Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » NOBAR "RAPAT CAPRES": Antusiasme di Kegiatan Nobar Debat Capres Sesi Terakhir

NOBAR "RAPAT CAPRES": Antusiasme di Kegiatan Nobar Debat Capres Sesi Terakhir

Banyuwangi, 4 Februari 2024 - Malam itu, sebuah rumah di kawasan Kampung Arab Banyuwangi menjadi saksi dari acara nobar DEBAT CALON PRESIDEN, sesi terakhir dari serangkaian debat capres dan cawapres yang diselenggarakan oleh KPU.

Acara yang dipandu oleh M. Gufron Amrullah ini juga dihadiri oleh Eggi Sudjana, politisi PKS yang tengah mencalonkan diri sebagai legislator DPR RI untuk Dapil Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso, bersama dengan beberapa ulama, aktivis dan politisi PKS lainnya yang ada di Banyuwangi 


Atmosfer acara mirip dengan suasana nobar sepak bola, dengan banyak celetukan yang kadang mengundang tawa dan perhatian.

Di setiap jeda iklan, Eggi memberikan komentar dan penilaian tajam terhadap jalannya sesi debat, sambil memberikan wawasan politik, keimanan, dan bernegara sesuai Syariat Islam.

Kritik dari Eggi juga menyentuh aspek penyampaian salam oleh setiap capres. Menurutnya, hanya Capres Anis Baswedan yang menyampaikan salam dengan benar. Sedangkan dua capres lainnya dinilai mencampuradukkan salam umat Islam dengan salam agama lain, yang dianggap melanggar prinsip "Tauhid".  Eggi juga menyoroti bahwa visi dan misi ketiga capres tersebut tidak menyentuh materi "Iman dan Taqwa", dan menjelaskan perbedaan antara iman, akidah, dan tauhid.

Sesi berikutnya menghadirkan pertanyaan dan tanggapan dari para capres lainnya. Pertanyaan pertama mengenai kesehatan ditujukan kepada Ganjar, dan dijawab oleh kedua calon lainnya. Yang menarik, kedua calon tersebut tidak menyanggah. Anis memberikan dukungan dan melengkapi, sementara Prabowo memberikan contoh solutif dan mempromosikan program makan gratis.

Pertanyaan berikutnya mengenai kedaulatan teknologi informasi di Indonesia dialamatkan kepada Anis Baswedan. Menurut Anis, masalah ini dapat diatasi dengan peningkatan SDM dan inovasi teknologi informasi, dengan bermitra dengan pakar, menggalang investor untuk membangun infrastruktur telekomunikasi dan informasi, serta melindungi hak intelektual terkait. Prabowo lebih menekankan pada peningkatan SDM dan transfer teknologi di bidang IT dengan memberikan beasiswa ke luar negeri untuk para putra-putri terbaik, dan menyoroti kebutuhan akan kehendak politik yang kuat dalam membangun industri telekomunikasi dan IT yang berdaya saing. Ganjar memberikan informasi bahwa sudah ada pabrik gadget di Semarang, dan menyarankan kerjasama dengan merek-merek terkenal yang memiliki teknologi maju dari luar negeri untuk membangun pabrik-pabrik di Indonesia guna mengalihkan teknologi.

Pertanyaan terakhir diajukan kepada Prabowo tentang kebudayaan. Prabowo menjawab normatif mengenai regulasi pelestarian budaya, sementara Ganjar menanggapi bahwa pemerintah seharusnya memfasilitasi perkembangan para budayawan dan tidak boleh menghindari kritik, karena hal ini membantu pemerintah untuk bekerja lebih baik.

Selama jeda iklan, Eggi memberikan tanggapannya bahwa tidak satupun capres yang membahas tentang budaya dan nilai-nilai taqwa. Hal ini dianggap penting untuk membangun negara, sebagaimana tercermin dalam lirik lagu Indonesia Raya yang mengajak untuk membangun jiwa terlebih dahulu, karena jiwa yang berakhlaq adalah dasar dari pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya negara ini.

Dalam sesi tanya jawab yang berfokus pada pendidikan, Anis Baswedan menjadi yang pertama kali ditanya, dan komentarnya kemudian dibalas oleh kedua calon lainnya. Tidak seperti debat pada umumnya, pada kesempatan ini semua calon justru saling mendukung setiap gagasan yang diajukan. "Wah, ini nggak seru... Terlalu sopan dan tenang...," komentar Fahti, salah seorang peserta nobar yang duduk di sebelah saya (penulis berita ini).

Ketika saya mengambil kopi dan kue di meja minuman, saya sempat berkenalan dan berbincang dengan seorang bernama Ahmad. Menurut Ahmad, acara ini tampaknya sudah diatur sebelumnya, dengan para peserta yang tampak sangat memahami materi yang disampaikan. "Wah, kelihatannya soalnya bocor nih...," kata Ahmad sambil tertawa.

Hal yang sama terjadi ketika pertanyaan tentang tema lain, seperti tenaga kerja migran dan pengelolaan sumber daya alam dibahas.

Ketika masuk ke jeda iklan, Eggi Sudjana memberikan komentarnya, "Ini sih namanya bukan debat capres..., tapi rapat capres!  Yang namanya debat seharusnya lebih tendensius," katanya sambil tersenyum.  Eggi kemudian melanjutkan pandangannya.  Menurutnya, pendidikan dan agama seharusnya berada dalam satu departemen.  Selain itu, Eggi berpendapat bahwa Indonesia sangat kaya akan mineral dan sumber daya alam. Ketika negara mampu mengelola dengan baik, nilai tersebut bisa mencapai empat kali lipat dari nilai APBN sekarang. Eggi juga menyampaikan gagasannya bahwa pungutan pajak kepada rakyat adalah zalim, sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 33, yang menegaskan bahwa negara seharusnya mampu mengelola sumber daya alam bagi rakyatnya untuk pembangunan. Bahkan, Eggi memiliki gagasan untuk mengganti mata uang dengan "Dinar", karena satu Dinar setara dengan 4 juta rupiah.

Eggi juga menekankan pentingnya memberi upah yang layak dan adil kepada para pekerja, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, sebelum keringat mereka kering.

Selanjutnya, Eggi Sudjana mengkritisi bahwa Bantuan Sosial (BANSOS) seharusnya diberikan secara lebih terstruktur, terdata, dan terorganisir oleh lembaga yang memiliki kompetensi yang sesuai.  Eggi mempertanyakan mengapa BANSOS dianggap sebagai Bantuan Presiden dan dibagikan di jalan-jalan menjelang Pemilu?

 


Seorang peserta bernama Taufiq memberikan usulan bahwa kiprah Eggi di Banyuwangi tidak seharusnya hanya terbatas pada kontestasi Pemilu. Taufiq berpendapat bahwa Eggi sebaiknya tetap menjalin hubungan dan mendampingi para pendukungnya di Banyuwangi dengan memberikan wawasan dan pendidikan. Eggi menyambut baik usulan tersebut karena dia memiliki program ASI (Al-Quran, Sholat, dan Infaq). Eggi juga berencana untuk mendirikan Rumah Peradaban sebagai upaya nyata untuk mewujudkan aspirasi masyarakat. Rumah Peradaban ini akan menyediakan layanan klinik sosial, klinik budaya, klinik hukum, dan berbagai layanan lainnya. Mengapa harus klinik? Karena menurut Eggi, negara dan warganya yang sedang "sakit" harus diobati.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog