Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Perempuan Pematah Jalanan

Perempuan Pematah Jalanan

 

Perempuan Pematah Jalanan

Oleh : Tria Aini Wulandari

 

Karena aku perempuan
Manis sepagi ini
Sudah kulampaui berpetak jarak
Mengendus jalan kering
Mencecap kidung patahnya reranting
Hangat menyapa kota
Apa kabar sibuk?
Kali ini seperti biasa
Kau melambai, aku mengangguk
Langit siap menabur benih
Sedia bumi menanda sesiapa
Yang tak kenal takluk
Menjadi bagian hiruk pikuk
Langkah berayun.
Mengepal jemari menyumpal lamun.
Terimalah, segenap cinta
perempuan pematah jalanan
(Puisi Nurul Ludfia Rochmah)

 

April identik dengan Kartini, sebuah kegiatan sebagai salah satu peringatan terhadap perjuangan seorang perempuan yang sedikit mengharap persamaan dalam hal pendidikan bagi seorang perempuan agar lebih mampu untuk mendidik putra putrinya menjadi lebih baik, menjadi seorang isteri yang tidak mengecewakan ketika mendampingi suami dalam menjalankan kewajibannya, terlebih jika seorang suami yang didampinginya merupakan seorang pemimpin atau orang yang berpengaruh, sehingga seorang perempuan tersebut dapat mengimbagi peran suami. Hal ini tidak berlaku ketika seorang perempuan menjadi seorang pemimpin, karena ketika seorang perempuan tampil menjadi pemimpin dalam instansi pemerintahan, tidak selalu menyertakan peran laki-laki sebagai seorang suaminya.sebagai contoh ketika seorang perempuan menjadi isteri seorang kepala desa, maka dia ditunjuk sebagai ketua tim penggerak PKK dan jabatan melekat dari isteri pejabat, namun hal ini tidak berlaku jika terjadi sebaliknya.

Terlalu banyak perempuan yang sukses menjadi pemimpin, karenanya tidak perlu untuk dibahas lagi dalam tulisan ini, karena pada dasarnya perempuan itu sangatlah kuat dan hebat, (tidak salah jika ada adagium bahwa untuk menaklukkan perempuan, banyak laki-laki butuh tambahan stamina/jamu). Perempuan diciptakan sebagai manusia yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki seorang laki-laki, dibalik keindahan dan kelemah lembutan yang dimiliki, menyimpan segenggam kekuatan yang luar biasa, karenanya tidak salah jika ada adagium The Power of Emak-emak. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seorang perempuan mempunyai keinginan, maka dia akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencapai apa yang diinginkannya. Dalam hal tertentu perempuan seringkali tampil di depan tanpa keraguan menggantikan peran suaminya.

Kodrat perempuan sebagai seorang ibu nyaris yak tergantikan oleh siapapun, tugas berat dan mulia ini akan sempurna jika selalu didampingi dan dilindungi oleh laki-laki sebagai seorang suami dan Kepala Keluarga. Namun dalam kondisi tertentu seringkali perempuan harus berjuang sendiri untuk mendidik dan membesarkan anak anaknya. Dalam ajaran agama, diwajibkan untuk menuntut ilmu bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan, sedangkan kewajiban mencari nafkan menjadi kewajiban seorang laki-laki, namun dalam ajaran agama juga tidak ada larangan secara tegas bagi perempuan untuk bekerja (sepanjang masih memenuhi norma agama dan susila), terlebih dengan populasi perempuan yang lebih banyak daripada laki-laki memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan untuk beraktifitas diluar peran sebagai ibu rumah tangga tanpa melupakan kodratnya.

Terlepas dari kesuksesan banyak perempuan di kancah nasional maupun internasional, masih banyak perempuan yang harus berjuang menghidupi keluarganya (tanpa suami), mereka harus berperan ganda sebagai Ibu rumah tangga yang sekaligus sebagai kepala keluarga. Prosentasenya sangat njomplang dibandingkan dengan seorang lelaki sebagai Kepala Keluarga yang tidak didampingi seorang isteri dengan perempuan yang merangkap sebagai kepala keluarga.

Pasal 31 Undang-undang Nommor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa suami adalah Kepala Keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga, dan seiring dengan perkembangan zaman, tidak sedikit perempuan yang melakukan kegiatan diluar rumah, sedangkan suami berada dirumah. Begitupun dengan para perempuan yang harus hidup dengan anak anaknya tanpa adanya suami sebagai kepala keluarga. Hal ini membuktikan bahwa perempuan lebih tangguh untuk hidup mandiri. Dikutip dari statistik,jakarta.go.id., bahwa seiring dengan berkembangnya zaman, banyak hal yang mulai bergeser salah satunya tugas suami sebagai kepala rumah tangga digantikan oleh isteri dan sebaliknya, berdasarkan data BPS DKI Tahun 2020 sebesar 45,44% isteri menjadi kepala rumah tangga berumur kurang dari 20 tahun, sedangkan laki-laki dengan umur yang sama hanya 54,56% sebagai kepala rumah tangga.

Puisi Perempuan Pematah Jalanan sebagai salah satu gambaran bagi seorang perempuann yang harus melakukan aktifitas semenjak matahari belum menampakkan sinarnya, perempuan harus menyiapkan keperluan keluarganya, belum lagi untuk menyiapkan keperluan dirinya sendiri. Terlebih banyak perempuan yang harus beraktifitas diluar rumah sebelum pagi menjelang, bisa dibayangkan betapa tanguhnya perempuan perempuan ini yang mencari rizki sejak dini hari. Peran mereka nyaris tak terlihat, namun hasil yang dilakukan sungguh luar biasa.


Perempuan pematah jalanan bukan hanya dilakukan oleh mereka yang merangkap sebagai kepala keluarga saja (singgle parent), tidak sedikit perempuan sebagai ibu rumah tangga yang melakukan kegiatan diluar rumah untuk membanntu mencukupi kebutuhan rumah tangganya, bahkan menjadi tulang punggung keluargannya yang harus beraktifitas diluar rumah. Kewajibannya sebagai ibu rumah tangga banyak yang mengharuskan dirinya memulai aktifitas ketika anggota keluarga lainnya masih terlelap.

Perempuan yang diciptakan sebagai makhluk terindah juga rentan terhadap perilaku pelecehan dimanapun berada, bahkan hak privasi tersebut kadang juga dilakukan ketika seorang perempuan melakukan pemeriksaan organ reproduksi, bahkan ketika sedang melahirkan, karenanya edukasi terhadap hak-hak privasi perempuan perlu dilakukan oleh pemangku kebijakan agar ada rasa nyaman terhadap seorang perempuan dalam menjalankan aktifitasnya.

Perjuangan Raden Ajeng Kartini yang menginginkan kesetaraan dalam memperoleh pendidikan bagi perempuan sebagai pengejawantahan ajaran agama yang dianutnya. Pendidikan tersebut sangat penting bukan hanya untuk memperoleh pekerjaan yang layak, namun lebih pada peran perempuan sebagai seorang ibu yang harus mendidik putra putrinya.. Pesatnya perkembangan zamat menuntut seorang ibu lebih peka terhadap perilaku anak anaknya, karena kesuksesan seorang anak tidak akan terlepas dari peran seorang ibu.

 

*Penulis adalah Guru MI Darul Amien Jajag Kec. Gambiran

 

 

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog