Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Sepasang Kamboja

Sepasang Kamboja

 “Sepasang Kamboja”

oleh : Dardiri

Kamu ingin menulis lagi, 

Pada selembar daun bambu yang jatuh karena cumbuan angin di teras rumahmu,


Kamu ingin bercerita lagi,

Pada sepasang kamboja yang belum sempat berbunga dan lalu ditancapkan begitu saja di pelataran rumahmu,


Kamu ingin berkisah lagi,

Pada jalan setapak yang sempit terhimpit bangunan sejenis pasak tidak begitu panjang di kiri dan kananmu,


Kamu ingin melukis lagi,

Pada batang-batang rumput yang dengan sekejap menjamur di sana usai hujan berdatangan dan bertamu padamu malam itu,


Kamu ingin berbicara lagi,

Pada sekuntum sepi yang dulu sering kau tangkup dalam cakrawala igauan dan lalu kau tuangkan ke sebuah nampan besar berisi sajak-sajak biru,


Kamu ingin mengajakku bercakap-cakap lagi,

Tentang pagi yang bergerigi, senja yang tiba-tiba menyala, malam yang dengan rakusnya menjadi geram, fajar yang senantiasa menebar pijar menjalar,

Tentang belati yang tajam melindap dendam, 

Tentang gerimis yang berganti-ganti wajah menjadi rinai dan rintik juga gerimpis,

Tentang melati yang menjadi belukar tanpa duri di belantara mimpi,

Tentang rindu yang menyelinap perlahan lalu menjadi semacam perahu keemasan di lautan ingatan,

Tentang segala yang nampak dan tak kasat mata,

Tentang kita,


Aku tahu itu,

Tetapi ada yang lebih tahu dariku,

Ada yang lebih mengerti dari sekedar pengertianku,

Ada yang jauh lebih berkehendak dari setumpuk harapanku,


Dia,

Yang menitipkan ruh dalam kata-kata dan menghidupkannya dalam percakapan kita,

Telah memanggilmu,

Sebelum sempat kau tuntaskan kata-kata terakhir bersamaku, 

Dan kamu tak mungkin untuk mangkir dari panggilan itu,


Kamu pergi jauh mengikuti kehendak  Seniman Agung pemegang ruh dan Pelukis Abadi kendali kodrati,

Dan kutahu,

Kau tak mungkin kembali,


Selamat jalan saudaraku,

Berbaringlah di atas dipan pemberian Tuhan,

Di rumah sederhana berdinding tanah beratap sepasang kamboja dan daun bambu yang sesekali berguguran di atasnya,

Di kala haru biru rindu itu datang dari dunia yang tak kuketahui asalnya,

Izinkan ia menjadi doa yang diam-diam bertamu padamu,


Dan,

Kelak,

Sewaktu-waktu kubacakan romansa terakhirmu di sana,-


(Tulisan ini didedikasikan untuk mengenang sekaligus doa tepat 7 hari wafatnya Yth. Alm. Bpk. Achlis Yusrianto Allahu Yarham)


(K G P H : 25 Februari 2021)

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog