Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Aekanu Serahkan Buku Sri Tanjung Hidup Kembali Bahasa Osing & Asing

Aekanu Serahkan Buku Sri Tanjung Hidup Kembali Bahasa Osing & Asing

 Penyerahan buku dengan judul Sri Tanjung hidup kembali oleh Budayawan dan Pengamat Adat Tradisi Osing kepada Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani berlangsung di acara Festival Literasi Using (13/12/2022),



Menurut Aekanu Hariyono yang mendapat julukan Si Toekang Tjerita “Sebetulnya buku ini sudah terbit dan dilaunching pada Juli 2020 yang lalu, tapi baru ada kesempatan pada acara Festival Literasi Using, beliau bisa secara pribadi menyerahkan kepada Bupati Banyuwangi dan buku ini ditulis dalam bahasa Osing bersanding dengan bahasa Asing, “jelasnya.






Lebih lanjut Aekanu yang juga sebagai pengurus inti Komunitas Osing Pelestati Adat Tradisi (Kopat) Banyuwangi menjelaskan “Buku Sri Tanjung Hidup Kembali ini mengungkap latar belakang sejarah, mitos, folklore dan bahkan untuk penulisannya, saya butuh waktu bertahun-tahun untuk meneliti ke candi-candi, mencari teferensi, mempelajarinya, berkonsultasi dengan berbagai nara sumber baik dari dalam maupun luar negeri, ” jelasnya.

Buku Sri Tanjung hidup Kembali ini terdiri 210 halaman dan diterjemahkan oleh Penutur aslinya kè dalam beberapa bahasa diantaranya bahasa Jawa, Osing, Inggris, Perancis dan Spanyol) serta dilengkapi dengan 80 ilustrasi lukisan menarik untuk mendukung visual ceritanya.
Buku Sri Tanjung Hidup Kembali, diberi Pengantar oleh Prof Novi Anoegrajekti dan juga oleh Antropolog Belanda Robert Wessing.


Lebih lanjut Aekanu berceritra “…
Sri Tanjung berkaitan erat dengan cikal bakal nama Banyuwangi, itu dipercaya oleh masyarakat Banyuwangi sebagai sosok wanita yang tidak hanya cantik tetapi watak dan kepribadiannya sangat perlu dicontoh yaitu sopan, lembut, setia pada suami, taat, jujur, pemaaf dan berani berkorban demi membela kebenaran” .

…Mendengar cerita fitnah dari Raja Sulahkromo, membuat Sidapaksa marah dan membunuh Sri Tanjung istri setianya.
Nyawa (atma) Sri Tanjung belum waktunya meninggal. Sebagai balas jasa saat Batari Durga atau Batari Uma diruwat disucikan dan terbebaskan dari kutukan oleh Sadewa (ayah Sri Tanjung), akhirnya Sri Tanjung ditolong oleh Batari Uma dan dihidupkan kembali.

Sri Tanjung diruwat oleh Sang Batari dengan cara membacakan doa-doa, disucikan dimandikan dengan air bercampur bunga. Sri Tanjung menjadi lebih cantik, bersih dari dosa dan cacat, dan tidak akan terkena kutukan. Kemudian Sri Tanjung dianugerahi sebuah
mustika wadon yang membuat dirinya dikasihi oleh semua makluk hidup serta dapat menghidupkan orang mati. Penggambaran air dan Sri Tanjung di relief candi maupun naskah kuno berhubungan dengan penyucian penolak balak, atau ruwatan.

Air berperan sebagai simbul penyucian, atau amerta, maupun simbolisme tirta, yang berarti perjalanan dari tahap rendah ke tahap lebih tinggi yang berkualitas suci… .
Sida Paksa karena hilang ingatan disembuhkan menjadi normal kembali oleh Dewi Durga. Sri Tanjung akhirnya bertemu dan menerima Sida Paksa kembali sesudah Sida Paksa membalas dengan menghukum Raja Sulahkromo.

(AWI – Kiling Osing Banyuwangi)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog