Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Seroja

Seroja

 “Seroja”

Oleh : Dardiri

Baru aku ingat,

Bahwa seroja adalah sama dengan teratai,

Yang selalu gemilang di atas singgasana berpangku udara,

Di gurun mengalir, 

Air namanya,


Setelah beberapa dekade,

Baru kusadari,

Bahwa seroja dengan giwang pesona yang meneduhkan mata dan mengikat harum cahaya di atas telaga,

Pernah menjadi “tanaman” paling menakutkan di ujung timur Lorosae,

Kata mereka kiriman dari negeri kita Indonesia,

Kelopak seroja itu berwarna loreng hijau dan hitam,

Bermekaran di udara dan terjun dengan moncong senjata,

Siapa yang sanggup membelinya?,

Nyawa,

Jadilah penebus paling berharga,

Dengan sekira dua ratus ribu jiwa,

Menjadi rabuk dan pupuk awet muda bagi Indonesia,

Kata mereka,

Falintil dan Fretilin benar-benar merasa seperti lilin,

Yang kehabisan sumbu dan tempatnya berdiri,

Kemudian meleleh dan luluh lantak digilas kelopak seroja yang berterbangan seperti kelelawar siluman dan merayap mengendap seperti naga laut selatan,


Bunga seroja yang ditanam di sana,

Tumbuh bermekaran dengan pendar pesona,

Menjadi patung Cristo Rei di sempadan bukit Fatucama,

Menjadi Masjid An Nur di Kampung Alor,

Menjadi jembatan penghubung Atambua dan Belu,

Menjadi Universitas Timor-Timur dan bandara besar di jantung Kota Dili,

Menjadi warna biru, hitam, merah sejarah,

Ada darah,

Tak dipungkiri pula,

Begitulah adanya,


Dan atas nama kedaulatan,

Setelah dua dasawarsa lebih bunga seroja yang di sana kelopaknya ermekaran dan berguguran,

Kini,

Telah dikembalikan ke Indonesia yang katanya ingin selalu awet muda,

Lengkap dan utuh dengan warna senja yang dilesakkan matahari jingga,

Merdeka!,

Ujarnya,

Entah kebetulan, kebenaran, atau justru kesalahan,

Bumi Lorosae yang ranum dan wangi,

Benar-benar mandiri dan berdiri sendiri,

Siapa yang tak ingin mencicipi,

Berebut pandang dan tangan untuk menggoda dan dengan nakal mencubit bahunya,

Dan seandainya bunga seroja kita tidak pernah bermekaran di sana,

Mungkin lebih menakutkan apabila kita mendengar dongeng tentangnya,


Timor Lorosae telah menjadi kolase,

Terpampang di papan kaca,

Di harum cahaya bunga seroja,

Menjadi legenda dengan batas negara,

Di dalam skala peta Indonesia,


Sekarang bunga seroja memekarkan mahkotanya,

Merupa doa,

Di pemakaman para pecundang dan pahlawan yang pernah bersilang tajam,

Atas nama kedaulatan,

Dan kita,

Tetaplah Indonesia,

Dengan ratusan juta bunga seroja,

Bermekaran dalam jiwa kita yang merdeka,-


(K G P H : 16 Februari 2021)

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog