Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Banyuwangi Gemilang Bersama Sang Bintang

Banyuwangi Gemilang Bersama Sang Bintang

 Banyuwangi Gemilang Bersama Sang Bintang

Oleh Achmad Nadzir, S.Pd*

 

       Nama Banyuwangi sepuluh tahun silam, tidaklah seharum saat ini. Kesan negatif melekat pada kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut. Apa kesan yang paling melekat dengan Banyuwangi saat itu? Banyuwangi dikenal sebagai kota santet dan terkotor kedua di Jawa Timur. Kuatnya image dan kepercayaan masyarakat akan adanya santet, bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ketika ada orang yang sakit dengan kondisi fisik perut membesar, tidak kunjung sembuh, dan merasakan adanya keanehan-keanehan non-fisik, mereka akan cenderung menganggap sakitnya karena pengaruh santet.

       Selain dikenal sebagai kota santet, Banyuwangi juga berpredikat sebagai kota terkotor kedua di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010. Predikat itu melekat bukan tanpa alasan dan bukti. Sampah banyak berserakan di lingkungan pasar, tempat-tempat umum, sungai dan selokan-selokan. Kondisi tersebut tidak hanya di dalam kota, namun menyebar disetiap tempat di kabupaten Banyuwangi. Pengelolaan sampah yang belum baik dan maksimal, membuat sampah menggunung dan berserakan di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA). Kondisi daerah yang jauh dari kata bersih menjadikan Banyuwangi terkenal kumuh.

       Tahun 2010 merupakan awal pemerintahan era Bupati Ir. Abdullah Azwar Anas, M.Si. Sejak itu Banyuwangi mulai berbenah dengan gerakan nyata dan kerja bersama-sama untuk melepaskan diri berbagai kesan dan image negatif. Dorongan untuk berubah tersemat kuat dengan adanya event-event yang mensinergikan antara program pemerintah daerah dengan partisipasi aktif semua elemen masyarakat. Program tersebut bukan sebatas hitam di atas putih, tapi ditindaklajuti dengan kerja dan karya nyata yang berkelanjutan untuk membangun Banyuwangi menjadi lebih baik.

       Guna mendukung program pemerintah daerah dalam rangka membangun Banyuwangi lebih baik, tahun 2010 di bawah kepemimpinan Bapak Anas, berhasil meresmikan bandara Blimbingsari sebagai bandara komersil di Banyuwangi. Upaya tersebut merupakan langkah nyata pemerintah daerah guna membuka dan memudahkan akses transportasi bagi masyarakat umum yang ingin berkunjung ke Banyuwangi. Dari tahun ke tahun pihak pemerintah daerah dan pengelola bandara terus berbenah, hingga menjadi semakin berkembang. Kini, dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, bandara Blimbingsari telah menjadi bandara internasional dengan konsep yang ramah lingkungan.

       Pengembangan wisata pun mulai digeliatkan untuk menarik minat investor dan wisatawan agar berkunjung ke Banyuwangi. Mulai dari wisata pantai, air terjun, arum jeram, perkebunan, kuliner, dan pegunungan baik yang dikelola oleh pemerintah daerah, swakelola kelompok masyarakat, ataupun para investor. Inovasi di bidang pariwisata melalui tema eco-tourism, mampu membawa Banyuwangi meraih inovasi kebijakan publik dan tata kelola bidang pariwisata terbaik dunia dari Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) tahun 2016.

       Kehidupan masyarakat Banyuwangi yang heterogen, dengan budaya khas yang beragam menjadi modal besar untuk dikelola. Banyak kesenian, adat, dan budaya etnik sebagai identitas Banyuwangi dijadikan ikon wisata. Guna mengembangkan wisata dari sisi kesenian, adat, dan budaya etnik, sejak tahun 2011, Ir. Abdullah Azwar Anas, mulai mengadakan kegiatan bertajuk Banyuwangi Festival. Acara tersebut dijadikan program dan agenda tahunan, yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan dan memperingati hari jadi kota Banyuwangi.

       Ditahun 2012 ada 12 festival dalam ajang Banyuwangi Festival. Ke 12 festival tersebut meliputi: Festival Anak Yatim, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Banyuwangi Jazz Festival, Gandrung Sewu, Festival Kuwung, Tour de Ijen, International Powercross Championship, Malam Resepsi HARJABA, dan Renungan Akhir Tahun. Festival-festival tersebut merupakan ajang promosi Banyuwangi ke kancah regional, nasional bahkan internasional dan merupakan cikal bakal festival-festival lain dalam pagelaran Banyuwangi Festival di tahun berikutnya.

       Sebagai bentuk inovasi ,selalu ada festival baru yang diselenggarakan dalam pagelaran Banyuwangi Festival. Pada tahun 2013 di gelaran Banyuwangi Festival bertambah menjadi 15 festival. Selanjutnya tahun 2014 ada 23 festival, tahun 2015 ada 36 festival, tahun 2016 ada 58 festival, tahun 2017 ada 72 festival, tahun 2018 ada 77 festival, tahun 2019 ada 99 festival, dan tahun 2020 ada 123 event yang seharusnya terselenggara. Namun pandemi Covid-19 di tahun 2020 membuat gelaran tersebut tidak bisa terlaksana semua. Ajang Banyuwangi Festival berhasil mengantarkan Banyuwangi menjadi salah satu kota festival di Indonesia dan mendapat agenda resmi tahunan dari pemerintah pusat.

            Banyak torehan prestasi yang diukir Bapak Ir. Abdullah Azwar Anas, M.Si selama dua periode menjabat bupati Banyuwangi. Tidak kurang dari 300 penghargaan gemilang yang diterima beliau dalam memimpin Banyuwangi, baik di tingkat provinsi, nasional, dan international. Tahun 2018 -2019 misalnya, Banyuwangi menjadi kabupaten terinovatif dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan sebagai kabupaten pertama yang meraih nilai dengan predikat A. Di akhir masa jabatannya, bupati yang kaya akan inovasi dengan konsep anti mainstream-nya berhasil membawa Banyuwangi meraih predikat sebagai kabupaten berkinerja dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) terbaik satu se-Jawa dan Bali untuk tahun penilaian tahun 2019.


       Itulah sekapur sirih tentang capaian gemilang Banyuwangi bersama sang bintang, Bapak Ir. Abdullah Azwar Anas, M.Si. Bupati pemilik 20 jurus ampuh dalam memimpin, mengelola dan membangun Banyuwangi, telah mampu mengubah image Banyuwangi dari kota santet menjadi kota festival dan internet. Kabupaten terkumuh di Jawa Timur berubah menjadi peraih adipura utama secara berturut-turut selama 5 tahun. Banyuwangi yang dulu tertinggal telah menjelma menjadi terdepan dan terkenal. Kabupaten yang berjuluk The Sunrise of Java bersama sosok pemimpin yang inovatif dan kreatif dalam kurun waktu 10 tahun telah menjelma menjadi kota yang mendunia dan layak dibanggakan oleh rakyatnya, bahkan negara Indonesia di mata dunia internasional. Atas raihan prestasi dan ide-ide cemerlangnya, mengantarkan orang nomor satu di Banyuwangi menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). Isun demen Banyuwangi, mergo Isun Osing.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog