Santri Pekok
Oleh : Syafaat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI)
“pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga
istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah
diberitahu, berbeda dengan bodoh yang
memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan
bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya
menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah
santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang
sama dengan kata sastra yang berarti
kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata
“cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi
upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda
dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya
pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan kepada santri tersebut.
Santri Pekok adalah judul lagu yang
dinyanyikan Arif Citenx atau biasa
dipanggil cah edan oleh pecinta musik Banyuwangi. Penyanyi asal Desa
Sumberberas Kecamatan Muncar yang aktif di kegiatan Remaja Masjid dan kegiatan
keagamaan ini memberikan nuansa yang berbeda di Blantika Musik Indonesia. Lirik
lagu bernuansa humor ini sepintas terlihat ngawur,
namun sarat makna tentang kondisi riil sosial di masyarakat, sebagaimana
penyanyinya yang bergabung dalam kelompok Ben
Edan yang berbeda antara penampilan di panggung dengan kesehariannya.nuansa
musik dan lirik yang cenderung bernada satire
tersebut memberikan beberapa pesan moral yang perlu direnungkan.
Lagu Santri Pekok menceritakan seseorang yang
berpenampilan dan asalnya berperilaku preman
sedang jatuh cinta dengan perempuan cantik lulusan pondok pesantren, untuk
mendapatkan perhatian dari sang pujaan hati serta mendapatkan restu dari kedua
orang tuanya, Sang Preman berusaha merubah watak dan penampilannya seperti
halnya penampilan santri dari pondok pesantren, namun karena keseharian sang
preman jauh dari kehidupan pesantren, penampilan santri KW tersebut menjadi sedikit aneh, karena terlihat tidak
benar benar seperti santri.
Setidaknya dari gambaran lagu tersebut
menandakan bahwa produk pesantren yang masih kental dengan ajaran moral
tersebut dianggap dapat menghasilkan santriwaati yang masih dapat menjaga nilai
nilai moral dan agama yang kuat, menjadi isteri yang baik dari suaminya dan
dapat mendidik putra putrinya dengan baik pula, karena dalam pesantren selalu
ditekankan pada pendidikan etika dan unggah ungguh yang telah menjadi kebiasaan
turun temurun. Pesantren bukan hanya mengajarkan ilmu keagamaan semata, namun
juga keilmuan lainnya, terlebih saat ini banyak pesantren yang mengelola
pendidikan formal yang kwalitasnya tidak jauh berbeda dengan pendidikan tinggi
yang dikelola di luar pesantren.
Pesantren menjadi salah satu alterntif
lembaga pendidikan yang banyak diburu para wali santri, pendidikan di pondok
pesantren dianggap mampu memberikan karakter keagamaan yang kuat, dianggap
sebagai benteng penjaga moral.orang nggak alergi lagi berpakaian ala santri,
dan terbukti pernah ada santri yang jadi Presiden dan Wakil Presiden. Saat ini
orang lebih melihat isi daripada casingnya, karena tidak sedikit orang yang
berpenampilan seperti bermoral dan berilmu agama tinggi, namun seakan tanpa isi,
sebaliknya ada yang berpenampilan biasa saja, pakai sarung namun keilmuannya
patut diperhitungkan “sarung hanyalah
casing, yang penting isinya” mungkin seperti itu.
Banyak orang yang berpenampilan santri, namun
keilmuan dibidang agama kurang mumpuni, hanya bermodal pakaian ala santri
dengan sedikit pengetahuan yang didapat melalui media online sudah berani
menyampaikan keilmuan dibidang agama, yang kadangkala tidak sesuai dengan
kaidah yang sebenarnya.tidak ada salahnya berpakaian ala santri, apalagi berusaha
mendalami, namun jika menyampaikan keilmuan yang belum benar benar dikuasai,
hal ini akan menimbulkan akibat yang kurang baik yang tidak menutup kemungkinan
akan menimbulkan pemahaman yang kurang benar dalam beragama. Anjuran untuk
menyampaikan ilmu meskipun hanya satu ayat atau kalimat tidak dapat dipahami
sebagai anjuran menyampaikan sesuatu yang belum dikuasainya, namun anjuran
untuk menyampaikan sesuatu yang benar benar dikuasainya.
Sistim pendidikan di pondok pesantren bukan
hanya mendidik para santri agar menjadi pandai, namun mendidik mereka untuk
menjadi ahli. Karenanya metode pembelajaran di pondok pesantren lebih banyak
mengulang dan mengulang sebuah materi, dari mulai materi yang diajarkan secara
global hingga meteri yang harus dipelajari hingga sangat detail. Karenanya
tidak sedikit santri yang tadinya tidak mengerti dan sangat sulit untuk
menerima materi pelajaran, karena dengan sistim di Pesdantren dengan mengulang
ulang materi pelajaran, sehingga mereka pada akhirnya juga akan mengerti dan
menjadi ahli. Tidak banyak yang diajarkan di pesantren, namun yang mereka
pelajari benar benar ditekuni hingga benar benar ahli.
Disiplin tinggi dan takdzim kepada kiai
inilah yang menjadi landasan bagi pemerintah untuk mengizinkan pesantren tetap
menerima santri dimasa pandemi, karena dalam pesantren tersebut dianggap
relatif lebih aman bagi penularan covid-19, hal ini dengan mengingat pada
umumnnya pesantren dilengkpi dengan tembok pemisah yang tidak setiap orang
diperkenankan keluar masuk pesantren, sehingga santri akan lebih aman dalam
pengawasan para pengasuh pesantren.
Pesantren tidak diragukan lagi perjuangannya
dalam merebut dan mempertahankan tanah air hingga seperti sekarang ini,
semangat jihad yang luar biasa dengan didasari dengan keyakinan bahwa jihad
membela tanah air balasannya adalah surga. Hal ini sulit dilakukan jika tanpa
keyakinan adanya balasan hidup sesudah mati tersebut. Besarnya jasa kaum santri
dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan tersebut perlu dipertahankan
hingga kini, karena dengan kelengahan kaum bermoral, tidak menutup kemungkinan
sebuah negara akan dipimpin oleh orang orang yang kurang bermoral. “kalau yang waras selalu ngalah, maka jangan
salahkan kalau kita dipimpin orang nggak waras”.
Perjuangan dengan dimensi yang berbeda dari
kaum santri dalam mengisi kemerdekaan sangat penting agar cita cita para
pejuang yang sebagian besar dari kaum santri tersebut tidak sia sia, agar
kemerdekaan yang diraih tidak dikuasai dan dinikmati oleh kaum oportunis yang lebih mementingkan diri
dan kelompoknya saja, kaum yang tidak mempunyai jiwa Nasionalis sejati terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang hanya mementinglan diri sendiri
secara ekonomi saja.
Penulis Kepala TPQ Al Munir Desa
Sumberberas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar