Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Guru Para Penghulu Itu Perempuan

Guru Para Penghulu Itu Perempuan

Saya dan mungkin beberapa peserta diklat pembentukan jabatan penghulu sedikit kaget ketika Widya Iswara perempuan tersebut masuk ruangan dan akan memberikan materi tentang kepenghuluan. Saya yakin bahwa orang ini belum pernah jadi penghulu nikah, karena dalam sejarah dunia belum pernah ada penghulu nikah yang dijabat oleh seorang perempuan. Jangankan jadi penghulu, mewakili wali nikah dan khutbah nikahpun saya yakin perempuan ini belum pernah melakukannya, meski saya percaya bahwa dia pernah dinikahkan oleh orang tuanya. Hal ini kami ketahui bukan karena usia sudah setengah tua yang biasanya seusia terswebut telah menikah, namun ketika memberikan meteri anak perempuannya yang menginjak dewasa yang mungkin sang Widya Iswara ini secantik anak gadisnya tersebut datang menemuinya.


Tidak ada seorangpun peserta diklat pembentukan jabatan penghulu yang perempuan kecuali Wqidya Iswara itu sendiri. Sehingga dalam ruangan tersebut sang Widya Iswara menjadi orang paling cantik dalam ruangan tersebut. Keraguan akan kemampuan dalam menyampaikan materi patut diacungi semua jempol yang kita miliki, dan saya yang sudah belasan tahun bekerja pada Kantor urusan Agama mendapatkan hal baru yang selama ini belum saya ketahui. Mungkin saya dan beberapa rekan yang bergelut dibidang kepenghuluan larut dalam kebiasaan kerja sampai melupakan untuk membaca berbagai literasi yang berkaitan dengan pekerjaan yang kita lakukan. Karena kami biasa melakukan yang biasa dilakukan para pendahulu yang kadangkala kita tidak mengetahui landasan hukum dari perbuatan tersebut. Sehingga apa yang biasa dilakukan maka itu dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Untuk menyampaikan sebuah ilmu pengetahuan memang sangat ideal jika penyampai materi disamping menguasai materi yang diberikan juga telah mempraktekkan teori yang telah dikuasainya tersebut, namun hal ini bukan sebuah teori yang saklek. Sebagaimana candaan yang disampaikan rekan saya sesama peserta bahwa jika dirinya diberi pilihan istri, apakah memilih calon istri yang berpengalaman dibidang teori dan praktek sebagai seorang istri, ataukah memilih calon istri yang mempunyai pemahaman teori sebagai seorang istri namun belum pernah sedikitpun mempraktekannya, ternyata rekan saya itu nmemilih calon istri yang mempunyai pemahaman teori sebagai seorang istri dan belum pernah melaksanakannya.

Tidak semua teori harus dipraktekkan terlebih dahulu, seperti yang pernah saya alami dimana saya belum pernah melaksanakan Ibadah Haji, dan diberi amanah sebagai Ketua Kloter yang harus memandu 450 jamaah haji, dimana saya sudah hafal dengan teori manasik haji namun saya belum pernah melakukannya secara langsung. Pernah juga ada rekan yang sedikit meragukan saya untuk mengemban amanat berat tersebut. Saya tidak langsung membantahnya, saya hanya menyampaikan bahwa saya sering mentalkin (sambutan setelah penguburan jenazah) dimana setiap pentalkin menyampaikan masalah pertanyaan kubur, padahal tidak ada orang yang mentalkin pernah secara langsung mendapatkan pertanyaan kubur oleh melaikat tersebut. Dan tidak ada orang yang protes dengan talkin tersebut. (mungkin sipenanya juga takut kalau ditalkin sekarang).

Sampai saat ini tidak ada penghulu maupun Kepala Kantor Urusanj Agama yang dijabat oleh seorang perempuan. Saya pernah berdiskusi dengan beberapa rekan tentang masalah ini, dimana hal ini terkait dengan wali nikah yang biasanya mewakiklkan kepada penghulu tersebut sarat menjadi wali adalah perempuan. Saya pernah menyampaikan argumen bahwa jikalaupun walinya mewakilkan kepada penghulu yang peremuan, toh sifatnya wakil sedangkan wali yang sebenarnya tetap dijabat oleh sebagaimana diatur dalam fiqih. Teman saya hanya memjawab bahwa kebiasaan dalam masyarakat ketika akan nikan harus berjabat tangan dengan yang menikahkan dan menatap wajahnya. Kalau walinya mewakilkan kepada penghulu yang dijabat oleh perempaun yang kebetulan penghulunya cantik, bukan tidak mungkin sang mempelai akan grogi atau malah jatuh cinta dengan penghulunya.

Suatu ketika saya vertemu dengan Widya Iswara Kepenghulun ini dirumah seorang teman yang kebetulan adaalah rekan beliau ketika kuliah. Sang Widya Iswara yang barusaja memberikan materi Diklat kepada para Kepala Madrasah ini menyampaikan bahwa di Indonesia memang hanya beliau seorang sebagai Widya Iswara masalah kepenghuluan yang dijabat oleh perempuan, karenanyha di beberapa kesempatan beliau sering disebut “penghulu perempuan”, sementara yang lain menyebutnya sebagai Ibunya Penghulu.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog