Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » ABOUT TIME

ABOUT TIME

 

ABOUT TIME

 

Biarkan saja tentang dulu ataupun nanti

Jalani saja masa kini

Walaupun hanya aku yang melihatmu

Biarpun hanya aku yang merindukanmu

 

Langit malam ini gelap. Tak ada bintang. Bulan pun hanya bersembunyi di balik awan yang kelam. Hanya angin yang menderu yang dapat kurasakan. Angin yang menerpa wajahku, wajah yang berurai air mata. Sudah beberapa kali patah hati seperti ini. Tetapi rasanya tetap sakit. Sakit sekali…

Waktu memang selalu bergulir. Ada kalanya waktu memberikan kebahagiaan, namun tak jarang pula memberikan rasa sakit seperti yang kurasakan saat ini. Padahal, aku baru saja menemukan bahagia walaupun hanya sesaat.

“Semoga gak PHP lagi.”

Jam sebelas lewat. Aku membaca pesan dari lelaki itu. Sudah sering aku mengajaknya bertemu, namun justru aku sendiri yang membatalkan janji itu. Kebanyakan alasannya karena aku tidak siap bertemu lelaki lagi. Dia mungkin marah. Pasti. Tak mungkin dia sesabar itu setelah sering kubatalkan janji bertemu kami. Tapi tak pernah dia menujukkan kekesalannya padaku. At least, itu yang kurasakan.

Setelah membaca pesannya, aku masih sempat berpikir akan membatalkan janji beretmu itu lagi. Lagi-lagi karena aku tidak siap bertemu dengannya. Namun, karena aku membutuhkan hiburan setelah kekacauan di tempat kerjaku, aku bulatkan tekadku untuk bertemu dengannya.

Janji bertemu kami adalah pukul 4 sore di kotanya. Aku berangkat dari rumahku pukul 3.30, padahal butuh waktu dua jam untuk sampai di kotanya. Dan benar saja, aku sampai di sana pukul 5.30. Sabar. Tentu saja. Tak pernah kutau dia marah padaku. Lelaki itu tetap menungguku.

Salah satu pantai di kotanya menjadi tujuan kami. Pantai itu indah sekali setelah direnovasi. Kulihat banyak pengunjung memadati pantai karena memang saat itu Sabtu malam. Dia mengajakku berkeliling dan mencari tempat nyaman untuk mengobrol. Tak lama berjalan, kami menemukan tempat yang sunyi, tepat untuk mengobrol. Dengan diiringi lagu tradisional di kejauhan, kami mengobrol. Cukup lama, lebih dari tiga jam. Banyak yang kami bicarakan, termasuk masa lalu. Kami sebenarnya sudah saling mengenal sejak beberapa tahun lalu, sebelum tempat tugasku pindah ke kota lain. Lelaki itu dulunya adalah atasanku, walaupun bukan atasan langsung. Kami sering bertemu walaupun tentu saja dia tidak mengenaliku sebelumnya. Apalah aku, hanya bawahan yang tidak menonjol. Namun, entah sejak kapan kami menjadi sedekat ini, saling bercerita. Mengobrol dengannya terasa nyaman hingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat.

Waktu. Bahagia saat itu.

Masih kuingat jelas obrolan kami saat itu. Masih kuingat juga saat dia menggenggam tanganku saat aku hampir terjatuh melewati permukaan yang tidak rata. Hatiku jelas berdegup begitu kencang saat itu. Sudah lama aku tak merasakan ada lelaki yang menggenggam tanganku begitu erat seolah-olah tak ingin melepaskanku selamanya. Begitu saja aku sudah bahagia.

Sudah larut malam saat dia mengantarkanku ke penginapan. Walaupun aku sangat lelah, aku tak bisa cepat memejamkan mata. Baru saja kami berpisah, tetapi aku sudah merindukannya. Aku tak bisa berhenti mengingatnya.

Keesokan harinya, aku kembali ke kota tempat tinggalku. Walaupun aku masih ingin bertemu dengannya, aku menahannya agar perasaanku tidak terus tumbuh. Aku sebenarnya bukan wanita yang mudah jatuh cinta. Terakhir kali jatuh cinta pun sudah lama. Perasaan rindu untuk lelaki itupun aku tak yakin aku pantas menyebutnya cinta. Tetapi, aku tetap rindu. Dan rinduku semakin dalam seharian itu.

Malam harinya, kuberanikan diri untuk menanyakan padanya apa yang sedang dia lakukan. Dan dia menjawab bahwa dia sedang bersama Wulandari. Tentu saja aku kaget. Aku bahkan menangis. Aku tak tau kenapa tiba-tiba mengeluarkan air mata ini. Dia sedang bersama Wulandari? Aku kenal Wulandarinya. Wanita itu cantik sekali. Aku bahkan kagum pada wanita itu walaupun aku juga seorang wanita. Apalagi sebagai lelaki, tentu saja akan senang bersama wanita cantik, anggun, dan cerdas seperti dia. Apalah aku. Aku hanya wanita yang tidak cantik. Tak pantas dibandingkan dengan Wulandari. Dan memang Wulandari yang lebih tepat bersanding dengan lelaki itu, dibandingkan aku.

Waktu. Sedih sekali saat ini.

Aku terus menangis. Masih. Tak kusangka perasaan rinduku untuk lelaki itu sampai seperti ini. Untuk marah pun, tentu saja aku tak pantas. Aku bukan siapa-siapa bagi lelaki itu. Mungkin dia baik padaku hanya karena dia memang orang baik. Atau karena hubungan kita sebagai rekan kerja di masa lalu. Entahlah…

Langit gelap ini pun seperti memahamiku. Tak kulihat satupun bintang di atas sana. Bulan yang kadang masih muncul walaupun malu-malu, saat ini pun tak terlihat. Hanya angin yang menderu yang menyembunyikan tangisku. Rasanya malu jika sampai orang lain melihatku masih menangis pada usiaku ini. Sial. Kenapa aku harus menangis karena lelaki itu? Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku harus menjauh dari lelaki itu? Apakah aku akan sanggup jauh darinya? Pikiranku berkecamuk saat ini.

Lalu, kutulis segala kecamuk dalam pikiran dan hatiku melalui tulisan ini. Biar kuserahkan semuanya pada Tuhan. Berharap tangisku tidak sia-sia. Berharap rinduku sampai padanya. Berharap ada balasan yang kunantikan untuk perasaanku. Semoga.

Sometimes, crying is the only way of your eyes to tell everyone what makes your heart hurt when your lips can not explain anything.

Panggil aku Ria, agar kalian bisa mengingatku sebagai wanita yang selalu bahagia.

 

By Riantini, ASN Kota Sebelah

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

1 komentar:

Ririanti mengatakan...

I sent it to you just because I wanted you to know how I felt. It's about you, the one whom I miss the most.

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog