Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Lebih nyaman tanpa masker

Lebih nyaman tanpa masker

 Lebih nyaman tanpa masker

oleh : Gufron Musthofa

Beberapa negara yang mengumumkan telah membolehkan warganya untuk melepas masker dalam aktivitas tertentu di luar gedung. Mereka telah sukses melawan pandemi Covid 19, setelah melaksanakan berbagai program lockdown dan vaksinasi. Hingga  mereka telah berangsur normal kembali. Hal tersebut membuat kita iri dan ingin menikmati udara segar.

Negara tersebut adalah Korea Selatan dengan prosentase vaksinasi 70%, Hungaria, Bhutan, Israel, Selandia Baru, Italia, dan Amerika Serikat, bagi warganya yang sudah melewati masa 2 Minggu setelelah vaksinasi dosis kedua.

Malaysia telah melaksanakan lockdown total seluruh negeri dalam waktu 14 Hari; dari tanggal 1 Juni sampai 14 Juni 2021. Bahkan diperpanjang samapi 28 Juni. Upaya ini ditempuh untuk menekan perkembangan virus gelombang kedua yang melonjak cukup signifikan. 

Pertanggal 27 Juni 2021, Indonesia mencatatkan lonjakan konfirmasi positif sebanyak 21.342, Jawa timur sebanyak 889 Kasus. Banyuwangi pernah menyumbangkan angka tertinggi di Jawa Timur melampaui data Bangkalan.  Berbagai klaster muncul; mulai dari keluarga, kantor, pesta perkawinan, dan wisata relegi. Sebanyak 61 orang dinyatakan terkonfirmasi dari 98 peserta ziarah. Entah ini akibat kita sudah bosan dengan pandemi atau karena merasa badai telah pergi.

Virus corona bermutasi kevarian baru. Varian Kappa atau varian B1617.1 adalah ada virus yang ditemukan di India. Sedangkan  varian B1617.2 atau varian Delta, memiliki peningkatan transmisi yang membuatnya bisa menyebar lebih mudah antarmanusia, memiliki risiko penularan dan kesakitan yang lebih tinggi dibandingkan versi aslinya. Varian dari India ini sudah menyerang di Indonesia.

Terjangan tsunami virus terjadi dalam berbagai gelombang. Gelombang pertama, kedua dan ketiga. Berbagai negara belahan bumi telah menyiapkan skenario penyelamatan yang jitu. Lockdown atau karantina wilayah bahkan dalam satu negara dianggap ampuh meredam terjangan. Sebut saja Australia, Newzeland, Malaysyia, Arab Saudi, China, Italia dan lainnya.

Kita hampir selalu tertinggal, dan sering bertikai bahkan berpolemik dalam hal ini. Bahkan orang yang tak bertanggung jawab ikut memperkeruh keadaan dengan melempar berita palsu atau hoax. Ketika awal virus ditemukan di Tiongkok, kita masih santai saja. Bulan April India mengalami lonjakan, kita juga baru merasakan di bulan Juni. 

Ibarat telah datang saat dimana ragam tsunami virus menerjang. Mengombang ambingkan bahtera atau sampan. Namun hal itu dianggap sebagai hiburan saja bagi para penumpang. Mereka sudah bosan memakai alat pelindung diri. Mereka tidak peduli  akan tenggelam atau selamat? Semoga kita tidak terseret ombak tersebut dan tetap bertahan dalam bathera yang aman dengan persiapan pengamanan yang matang.

Fenomena di Indonesia; banyak sekali masyarakat merasakan telah bosan melaksanakan protokol kesehatan dalam waktu lama. Sebagian orang bilang “saya sudah capai pakai masker, karena ada bau mulut saya”, “saya sudah bosan dicolok hidung diusap untuk tes anti gen dan PCR hanya untuk kepentingan kantor  atau perjalanan udara”,  “Saya ingin bebas menghirup udara tanpa masker”.

Di sisi lain, gaya hidup masyarakat banyak yang abai terhadap prokes. Kegiatan ekonomi di pasar tidak sepenuhnya mematuhi standar protokol. Sabtu malam adalah saat dimana para anak muda nongkrong di wilayah Banyuwangi Selatan tanpa memikirkan apa yang akan menimpa mereka. Seperti tidak terjadi sesuatupun.

Kebosanan, kecapaian, dan kepayahan tidak hanya dialami masyarakat. Para aparat, satgas covid, tenaga kesehatan pun merasakan hal yang sama. Bahkan diperparah dengan timbulnya gelombang kedua terjangan virus ini.  Lonjakannya melebihi angka dua juta. Rumah sakit rujukan banyak yang kehabisan kamar isolasi. Ambulan antri dalam melayani jenazah.

Upaya pemerintah tak berhenti dilakukan. Upaya menjaga kesehatan umat dilaksanakan. Mobilisasi masal saat lebaran idul fitri dibatasi. Mudik lebaran dilarang dengan penyekatan dan penghapusan cuti bersama.  Sholat jumat pernah dilarang di zona merah. Keberangkatan haji ditunda tahun berikutnya. Tahun ini, untuk kedua kalinya  haji belum dibuka Arab Saudi bagi Tamu Allah dari luar negeri. 

Sholat Idul Adha dan kurban juga diatur sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya perluasan gelombang virus. Pemerintah melalui Menteri Agama menerbitkan Surat Edaran Menteri Agama No: 15 Tentang Penerapan Protokol kesehatan dalam penyelenggaraan  Shalat Hari Raya Iedul Adha dan pelaksanaan kurban 1442 H.

Di zona merah dan oranye; takbir malam hari raya dilaksanakan di masjid atau mushola dengan jumlah peserta paling banyak 10 % dari kapasitas ruang. Sedangkan takbir keliling ditiadakan untuk menghindari kerumunan dan interaksi. Takbir dapat disiarkan secara langsung melalui media sosial. Sholat Id juga dianjurkan ditiadakan. 

Sedangkan di zona hijau diperbolehkan sholat Id dengan mematuhi prokes. Jumlah peserta maksimal 50% dari kapasitas ruang atau lapangan, untuk menjaga jarak antara jamaah. Khutbah dipersingkat paling lama 15 menit. Jamaah diminta untuk tidak bersalam-salaman. Sebagai antisipasi terhadap penyebaran.

Takmir menyiapkan tempat sesuai dengan protokol kesehatan dan menyediakan tempat cuci tangan dan alat pengukur suhu. Orang lanjut usia, orang sakit dilarang ikut berjamaah. Sholat idul adha hukumnya adalah sunah, sedangkan menjaga nyawa atau Hifdu al-nafs adalah hukumnya wajib, maka hal yang wajib yaitu menjaga nyawa mengalahkan hal yang sunah, yaitu shola ied berjamaah di masjid. Disini perlu ada pendalaman pemahaman hukum.

Sedangkan kurban dianjurkan untuk diadakan pemotongan di rumah potong hewan (RPH). Bila tidak ada RPH, dilaksanakan dengan protokol yang ketat. Penyembelihan dilaksanakan pada Tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah atau hari tasyrik; hanya diikuti yang berkurban dan tukang potong. Penyaluran daging diantar panitia ke rumah-rumah dengan menghindari kontak fisik.

Bisa jadi, hanya orang yang waras yang mau naik sampan dan mau memakai baju pelampung. Dan hanya orang yang dungu, sok kuat berenang, tanpa memikirkan keselamatan dirinya dan keselamatan orang lain. Ingatlah, perahu penolong telah terpakai semua, relawan penolong nakes sedang bekerja semua, bahkan jumlahnya berkurang. Apakakah masih ingin sendiri berenang di tengah terjangan gelombang tanpa perahu dan pelampung? Sadarlah,  gelombang ini sangat ganas ferguso!

Kita semua sudah bosan dengan masker dan jaga jarak. Kita ingin melihat konser musik beramai-rami, menonton bola bersorak-sorai di stadion, melihat saudara kita seniman beraksi di panggung gandrung dan jaranan. Pergerakan ekonomi juga sangat kita butuh untuk bertahan hidup.

Anak-anak dan mahasiswa ingin balik ke sekolah atau bangku kuliah. Kita rindu bercengkerama dan berkumpul. Kita ingin bersilaturahmi sambil bersalam-salaman dan berpelukan. Kita sudah tak kuat menahan diri untuk istighotsah. Kita ingin segera naik haji dengan tenang, umroh dengan khidmat.

Namun semua itu masih mimpi, belum bisa terlaksana di bulan ini. Masih diperlukan kebesaran hati untuk menerima kenyataan ini. Tugas kita adalah mematuhi prokes 5M saja. Hingga langit esok cerah kembali. Lihatlah mereka pontang panting menyelamatkan korban, berjuang demi orang lain. 

Semoga badai ini segera usai. Di akhir gelap malam, akan muncul sinar pagi. Setelah ombak dan badai menerjang, laut akan tenang kembali. Mari kita sabar memakai masker, menjaga diri dan keluarga. Hingga datang waktu kita melempar jauh masker sambil tersenyum bersyukur.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog