Faiz Abadi
PERJALANAN SETELAH PERSAKSIAN
Aku lahir dan besar di kaki ijen
Spiritualku diantara auman macan jawa, desis ular kobra, ditengah belantara
Sebelum kabar dari sembilan kekasih dari langit samawi
Gigitan berbisa, cakaran raja rimba takkan terasa
Tawa peri, kuntilanak, genderuwo, pocong, raja siluman
Hanya seperti musik pengantar tidur
Belum lagi bertahun menyatu dalam debur ombak plengkung
Hening dalam auro Purwo
Beranikah datang hanya orasi
Basi seperti janji pepesan kosong
Namun ketika yang datang Syeh maulana isyak
Akupun terisak
Jinakkan kobaran membara
Langitku tunduk pada langitnya
Tanpa harus kehilangan muka
Datanglah semua
Disini miniatur bhineka tunggal ika
Segala suku
Juga segala puncak ilmu hutan-hutan pertapa
Wahai dengarlah
Lahirmu bukan biasa saja
Apakah mungkin sayu wiwit hadir dengan kecengengan
Sedangkan laki-laki kompeni terkebiri
Apakah mungkin Prabu Tawang Alun gegerkan puncak Raung
Hanya dengan tekad munajat sekedarnya
Hingga Sang Maha perkasa limpahkan Gagahnya
Macan putih tunduk
Menjadi tunggangan
Begitu pula ketika Buyut Wongsokaryo murka
Sabda lumatkan kesombongan
Pada Agustus ini para syuhada tetap berharap
Lanjutkan persaksian dengan pengorbanan
Lare osing takkan terjunggal
Kecuali sesaat
Menghela nafas
Kemudian kembali kibarkan
Kobarkan dilangit Belambangan
Raga bumi pertiwi dari ujung timur Jawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar