“Dalam Sebuah Doa 2”
oleh ; Dardiri
Aku berdoa lagi,
Pagi ini,
Di bawah awan putih menggelinding bersanding batang-batang galah matahari,
Doaku seperti seekor burung sriti yang bertengger di atas pabrik penggilingan padi, mengibaskan bulu-bulunya yang sedikit lembab, lalu terbang melayang mencari pasangannya, kemudian bertengger kembali, entah apa yang didapatinya,
Doaku serupa ujung jari kompas yang selalu berputar dan mencari kutub-kutub tersembunyi, menjaga titik-titik tertentu, memakna angka-angka buta, memantulkan arah dan ranah, lalu kembali terdiam, entah apa yang disimpannya,
Doaku memindai pucuk-pucuk cemara yang basah, bermain mata dengan pusaran cahaya, membisiki segala tentang nisbi dan hakiki, lalu berdiri lagi menerka teka-teki, entah apa yang disimpulkannya,
Dalam doaku pagi ini,
Aku memandang diriku sendiri, di bawah sayap burung sriti, terjepit penggilingan padi, terselinap di kutub tersembunyi, tersekap di deretan angka-angka buta, tersesat di ranah arah, terdiam di pucuk-pucuk cemara basah, tersimpul dalam teka-teki, tersimpan dalam pusaran cahaya,
Dan Tuhan,
Tak kunjung kudapati di sana,-
(K G P H : 26 Februari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar