Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Ditampar Ibu-ibu Dalam Lift

Ditampar Ibu-ibu Dalam Lift

 Ditampar Ibu-ibu Dalam Lift



Masuk kedalam lift, sudah ada ibu paroh baya sendirian, nampak sisa-sisa kecantikan yang tak mau pudar tergambar jelas dari aura wajahnya, dia sedikit kaget ketika saya memasukinya. Kita hanya berdua saja, hanya hening sesaat perempuan itu memandang wajahku,  saya diam saja tak sempat menyapa, hingga tamparan tangannya mendarat di pipiku, tak tahu apa salahku, untungnya tamparannya tak membuat pipiku memerah, namun pipi perempuan itu yang memerah yang membuat wajahnya semakin terlihat cantik.

Belum sempat sepatah kata keluar dari mulutku, dia mohon maaf karena gemas melihat diriku yang gundul dan tak menyangka bahwa itu adalah ketua kloternya yang mungkin terlihat beda, dan secara refleks saja tangannya mendarat di pipiku yang membuatku tak bisa berbuat apa-apa selain berkata iya ketika dia meminta maaf.

Sampai kamar saya bercermin, melihat wajah saya ketika gundul, ternyata imut juga ketika gundul, pantas saja ibu-ibu gemes lihat kepala gundul, dikiranya upin-ipin atau apa, namun memang ketika kepala terlihat rapi akan terlihat lebih muda, atau ini akibat dari telah memutuskan ibadah haji ?.

Menjadi ketua kloter bukan hanya dituntut memandu jamaah dibidang perhajian, atau situasi kota Makkah maupun Madinah, namun juga harus memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan jamaah, termasuk mengakibatkan paket data seluler ketika ada jamaah yang meminta bantuan, begitupun dengan ibu paroh baya yang ketemu di lift, beberapa kali meminta bantuan ketika ada masalah dengan handphone nya, karena dia juga butuh komunikasi dengan keluarganya yang berada di Indonesia, sedangkan wifi hotel hanya bisa digunakan untuk kirim kata-kata ataupun suara yang di rekam, padahal dia juga kepingin video call seperti jamaah lainnya, apalagi jika di rumah masih ada anaknya yang masih kecil. Ataukah suami atau istri yang berangkat sendiri, mereka lebih sering video call dengan keluarganya yang berada di tanah air.

Ibu yang menamparku dalam lift sebenarnya bukanlah jamaah haji dari kloter saya, dan tidak satu lantai dengan saya, namun dia merasa nyaman berdiskusi dengan saya, sehingga dan beberapa temannya beberapa kali ke tempat saya untuk diskusi beberapa hal, baik masalah perhajian maupun masalah lainnya, kita dianggap tahu semuanya, seperti seorang suami di depan istrinya yang harus bisa menjadi segalanya, begitupun dengan Ketua Kloter yang dianggap lebih tahu tentang seluk-beluk kota Makkah dibandingkan dengan lainnya, tahu tentang bagaimana membenahi handphone yang tidak dapat nyambung. Bahkan minta rapal doa bagaimana cara segera sembuh dari penyakit, tempat mustajab untuk berdoa agar enteng jodoh dan lain-lain.

Sistem zonasi dengan mengumpulkan jamaah haji sesuai dengan wilayahnya memudahkan jamaah haji untuk saling komunikasi, terlebih jika dalam satu kabupaten menjadi satu hotel seperti saat ini, yang kadangkala juga menimbulkan kecemburuan antar jamaah yang berbeda KBIHU, mereka merasa dengan biaya yang sama, namun yang diberikan pihak pengelola KBIHU berbeda, ada juga yang sedikit cerdas dengan inisiatif sendiri melakukan kegiatan kelompok secara mandiri, katanya mumpung berada di Saudi Arabia, jangan sampai hanya tidur saja, tetapi juga harus tahu dunia luar, baik untuk beribadah maupun berwisata.

Tim Kloter bukan hanya memandu kegiatan yang wajib saja, jika jamaah menghendaki, mereka juga diantar atau setidaknya diberi pemahaman kita ingin umroh, dijelaskan tempat-tempat ziarah bersejarah dan bagaimana cara mencapainya, sehingga banyak jamaah yang secara mandiri menjalankannya, mereka hampir tiap hari keluar hotel secara rombongan.

Ibu paroh baya ini juga bertanya tentang umrah yang dilaksanakan sebelum haji, dia ingin umrah tetapi tidak ada program bersama KBIHU nya, dia juga ragu karena bagaimana dengan dam yang harus dibayar ketika dia umrah berkali-kali sebelum haji, karena pemahamannya kalau haji tamatu, yakni umrah dulu kemudian haji harus membayar dam, kalau umrahnya berkali-kali takutnya harus bayar dan tamatu berkali-kali.

Hmmm saya hanya menjawab singkat saja bahwa yang bayar dam itu hajinya dan bukan umrahnya.

Kalau ditanya masalah perhajian atau bagaimana menukar real maupun mengambil uang di ATM kita nggak terlalu sulit untuk menjawabnya, pernah ketika mengisi kegiatan ke jamaah di lorong hotel, kita ditanya tentang kegiatan sunnah yang biasa dilakukan suami-istri di kamar.


Makkah, Juni 2024


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog