Pesantren Pencetak Jiwa Enterpreneur
Oleh
: Rohimah
Beberapa
orang menganggap bahwa enterpreanur
sama dengan pengusaha, sekilas terlihat sama namun berbeda, meskipun sama sama
mempunyai usaha. Dwi Larso, Ph.d, seorang pengajar di School of
Business Management, Institut Teknologi Bandung mengatakan bahwa pengusaha
adalah orang yang memiliki bisnis skala besar maupun kecil dan tidak semua
pengusaha memiliki jiwa entrepreneur. Sedangkan seorang entrepreneur pasti
memiliki jiwa pengusaha, di mana mereka dapat memanfaatkan peluang dari setiap
bisnisnya atau orang yang terjun ke dalam suatu bisnis. Di mana, jika kita
memiliki jiwa entrepreneur, dapat dipastikan bisnis yang akan
dijalani akan dapat terus bertahan.
Seorang santri di pondok pesantren telah dilatih untuk hidup mandiri, santri adalah pengambil resiko (risk taker). mereka telah berpindah dari zona nyaman berkumpul dengan keluarganya. dan tinggal di pesantren yang fasilitasnya seadanya. Di pesantren mereka harus menyiapkan kebutuhan sehari hari secara mandiri. Hal ini sangat berbeda ketika masih bersama keluarganya, dimana semua kebutuhan sehari hari dilakukan oleh Ibunya, meskipun beberapa telah dilatih untuk mandiri, namun hal ini sangat berbeda dengan ketika berada dilingkungan pondok pesantren. Mereka dituntut untuk benar benar mandiri dalam segala hal, baik untuk kebutuhan sehari hari (meskipun finansial masih dari keluarganya), maupun dalam pembelajaran dan pendidikan. Meskipun sama sama berada di temoat yang jauh dengan orang tua, kehidupan di pesantren berbeda dengan tempat kost bagi pelajar maupun mahasiswa.
Di
pesantren akan terbentuk jiwa mandiri, terlebih pada pondok pesantren masaa
lalu yang tidak dilengkapi dengan fasilitas loundry
dan catering untuk para santri.
Mereka benar benar harus menyiapkan kebutuhan sehari hari secara mandiri,
dengan seabrek pembelajaran yang harus dilalui semasa di ponsok pesantren.
Dengan demikian jiwa enterpreneur akan terbentuk dari diri seorang santri.
Terlebih beberapa pesantren juga memberikan pelatihan kecakapan hidup kepada
para santrinya, yang diharapkan para santri akan mennjadi wirausahawan ketika
berada ditengah masyarakat
Enterpreneur
atau wirausahawan menurut wikipedia adalah orang yang melakukan aktivitas
wirausaha yang dicirikan dengan pandai atau berbakat, mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen operasi untuk pengadan produk
baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Sehingga seorang enterpreneur lebih menekankan pada inovasi
usaha yang digelutinya. Ada beberapa perdebatan tentang definisi yang tepat
dari seorang entrepreneur. Beberapa memiliki definisi luas yang mencakup siapa
saja yang bekerja untuk diri mereka sendiri. Yang lain memiliki sudut pandang
yang lebih sempit, menunjukkan bahwa seorang entrepreneur tidak hanya bekerja
secara mandiri untuk bisnis mereka sendiri, tetapi bisnis mereka juga harus
melibatkan inovasi dan kepemimpinan. mengejar bisnis baru, inovasi, atau bentuk
usaha lain. Sebagai gantinya untuk mengambil risiko itu, mereka sering mendapat
untung paling signifikan dari kesuksesan perusahaan mereka.
Dulu kiai melakukan perlawanan kepada
penjajah secara total. Di sektor pendidikan, kiai tidak mau mengikutii sistim
pendidikan ala Belanda dan mendirikan pesantren dengan sistim pendidikan dan
pengajaran yang berbeda. Dalam sektor perekonomian, kiai berdagang dan
membangun basis-basis ekonomi di kalangan umat Islam sendiri, sehingga muncul
organisasi Serikat Dagang Islam yang
awalnya merupakan serikat dagang untuk penguatan perdagangan umat Islam yang
bersaing dengan para pedagang kafir yang oportunis. Pada wilayah perjuangan,
kiai dan santri juga berjuang total melawan penjajah dengan jiwa raganya para
santri dan pejuang ini sangat yakin dan percaya bahwa bagi yang syahid
dalammelawan penjajah ini balasannya surga.
Kemandirian santri di pesantren inilah yang
menjadi modal utama bagi lulusan pondok pesantren untuk menjadi wirausahawan
tangguh, meskipun tidak semua pesantren mengajarkan semua bentuk ketrampilan
kecakapan hidup, namun jiwa mandiri yang terbentuk selama menjadi santri, jiwa
kepemimpinan yang diajarkan selama di pesantren bukan hanya menjadi bekal para
santri untuk menjadi pemimpin ditengah masyarakat, namun juga menjadi bekal
bagi munculnya wirausahawan baru.
Dunia ini adalah jembatan menuju akhirat.
Kalau jembatannya tidak dibangun, bagaimana orang bisa lewat. Hal inilah yang
menjadikan paradigma baru bagi kaum santri untuk tampill membangun jembatan yang kuat agat dapat melewatinya, bukan hanya
untuk dirinya sendiri, namun juga untuk orang lain yang membutuhkannya. Jiwa
santri tidak akan puas jika hanya sebagai pekerja biasa, jiwa kemandiriannya
yang telah terpupuk akan mencoba hal baru untuk melakukan pekerjaan secara
mandiri, sehingga tidak heran jika muncul wirausahawan baru dari seorang
santri.
Pada saat ini banyak pondok pesantren yang
juga dilengkapi dengan kursus kecakapan hidup yang diharapkan menjadi bekal
bagi para santri berwiraswasta selepas dari pondok pesantren. Namun bukan
berarti santri dalam mengembangkan wirausaha tidak mendapat banyak halangan dan
tantangan, hal ini terkait modal yang dimilikinya, belum lagi persaingan dengan
produk luar negeri yang semakin hari semakiin membanjiri negeri, beberapa
santri yang menjalankan kegiatan wirausaha ini juga banyak yang sukses di dunia
politik, mereka menjadi pemimpin yang santun dan sangat peduli dengan
masyarakat miskin.
Penampilan
santri tidak harus selamanya dengan penampilan satri tradisional, Jiwa santri pada
orang tidak berpenampilan santri, kepribadian santri di mana pun mereka eksis.
Semangat dakwah bil hal, bil lisan terus mereka kembangkan dalam sistim
perekonomian dan jiwa kepemimpinan, sehingga akan terlihat kepemimpinan dengan
jiwa pesantren dengan kepemimpinan yang tidak dilandasi dengan keimanan, halini
terlihat pada kepedulian pemimpin tersebut kepada masyarakat kecil dan kaum
santri yang dulu mengobarkan semangat jihad untuk merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Republik ini.
Penulis
adalah guru MIN 1 Banyuwangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar