Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Guru Harus Bersikap SEWOT

Guru Harus Bersikap SEWOT

 Guru Harus Bersikap SEWOT

Achmad Nadzir, S.Pd*


Standar kompetensi minimal guru belum terpenuhi, meski program sertifikasi guru telah digulirkan sejak tahun 2006. Padahal guru menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas Pendidikan. Fakta di tahun 2016, kualitas pendidikan di Indonesia berada diperingkat ke-62 dari 69 negara (Syarifudin Yunus, DetikNews). Hal tersebut menjadi cermin konkret kualitas guru di Indonesia. Di tahun 2017 masih kita ingat bagaimana penerapan sekolah lima hari menimbulkan polemik, bahkan penerapan kurikulum 2013 yang “terpaksa” diterapkan dan gagal akibat guru belum kompeten dan siap, sehingga pembelajaran tidak berjalan optimal.

Membahas kompetensi profesional guru, perlu membuat pemetaan atas faktor-faktor penyebabnya. Ketidaksesuaian antara pelajaran yang diampu dengan latar belakang akademik, sehingga timbul permasalahan terutama dalam aspek pedagogik. Sikap acuh dan tidak mau mengembangkan diri, membuat guru malas untuk menambah pengetahuan dan kompetensinya. Melihat keadaan di lapangan, bagaimana guru banyak yang tidak mau menulis, tidak melakukan perbaikan dan inovasi dalam pembelajaran, menjadi indikator bagaimana profesionalisme guru di Indonesia. Kompetensi profesional guru antara harapan dan kenyataan, begitu jelas kesenjangannya.

    Ditegaskan dalam pasal 10 ayat 1 Undang-undang nomor 14 tahun 2005, bahwa guru harus memiliki empat kompetensi. Satu dari empat kompetensi tersebut adalah kompentensi kepribadian yang sangat penting untuk dipenuhi. Kompetensi kepribadian guru masih semu karena masih banyak permasalahan yang terjadi di sekolah timbul karena permasalahan pribadi guru. Hal tersebut bisa dikomparasikan antara kenyataan dilapangan dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan  dan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Acuh, sikap guru yang membunuh. Ungkapan tersebut begitu cocok bagi guru yang merasa dirinya sudah baik dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, baik ketika di sekolah maupun di rumah. Keengganan untuk berempati dan simpati dengan lingkungan sekitar, menjadi jurang pemisah antara orang yang selayaknya digugu dan ditiru oleh siswa dan masyarakat.

Pola pikir pada seorang guru, juga  menjadi indikator bagaimana dia patut untuk diteladani atau tidak. Mindset guru yang beku, menjadi penghalang lahirnya perubahan dan inovasi. Bisa kita saksikan bersama, bagaimana penerapan kurikulum 2013 tidak maksimal dan sesuai harapan bahkan bisa dikatakan gagal. Hal itu dikarenakan gagalnya pola pikir guru dalam memahami proses dan penilaian pembelajaran yang seharusnya diterapkan.

Standar kompetensi minimal guru menjadi hal urgen yang perlu diperhatikan bersama. Sebagaimana pasal 10 ayat 1 Undang-undang nomor 14 tahun 2005, bahwa guru Seorang guru harus memiliki empat kompetensi minimal yang dipersayaratkan. Menurut pasal 10 ayat 1 Undang-undang nomor 14 tahun 2005 empat kompetensi guru tersebut adalah kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian. Keempat kompetensi tersebut saling terkait, sehingga perlu dipenuhi oleh seseorang yang ingin berprofesi sebagai guru.

Kompetensi pertama yang harus dipenuhi dan kuasai oleh seorang guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi prosefional adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran. Guru harus mampu mengelola pembelajaran, kelas, menguasai materi yang akan diajarkan, strategi mengajar dan penggunaan media pembelajaran. 

Kepribadian, setali tiga uang dengan kompetensi lain yang wajib dipenuhi oleh seorang guru. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sikap dan kepribadian yang baik menjadi keniscayaan bagi seorang guru. Digugu dan ditiru merupakan hal yang perlu disadari dan menunjukkan bagaimana seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam menjadi pribadi yang baik. Menjadi pribadi yang diteladi oleh siswa dan masyarakat sekitarnya, atas ilmu dan sikap serta kepribadiannya.

Pengejawantahan atas empat kompetensi minimal bagi guru khususnya kompetensi sosial, maka seorang guru tidak boleh acuh. Seorang guru harus mampu berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan warga sekolah (siswa, guru, orang tua) maupun warga sekitar di mana dia berada. Bagaimana guru tidak acuh terhadap kehidupan sekitarnya, dapat dilihat dalam pergaulan dengan siswa, guru lain sebagai rekan kerja, orang tua siswa, dan masyarakat lainnya. 

Hal mendasar yang patut menjadi perhatian agar keempat kompetensi minimal bagi seorang guru terpenuhi adalah adanya perubahan pola pikir. Metamorfosis mindset guru perlu dibenahi agar kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Sikap apa yang perlu ditanamkan pada diri seorang guru agar pola pikirnya berubah? Sikap SEWOT menjadi hal penting agar terjadi perubahan pola pikir pada diri guru.

Seorang guru harus bisa Synergy agar bisa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan harapkan. Guru perlu melakukan sikap sinergi dengan stakeholder yang ada, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagaimana pendapat Indah Kusuma Dewi dalam bukunya Nilai-nilai Profetik dalam Kepemimpinan, melalui sikap sinergi, guru bisa melakukan sharing pendapat dan pengalaman tentang bagaimana mengajar yang efektif dan menyelesaikan beragam persoalan dan hambatan yang dihadapi.

Empower merupakan sikap yang perlu ada pada diri seorang guru. Dalam proses pembelajaran, guru bukan hanya sekadar memberi perintah kepada anak didik, tetapi lebih dari itu adalah memberdayakan mereka. Guru harus terus berusaha melakukan penyesuaian antara program pembelajaran dengan berbagai dinamika perkembangan zaman yang terus dinamis (Frans Mardi Hartanto: 533). Proses pembelajaran yang dilakukan atau laksanakan harus selalu aktual.

Weaknesess merupakan sikap yang sangat perlu dilakukan oleh seorang guru. Proses muhasabah (intropeksi diri) atas kelemahan dan kekurang diri akan meningkatkan kesadaran untuk senantiasa meningkatkan pengembangan dirinya. Kesadaran akan kedisiplinan, pemenuhan media yang digunakan, meningkatkan semangat kerja, melaksanakan tugas dengan baik, dedikasi yang tinggi, perlunya menguasai teori-teori belajar dan mengajar, menjadi hal yang niscaya tumbuh dan dimiliki oleh seorang guru

Oppurtunity menjadi sebuah sikap yang patut dimliki oleh seorang guru. Dia harus mampu melihat kesempatan atau peluang yang ada bagi peserta didik guna mengenal dan mempelajari hal-hal baru. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan transportasi harus disikapi arif dan bijaksana, agar peserta didik dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Guru perlu melakukan peningkatan kemampuan dirinya secara berkesimbanguan. Mengikuti diklat, workshop, seminar, dan Penilaian Kinerja Guru secara kontinyu agar kemampuan dan keterampilannya meningkat. Selain itu, guru juga harus mampu berkolaborasi dengan stakeholder agar dukungan terus mengalir guna mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu.

Guru juga harus bersikap selalu Threats (waspada) terhadap setiap ancaman. Perilaku dan budaya yang semakin terbuka dan bebas, menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Bagaimana guru membekali dan membentengi peserta didik dari perilaku-perilaku negatif yang dapat merusak tatanan nilai, etika, dan budaya generasi bangsa ini agar tetap berperilaku yang berkearifan lokal. Oleh karenanya, konten pembelajaran harus tetap dibingkai oleh tatanan agama, etika, moral, dan nilai-nilai yang baik melalui keteladanan yang dicontohkan oleh guru.





Profil Penulis:


Achmad Nadzir, S.Pd. 

Guru kelas pada MIN 1 Banyuwangi. 

HP: 087876990725

Email: achmadnadzir15@yahoo.com

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog