“Cendana”
Oleh : Dardiri
Wanita dengan harum cendana itu datang lagi,
Menggerai rambut berwarna kelabu,
Diramunya sendiri aroma padma dan mawar dari sibak gaunnya yang berkibar,
Dari empat ratus purnama yang diseberanginya melalui sungai dan lautan cahaya,
Hingga sampailah ke ujung muara,
Tentu,
Siapa pula yang mengantarkannya malam ini,
Yang tiba-tiba datang dan melempar-lemparkan patahan sedap malam di ranjang mimpiku,
Ketika sesegera kuterka dalam tanya,
Ia lenyap begitu saja,
Menjelma awan tipis lalu terbang ke negeri bunga,
Tebakanku sia-sia,
Karena sebenarnyalah ia tak ada,
Awan tipis yang melayang-layang itu adalah hembusan napas yang melekat di tiang pancang bayangan,
Patahan sedap malam yang dikirim dari negeri bunga itu adalah masa silam,
Kelopak padma dan aroma mawar yang diramunya itu adalah kerinduan,
Sungai yang mengalir di bawah ratusan purnama yang lalu bermuara di lautan cahaya itu adalah masa,
Dan wanita dengan harum cendana itu,
Adalah usia,-
(K G P H : 03 Maret 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar