Jamaah Haji Lantai 12 Bilal Hotel
Beberapa tim Kloter kaget ketika saya sampaikan ke group WhatsApp khusus petugas jika sebentar lagi jamaah haji lantai 12 Bilal Hotel sejumlah 151 jamaah akan datang, kedatangan mereka sepuluh hari setelah kita berada di Misfalah, terutama dokter Cici yang merasa pernah melakukan cek kesehatan jamaah haji di lantai 12, sebuah pertanyaan yang lumrah dan logis ketika jamaah belum datang, namun di Kamar sudah ada jamaah yang minta diperiksa kesehatannya. Raut wajah dokter Cici sedikit gugup, saya kira bukan karena melihat wajah saya yang mengakibatkan jatuh cinta, namun memang kaget dengan penuh tanda tanya.
Lantai 12 merupakan lantai paling atas Bilal Hotel, bangunan tidak secara penuh untuk kamar. Bagian depan dan belakang dijadikan Rooftop yang digunakan jamaah menjemur pakaian, seringkali jamaah haji yang menjemur pakaian tidak turun, terutama bagi yang menjemur pakaian pada siang hari, mereka duduk-duduk di lorong karena tidak membutuhkan waktu lama agar pakaian menjadi kering, terlebih mencuci pakaian dengan mesin cuci yang juga menggunakan pembilas, sehingga waktu mencuci dengan menjemur pakaian lebih lama mencuci, wajar saja mereka menunggu di lorong, karena menjemur pakaian siang hari di Roof top tidak sampai satu jam, saya seringkali menjemur pakaian setelah sholat Ashar dan mengambilnya setelah sholat isya, karena di jam tersebut meskipun matahari sudah mulai tenggelam hingga tak nampak, panas udara masih sanggup untuk mengerjakan baju, berbeda dengan di Indonesia, ketika Maghrib pakaian tidak diambil dari jemuran di luar rumah, bisa dipastikan pakaian kembali anyep.
Pemandangan di Roof top lumayan bagus, kita bisa melihat Tower Zamzam dari atas di sela-sela jemuran, dan Alhamdulillah tidak ada jemuran daleman yang sudah tidak layak pakai ikut dijemur di Roof top.
Saya tadinya juga tidak ngerti jika pada pekan pertama kita datang, sebenarnya jamaah yang seharusnya menempati lantai 12 belum datang, sehingga ketika dokter Cici yang masih muda dan belum bersuami tersebut menceritakan tentang pengalamannya di lantai 12 untuk memeriksa jamaah di kamarnya yang juga berantakan sebagaimana kamar jamaah haji lainnya, banyak petugas kloter yang merinding, termasuk juga saya. Dalam hati saya bertanya, kenapa yang di hubungi jamaah lantai 12 adalah dokter Cici yang belum menikah?, lantas sebenarnya jamaah ini siapa dan darimana?, dan mengapa tahu nomor WhatsApp dokter cantik ini. Dan kenapa tidak memilih dokter lainnya.
Saya tidak ingin teman-teman dilanda ketakutan, saya ngarang cerita saja bahwa jamaah tersebut adalah jamaah kita di lantai bawah dan tahu jika jamaah lantai 12 belum datang maka ditempati, dan ketika ada pengumuman jika jamaah asli lantai 12 datang, maka mereka ke kembali ke kamarnya.
Sebenarnya saya tidak yakin dengan kebenaran cerita yang saya karang sendiri, diam-diam saya juga sedikit takut jika yang berada di lantai 12 dan minta di periksa kesehatannya bukanlah jamaah haji asli, tetap saja saya meyakinkan mereka bahwa itu benar jamaah kita.
Biasanya saya juga ketika menjemur pakaian di siang hari menunggu di lorong sambil ngobrol dengan jamaah lainnya, namun sejak ada cerita tersebut saya sebenarnya merinding juga.
Suatu saat saya tukar uang receh Real ke pimpinan KBIHU, di lantai sembilan, Kamarnya berbeda dengan lainnya, tidak ada tempat tidur di kamar tersebut, ngobrol ngalor ngidul sambil nyruput kopi di sela-sela asap rokok, dia bercerita bahwa bersama orang dalam hotel menyewakan kamar lantai 12 ketika jamaah aslinya belum datang, kamar-kamar itu disewakan untuk jamaah suami istri yang butuh privasi dengan tarif seratus real.
Seandainya saya sebelumnya tahu masalah ini, saya dan teman-teman tim kloter tidak akan merinding ke lsny12, dan bisa jadi juga akan saya tawarkan ke jamaah lainnya yang butuh kamar barokah.
Makkah, Mei 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar