Kebun Saqifah Bani Saidah
Terlihat biasa saja, seperti tak ada istimewanya, namun jika di perhatikan, tempat yang sekarang ditutup tersebut ada yang istimewa, sebatang pohon kering dibiarkan sendirian, padahal bisa saja buldozer disampingnya dengan mudah menumbangkannya. Letaknya tidak jauh dari Masjid Nabawi, jamaah haji Indonesia tahun 2024 dengan mudah menemukan di pintu 324, ada pagar mengelilingi yang nampaknya akan ada pembangunan baru di tempat tersebut.
Dipetilasan yang sekarang berada di lapangan luas yang dulu gedung-gedung tinggi menjulang, 1433 tahun silam, para sahabat Anshar berkumpul di sebuah kebun, sedianya mereka hanya ingin memilih pemimpin Kota Madinah setelah mangkatnya Nabi Muhammad.
Namun, kehadiran beberapa sahabat Muhajirin dalam forum di Saqifah, obrolan berubah ke arah siapa yang akan memimpin ummat Islam secara umum, bukan sekedar hanya pemimpin di kota Yatsrib saja. Maka setelah itu, dipilihlah Abu Bakar menjadi Khalifah secara mayoritas yang hadir.
Saqifah Bani Saidah atau As-Saqifah pada tahun 11 Hijriah silam merupakan bangunan beratap yang digunakan oleh kabilah Bani Saidah, suku Khazraj, salah satu kabilah yang berasal dari Madinah, Hijaz, barat daya Jazirah Arab.
Dulunya, Saqifah Bani Saidah yang letaknya berada di barat daya kediaman Nabi Muhammad Saw ini merupakan pemukiman dan perkebunan milik kabilah Bani Saidah. Pada awalnya bentuk saqifah sangat besar, dikarenakan saqifah berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kaum Anshar.
Karena belum banyak gedung seperti sekarang, menurut beberapa sumber, saat itu di depan Saqifah terdapat halaman yang luas dan lebar dan di dekatnya terdapat sumur milik Bani Saidah. Saat ini, Saqifah menjadi sebuah taman berpagar yang didalamnya sedang ada aktivitas pembangunan sebagai salah satu rencana besar Kerajaan Saudi Arabia untuk pembangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, masyarakat tidak bisa leluasa bermain atau kongkow karena pagar proyek, terlebih hanya tersisa satu pohon kering saja di tempat tersebut.
Saqifah Bani Saidah kerap kali disebut dalam buku-buku sejarah Islam, terutama ketika menceritakan peristiwa pemilihan pemimpin pasca wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 11 Hijriyah bertepatan dengan tahun 632 M.
Dari berbagai sumber, disampaikan bahwa pemilihan khilafah Islamiyah sejatinya sahabat Ansor saat itu sudah mempunyai dan sudah siap akan membaiat kandidat yang mereka usung, yaitu Saat bin Ubadah.
Namun, akhirnya, setelah terjadi berbagai diskusi, pertimbangan serta suara mayoritas forum yang hadir, terutama usulan dari Sahabat Muhajirin yang di antaranya Sahabat Umar, mengusulkan Abu Bakar. Kaum Anshor rela menyerahkan posisi khalifah kepada Sayidana Abu Bakar Shiddiq atas usulan Sayidina Umar, bahwa saat itu sempat terjadi perdebatan. Bahkan kelompok Ansor sempat berujar minna amirun wa minkum amirun yang artinya, dari kelompok kita memilih pemimpin sendiri dan dari kelompok lain memilih ketuanya sendiri juga.
pada akhirnya Sayidana Umar berhasil meyakinkan kaum Ansor sehingga mereka membaiat Sahabat Abu Bakar. Padahal, sebetulnya sahabat Abu Bakar cenderung memilih satu di antara dua orang, yaitu Abu Ubaidillah bin al Jarrah dan Umar bin Khottab, untuk menjadi khalifah.
Akan tetapi, Sayyidana Umar menolak dan berujar, "Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya terdapat Abu bakar". Dan Umar pun mengulurkan tangannya membaiat Sahabat Abu Bakar begitu juga dengan sahabat yang lainnya.
Melihat Taman Saqifah Bani Saidah, Saksi Bisu Pemilihan Abu Bakar Menjadi Khalifah
Taman berpagar setinggi dua anak-anak ini berisi berbagai tanaman. Namun, pohon kurma yang menjulang tinggi lebih mendominasi taman yang dulunya menjadi peristiwa penting setelah wafatnya Rosulullah.
Dipetilasan yang sekarang terhimpit oleh berbagai gedung ini, 1432 tahun silam, para sahabat Anshar berkumpul. Sedianya mereka hanya ingin memilih pemimpin Kota Madinah setelah mangkatnya Nabi Muhammad.
Namun, kehadiran beberapa sahabat Muhajirin dalam forum di Saqifah, obrolan berubah ke arah siapa yang akan memimpin ummat Islam secara umum. Bukan sekedar hanya pemimpin di kota Yatsrib saja. Maka setelah itu, dipilhlah Abu Bakar menjadi Khalifah secara mayoritas yang hadir.
Saqifah Bani Saidah kerap kali disebut dalam buku-buku sejarah Islam, terutama ketika menceritakan peristiwa pemilihan pemimpin pasca wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 11 Hijriyah bertepatan dengan tahun 632.
Pakar Sejarah Islam Nasrullah Jasam mengungkapkan, bahwa pada peristiwa pemilihan khilafah Islamiyah sejatinya sahabat Ansor saat itu sudah mempunyai dan sudah siap akan membaiat kandidat yang mereka usung, yaitu Saat bin Ubadah.
Namun, akhirnya, setelah terjadi berbagai diskusi, pertimbangan serta suara mayoritas forum yang hadir, terutama usulan dari Sahabat Muhajirin yang di antaranya Sahabat Umar, mengusulkan Abu Bakar
"Perbedaan pandangan dalam memilih pemimpin adalah hal yang lumrah, dan ini terjadi antara sahabat dari kalangan Anshor dan Muhajirin. Bahkan kalangan bani Hasyim memiliki pandangan lain yang karena beberapa alasan cenderung memilih Sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah,"
Sehingga, hal-hal yang sudah diputuskan akan menjadi keputusan bersama dan harus ditaati. "Demi kesejahteraan dan kedamaian ummat.
Dalam hal ini, sikap Sayyidina Umar patut dijadikan contoh. Ketika Abu Bakar memintanya untuk menjadi seorang Kholifah maka dia tidak bersedia ketika masih ada orang yang kemampuannya diatasnya.
Semoga peristiwa Saqifah Bani Sa'idah bisa menjadi renungan bagi para pemimpin bangsa.
Saqifah Bani Saidah layak dikunjungi sebagai refleksi diri bahwa Hendaknya setiap orang menyadari dan mengukur diri akan kemampuannya,.
Madinah, 05/07/2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar