Bercanda dengan
Corona
Oleh : Oleh M. Afriza Fahmi Fazli
Kemenkes RI
mencatat terdapat lebih dari seribu klaster tercipta per tanggal 24 September
2020, ditambah lagi kini marak aksi unjuk rasa yang digelar mahasiswa, pelajar,
dan buruh di berbagai daerah menolak RUU Omnibus Law yang disepakati DPR, berkerumunnya
massa yang tidak mengindahkan protokol kesehatan dapat menimbulkan klaster baru
yang tingkat laju penyebaran sangat tinggi.
Ancang-ancang pemerintah untuk
memulai NEW NORMAL pun kembali di simpan rapat mengingat banyak daerah
yang status zonanya berubah menjadi zona merah atau daerah yang tingkat penularan
yang sangat tinggi, PSBB pun kembali dicanangkan di berbagai daerah di Indonesia.
The power of mbrengkele atau tidak dapat dikasih pengertian oleh orang lain
yang mengingatkan akan pentingnya bermasker, mencuci tangan, dan jaga jarak pun
masih melekat di banyak benak masyarakat indonesia, lantas bagaimana seseorang itu
terhindar dari Virus Korona bahkan dia dapat menyebarkan virus tersebut ke orang
terdekatnya seperti keluarganya.
Virus
Covid-19 (Corona Virus Disease 19) merebah di Indonesia sejak 2 Maret
2020 lalu, diawali terkonfirmasinya 2 orang yang positif terjangkit virus
tersebut, tentu berita itu sangat mengagetkan masyarakat Indonesia saat itu, dan pada awal bulan Oktober ini menembus angka
300 ribu kasus terkonfirmasi, yang membuat
Indonesia menempati urutan ke-21 Dunia kasus positif terbanyak. Lantas apa yang
menyebabkan wabah ini menggila? Kurangnya disiplin diri serta kesadaran untuk
menjaga tubuh dari serangan Virus Korona ditambah dengan anggapan masyarakat
bahwa virus ini permainan belaka saja, terbukti dengan gaya hidup mobilitas
warga yang tidak susut, BENAR tempat ibadah dibuka terbatas, semua dianjurkan
ibadah dari rumah, namun pasar swalayan makin ramai akan pelanggan begitu pula
dengan pasar tradisional yang tak jauh beda. Punya takut nggak sih?.
Rombongan mobil ambulans dengan sirene
yang keras sering terdengar di telinga kadang pula dikawal oleh driver ojek online
melewati jalan raya yang padat entah sedang membawa pasien pengidap Virus Korona
atau bukan yang jelas dengan kecepatan tinggi mobil tersebut melaju, membuktikan
adanya situasi darurat yang perlu cepat ditangani.
Tempat isolasi di beberapa pusat pelayanan kesehatan
stoknya pun semakin berkurang seiring dengan lonjakan kasus yang luar biasa, terlihat
di Wisma Atlet pemerintah baru saja membuka tower 8 untuk menampung pasien terkonfirmasi
Virus Korona. Pemerintah pun semakin gencar menyiapkan lahan pemakaman khusus untuk
jenazah pasien Korona.
Kondisi yang saat ini terjadi cukup
memprihatinkan bagaimana banyak memakan korban jiwa baik dari segi pasien
terkonfirmasi maupun dari tenaga medis yang sangat rentan tertular Virus Korona
yang sering sekali kontak fisik dengan pasien. Ajakan untuk menaati protokol
kesehatan terus digencarkan oleh pemerintah yaitu dengan menyosialisasikan gerakan
3M, Memakai masker, Mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun, dan Menjaga
jarak sebagai langkah untuk memutus rantai penyebaran Virus Korona agar masa
sulit ini cepat berakhir dan kembali pada kondisi normal sebelum adanya wabah
ini.
Peran masyarakat sangat penting dalam
menanggulangi wabah ini yaitu dengan giat mentaati protokol kesehatan yang
berlaku serta mengajak sesama untuk melakukan hal yang sama, namun realita tak
semanis ekspetasi masih banyak saja orang yang belum mau taat akan protokol kesehatan
seperti hal kecilnya memakai masker.
Kini sering digalakkannya Operasi Yustisi di
berbagai daerah di mana tentu TNI-POLRI akan memastikan peningkatan disiplin
kepada masyarakat pada penggunaan masker, apakah cukup membuat jera? Pada
operasi tersebut tercatat Denda administrasi sebanyak 34 ribu kali dengan nilai
denda senilai lebih dari 2 milliar rupiah, Wow nilai yang fantastis kan? Ini
uang denda atau dana apa? Tidak hanya
sangsi administratif pelanggar juga dapat memilih sangsi kerja sosial.
Terasa berat saat memakai masker? Betapa
lemahnya apabila mengeluh saat menggunakan masker beberapa jam saja, jika kita
tahu tenaga medis menggunakan APD lengkap selama berjam jam seperti menggunakan
baju hazmat yang apabila dipakai menimbulkan efek gerah membuat keringat
bercucur deras tanpa henti ditambah lagi dengan face shield, masker
medis yang membuat rasa wajah tidak karuan, masih mau ngeluh? APD yang digunakan
tenaga medis tidak semena-mena dapat dilepas dan dipakai lagi, dikarenakan APD
yang digunakan hanya satu kali pemakaian.
Sudah tentu mengapa virus ini semakin
bercanda, karena kebiasaan hidup di masa pandemi ini masih disamakan dengan kehidupan
seperti satu dua tahun yang lalu, di mana kita ke mana-mana tanpa menggunakan masker,
tanpa adanya jaga jarak saat bersosialisasi dengan sesama, sering lupa mencuci tangan,
suka keluar rumah tanpa adanya kepentingan yang mendesak dan sebagainya.
Kebiasaan seperti itu memang tidak
dapat langsung dipraktikkan secara maksimal dan abrakadabra langsung diterima oleh
semua masyarakat, namun dengan kondisi
lingkungan sosial yang patuh tentu akan mempercepat proses kebiasaan itu.
Jaminan hidup normal setelah vaksin ditemukan
dan diiedarkan belum cukup menjanjikan pasalnya vaksin mempunyai masa ampuh tersendiri
untuk melawan virus tersebut, maka kebiasaan yang dilakukan di masa pandemi tidak
ditinggalkan begitu saja.
Sudah saatnya kita sadar untuk berpola
hidup sehat dan bersih dan bergotong royong dengan masyarakat lain dalam hal kesehatan
sebagai upaya pencegahan penularan Virus Korona, dan berdoa supaya penyakit ini
segera diangkat dari muka bumi ini.
*) Siswa MAN 2 BANYUWANGI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar