kondisi bangunannya nampak bangunan kuno terbuat dari bata. Memang tidak ada anjuran bagi jemaah haji atau umrah untuk salat maupun beribadah di tempat tersebut, karenanya tidak nampak jamaah ditempat tersebut, tidak seperti Masjid Ghamamah dan Masjid Abu Bakar As Sidiq yang ramai dengan pengunjung, terutama pagi hari setelah shalat subuh.
Masjid ini hanya dibuka beberapa waktu saja, kebetulan saya datang kedua kalinya setelah Maghrib, dan dapat memasuki masjid yang nampak asri, beberapa pengunjung nampak melakukan sholat sunah di dalamnya.
Masjid ini dibangun pada masa Umar bin Abdul Aziz memerintah Madinah Kemudian direnovasi oleh Gubernur Dhaigham Al-Manshuri, Gubemur Madinah tahun 881 H. Setelah itu juga direhab oleh Sultan Abdul Majid I, tahun 1269 H.
Masjid ini berbentuk persegi panjang. Dari timur ke barat, panjangnya 35 meter dan lebar sembilan meter. Terdiri dari satu serambi yang berakhir dari dua arah; timur dan barat dengan satu kamar kecil.
Mihrabnya berada di tengah dinding kiblat. Tingginya mencapai tiga meter. Cekungannya kira-kira 1,25 meter. Menara masjid berdiri tegak di sebelah timur dekat dengan jalan masuk masjid, tidak terlalu tinggi dan memiliki satu balkon. Berakhir dengan bentuk kerucut dari logam.
Masjid Ali bin Abi Thalib dibangun dengan batu basal, dan terlihat bata merah, dicat dengan warna putih. Dinding sebelah timurnya dihias dengan batu hitam.
Meskipun tidak dapat masuk setiap saat kedalamnya mungkin dengan alasan tertentu yang mengakibatkan masjid ini ditutup dan dibuka saat tertentu saja, masjid yang konon didirikan ditempat kediaman sahabat Ali bin Abi Thalib ini untuk mengenang perjuangan sang Khalifah, setidaknya kita tahu bahwa dekat dengan Masjid Nabawi ada monumen berupa Masjid untuk mengenang Sahabat dan menantu Nabi Muhammad Saw, suami dari Fatimah RA.
Masjid Ali bin Abi Thalib tidak jauh jaraknya dengan Masjid Ghamamah dan Masjid Abu Bakar As Sidiq, karenanya tidak salah jika ada yang menyebutkan bahwa pembangunan masjid tersebut sebagai salah satu penanda bahwa tempat tersebut dulunya pernah digunakan untuk sholat Ied, sebagaimana ditulis di papan depan masjid.
Saya memang beberapa kali mengunjungi beberapa tempat disekitar Masjid Nabawi, terutama yang sejalur dengan penginapan kami yang berada di sisi kanan masjid, orang-orang menyebutnya bahwa dari hotel kami menuju masjid harus melewati padang mahsyar, karena diantara hotel kami dan halaman utama masjid terdapat hamparan halaman pengembangan masjid yang yang luasnya melebihi lapangan sepak bola dan belum ada payungnya sebagaimana halaman utama masjid.
Madinah, 02/07/2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar