Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » »

 

Asyik, Emakku Yang Sekolah!

Oleh : Herny Nilawati

Di era pandemi seperti sekarang ini mungkin  kita pernah mendengar atau mengalami sendiri cerita tiga paragaraf(pentigraf) berikut ini?

Beginilah wajah rumah keluarga Pak Harun setiap pagi hari rumah  tak pernah sepi selalu ramai dengan ulah Haikal putra ke-3 dari 3 bersaudara yang masih menduduki kelas 3 SD. Sebelum corona datang setiap hari ribut dengan persiapan untuk berangkat ke sekolah sedangkan saat corona datangpun tetap saja  ribut, ribut  dengan Belajar Dari Rumah-nya..

            Bu Ratih, istri Pak Harun  seorang wanita  yang bisa dikatakan sabar dan telaten. Semenjak corona datang ini Bu Ratih menjadi guru dadakan bagi Haikal. Haikal tipe anak yang tidak bisa diam jika sudah waktunya sekolah di rumah, ada saja ulahnya, yang bangunnya kesiangan, sarapan pagi minta disuapin, saat mengerjakan tugas berlari kesana kemari, pegang HP bukannya belajar tapi mainan, mainan mobil-mobil dll pokoknya dilarang satu beralih kesatunya ada saja tingkahnya tidak bisa diam. Intinya menghindar dari sekolah di rumah. Dan untuk semua ini harus mengeluarkan jurus kesabaran tingkat tinggi Bu Ratih.

            Orang lain pun yang melihat tingkah Haikal pasti kewalahan. Bu Ratih kadang kehabisan akal juga jika batas waktu pengerjaan tugas-tugas sekolah yang ditentukan guru telah habis dan ujung-ujungnya Bu Ratihlah yang akhirnya menyelesaikan semua tugas online anaknya itu. Setelah tugas-tugas sekolah Haikal terselesaikan oleh Bu Ratih lalu Haikal langsung berteriak,” Asyik, asyik emakku yang sekolah! “ teriaknya kegirangan sembari memeluk mamanya dari belakang dan menciuminya. Bu Ratih hanya bisa menarik napas dalam-dalam.

            Inilah sebagian gambaran kehidupan saat ini, sebuah fenomena baru keseharian yang sering terjadi selama pandemi Covid-19. Bukan hanya sekadar cerita tiga paragraf tapi sebuah kenyataan di masyarakat. Sekarang ini banyak ibu yang seperti Bu Ratih, banyak anak yang juga seperti Haikal. Pembelajaran Jarak Jauh di masa pandemi memang banyak menuai cerita termasuk bagi ibu rumah tangga. Mereka yang pada akhirnya menjadi guru-guru dadakan bagi putra-putrinya selama sekolah dari rumah. Wajar hal seperti di atas muncul, kepanikan dan ketidaksiapan para orang tua dalam menangani cara belajar putra-putrinya di rumah. Mereka memang tidak memiliki kompetensi khusus dalam mengajar dadakan seperti halnya guru yang sejak awal telah dipersiapkan dengan menempuh akademik sesuai dengan bidangnya masing-masing.

            Pembelajaran Jarak Jauh memang perlu  kesiapan matang dari berbagai komponen penunjang pendidikan selain fasilitas juga kesiapan guru, siswa dan orang tua sebagai pendamping di rumah. Kesiapan mental contohnya, bagi siswa yang menempuh Sekolah Menengah Atas akan berbeda kesiapan mentalnya dalam hal kemandirian dan tanggungjawab dengan siswa yang menempuh di Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Dasar. Tingkat SD  cenderung butuh perhatian khusus dan pendampingan bagi orang tua. Tidak sedikit orang tua bersikap seperti fenomena di atas, niat awalnya mendampingi putra-putrinya dalam belajar namun pada akhirnya justru malah menjerumuskannya. Ini terjadi karena ketidaksiapan para orang tua dalam menghadapi anak dengan segala pola tingkahnya termasuk rengekan-rengekan si anak dll. Selain itu juga kadang terdorong agar anaknya mendapatkan nilai-nilai yang baik pada semua mata pelajaran. Akhirnya orang tua rela mengerjakan tugas-tugas putra-putri mereka.

            Jika hal ini terjadi, bukan lagi putra-putri mereka yang sedang melakukan Belajar Dari Rumah(BDR) tapi para ibu/orang tua yang sedang sekolah atas nama anaknya. Di sinilah sulitnya diterapkan sikap kejujuran dalam Pembelajaran Jarak jauh. Bukan hanya bantuan orang tua saja, namun mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru sangatlah mudah tinggal browsing mbah google semua beres. Untuk hal browsing yang dilakukan anak masih ditolerir karena mengandung kompetensi literasi. Yang menjadi pokok persoalan adalah  bantuan orang tua dalam mengerjakan semua tugas putra-putrinya selama belajar di rumah.

           


Membantu mengerjakan  tugas anak terutama yang masih duduk di SD bukan lagi bentuk pendampingan yang baik dari orang tua. Nanti  bukanlah orang tua yang menciptakan tapi justru orang tualah yang akan mengelincirkan nilai-nilai kejujuran, kedispinan, kemandirian dan tanggung jawab anaknya sendiri. Sekarang apalah arti sebuah nilai dengan angka-angka tertera bagus dari raport putra-putri kita jika kita/orang tua yang membantu mengerjakan semua itu? Kita sering lupa bahwa pembentukan karakter anak lebih berharga dari sederetan angka yang bagus itu. Pembentukan dan penanaman karakter sejak dini merupakan hal penting untuk bekal kesiapan masa depan putra-putri kita. Kerja sama dan dukungan penuh dari orang tua sangat membawa dampak bagi perkembangan karakter anak.

            Ada empat  peran orang tua yang sekiranya dapat diterapkan dalam Belajar Dari Rumah(BDR) selama pandemi ini yaitu,  satu pola asuh orang tua meliputi kesehatan anak, nutrisi anak, ibadah, mengontrol penggunaan gawai dan mengontrol intesitas keluar rumah bagi anak dll. Kedua, Pendampingan belajar dengan cara orang tua belajar meng-upgrade diri dengan teknologi dan pelajaran si anak. Dengan selalu mengikuti perkembangan pembelajaran online dan mata pelajaran anak akan memudahkan orang tua dalam proses pendampingan. Ketiga, orang tua sebagai motivator harus memberikan semangat dalam belajar dan memberikan pemahaman tentang tata cara belajar di masa pandemi. Keempat, orang tua selalu menjalin komunikasi dengan guru, sekolah dan paguyupan dalam hal diskusi perkembangan anak.

            Walau keberadaan Covid-19 se-antero jagat banyak bertabur kisah dan memberi warna baru dalam aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan, namun kita harus banyak belajar dan mengambil hikmahnya. Hakikatnya Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ) bagi guru dan Belajar Dari Rumah(BDR) bagi siswa tetap perlu terjalin adanya hubungan harmonis berbagai pihak antara anak, guru, orang tua, sekolah, lingkungan dan pemerintah. Pembentukan dan penanaman karakter tetap harus kekeh diterapkan oleh orang tua yang saat ini berada lebih dekat dengan putra-putrinya agar nantinya menjadi insan-insan yang berkualitas. Dan putra-putrinya benar-benar menjadi siswa-siswi yang “sesungguhnya belajar” bukan sekadar  atas nama.

Profil Penulis:

Penulis, Herny Nilawati, S.Pd, M.Pd.I Tempat mengajar di MTsN 1 Banyuwangi dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. tempat tinggal Jl. Ijen No. 53 RT 03 RW II  Singotrunan Banyuwangi.

Alamat email: hernynilawati9@gmail.com

 No hp : 085336005566



 

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

2 komentar:

HERNY NILAWATI mengatakan...

Maturnuwun pak haji 🙏🙏🙏🙏

Warta Blambangan mengatakan...

Selamat berkarya

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog