REFLEKSI PEMBELAJARAN
DI MADRASAH/SEKOLAH MASA PANDEMI COVID 19 TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Oleh: H. Saeroji,
Pada tanggal 16 Maret 2020 madrasah
di lingkungan kementerian agama yang ada di daerah-daerah telah menerima surat
edaran tentang wabah pandemi covid 19
dari pemerintah pusat dan daerah. Secara
serentak surat edaran itu diterima oleh masing-masing satuan pendidikan
madrasah. Berdasarkan surat tersebut, lembaga-lembaga pendidikan meniadakan
pembelajaran di dalam kelas atau belajar tatap muka. Semua pembelajaran
dilakukan dengan online, belajar
melalui media dan IT.
Suasana yang serba mendadak menyebabkan semua unsur pengelola pendidikan dipaksa untuk berubah. Mereka mau tidak mau harus beradaptasi pada sistem anyar yakni bergelut dan bersahabat dengan mesin eloktronik, komputer, hape android, dan lain lain. Siswa-siswi pun juga secara maraton, gerak cepat untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang demikian. Saya menyebutnya situasi yang amat darurat. Selanjutnya situasi dan kondisi bergeser pada orang tua. Sebagai madrasatul ula, lingkungan keluarga juga dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit dan dipaksa harus adaptif dengan lingkungan belajar yang selama ini tidak demikian. Beragam model tugas-tugas guru kepada sang putra-putrinya memantik orang tua untuk putar haluan memberi pendampingan dan bimbingan belajar selama di rumah, yang kita kenal dengan pembelajaran daring.
Situasi pembelajaran daring atau home visit sebagai upaya dari semua
pihak; pemerintah dan tenaga kependidikan di madrasah maupun di sekolah telah
berjalan hampir 140 hari. Tentu ini perlu menjadi bahan kajian dan evaluasi
bersama pemerintah, satuan pendidikan dan masyarakat (orang tua). Pertanyaan
dalam benak hati kita, guru dan murid adalah Seberapa ilmu yang didapati dari peristiwa belajar model daring dan
home visit? Jawabnya tentu beragam.
Guru sebagai eksekutor yang berada
di garis depan kebijakan ini memiliki analisis hasil belajar siswa yang
berbeda-beda. Guru menemukan para
siswa yang memiliki tingkat responsif tinggi. Mereka sangat berminat belajar
dan selalu ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan oleh guru. Mereka
takut akan tertinggal dalam penguasaan materi yang diberikan oleh guru.
Siswa-siswa tersebut dengan tanggap dan
cepat mengadaptasikan apa yang menjadi tugas belajar dengan online/daring.
Ada juga siswa yang tingkat responsifnya tinggi tetapi dibatasi oleh kurangya
sarana elektronik sehingga mengalami hambatan dalam proses belajar online. Hal ini sangat mengkawatirkan.
Siswa ini memiliki potensi yang cukup baik secara IQ maupun minat belajar.
Keadaan seperti ini perlu mendapatkan perhatian dan solusi khusus. Misalnya,
siswa tersebut difasilitasi untuk hadir di madrasah atau sekolah dengan
memanfaatkan fasilitas komputer dengan jaringan wifi yang tersedia dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Bagaimana dengan siswa yang sama sekali tidak memedulikan proses belajar dengan
alasan tidak adanya hape android, tidak ada paket data, dan letak geografis rumahnya
belum dijangkau jaringan internet? Belum lagi dibarengi dengan keadaan orang
tua/wali yang sibuk bekerja dalam memenuhi kebutuhannya. Mereka nyaris tidak dapat
mengontrol kegiatan belajar anak-anaknya di rumah. Guru perlu mengatur
starategi agar pembelajaran dapat merata untuk diterima semua siswa. Home visit bisa dijadikan alternatif
solusi.
Guru dapat mendatangi rumah siswa
tersebut untuk memastikan keadaan sebenarnya. Tentu menyedihkan jika yang
terjadi, alih-alih datang memberikan pembelajaran, yang guru dapati adalah
suasana memprihatinkan. Siswa tersebut bermain-main di sekitar rumahnya seperti
tidak ada proses pembelajaran dari guru. Bagaimana pun, semangat guru dengan
hati tulus karena tugas menyapa siswa, memberi support batin tumbuhnya stimulus dan minat belajar, tidak
boleh hilang karena keterbatasan yang
ada.
Kondisi yang saat ini terjadi, di
masa pandemi covid 19 telah memberikan momentum emas bagi semua pihak, guru,
siswa, orang tua/wali juga masyarakat untuk bersama-sama hadir memberikan
ikhtiar terbaiknya dalam perubahan dan akselerasi model pembelajaran dan
pengajaran yang efektif-efesien. Ini adalah pembelajaran berbasis kebersamaan (teacher student learning together). Istilah lainnya pembelajaran
yang berpusat pada kebersamaan antarguru murid belajar bersama karena manusia
sebagai edukator.
Momentum emas yang dimaksud adalah
adanya kesempatan emas untuk kepala madarasah/sekolah, guru, juga pemerintah
mendesain kurikulum darurat terbaik. Kurikulum yang di dalamnya cakupan materi,
metode ajar, strategi ajar, juga bahan ajar bahkan evaluasinya bisa dilakukan
secara fleksibel/ sesuai dengan keadaaan yang ada. Para guru perlu belajar membuat
bahan ajar yang inovatif dan variatif untuk mendorong dan membiasakan siswa
berpikir lebih cerdas, kreatif, responsif, dan lebih kompetitif.
Pembelajaran selama pandemi yang
diberikan guru bisa saja menghasilkan nilai yang bervariasi. Ketuntasan belajar
juga belum sepenuhnya dicapai. Tak perlu terlalu gundah. Ada target lain yang
bisa kita capai, misalnya pembentukan karakter baik pada siswa. Interaksi guru
juga orang tua sebagai pangawal terdepan pendidikan memang volumenya belum
terpenuhi sebagaimana dalam pembelajaran normal. Namun, ada satu hal yang harus
mendapatkan pengakuan. Di balik pembelajaran yang terjadi saat ini telah tumbuh
kebersamaan antarsesama guru, guru dan orang tua/wali yang memiliki tujuan sama
yakni anak-anak harus belajar, harus dapat ilmu, dan harus berubah baik secara
kognitif, afektif, psikomotorik, dan tentunya kepribadian yang luhur.
Pembelajaran sederhana dan
menyenangkan akan memberikan angin segar bagi anak-anak, guru, dan orang tua di
masa pandemi covid 19 karena ini bisa menambah imun tubuh. Beragam cara penyampaian materi, beragam
model belajar, proses pembelajaran yang sangat variatif, kreatif, dan
menyenangkan akan mengurangi beban berpikir. Lebih-lebih jika penilaian hasil
belajar dibuat relatif longgar.
Guru dan tenaga kependidikan harus
secara totalitas beradaptasi dengan teknologi dan informasi. Pembelajaran e-learning perlu dijadikan sebagai
sahabat belajar bagi guru dan siswa, juga aplikasi aplikasi lain. Secara tidak langsung hal itu mengakselerasi
guru dan tenaga kependidikan untuk melek teknik informasi IT. Totalitas
tersebut memiliki dampak yang amat pesat, positif juga mengasyikkan karena
fitur-fitur tersebut sudah tersedia di alat komunikasi bapak dan ibu guru.
Ketertinggalan segera terurai dengan IT yang menjadi sahabat pintar detik ini.
Tentu ini harus dikelola dengan baik oleh tenaga yang andal dalam bidangnya
agar hasil proses pembelajaran juga secara cepat terakses oleh siswa dan wali
murid. Obyektivitas hasil juga bisa dipertanggungjawabkan.
Lalu bagaimana dengan hasil sikap
dan karakter siswa? Hasil observasi dan telaah di lapangan survei dilaksanakan
oleh guru wali kelas juga BK melalui home
visit ke siswa dan orang tua sebagai informan. Untuk mendapatkan hasil yang
valid perlu ada penguatan kembali peran kita masing-masing. Guru, wali kelas,
BK juga orang tua harus bersama-sama memberi pendampingan dalam hal kejujuran,
kediplinan, ketaatan seperti pada praktik ubudiyah. Guru perlu memberi motivasi
dan arahan tentang apa saja yang dilakukan oleh siswa.
Masa depan yang gemilang sebagai
amunisi bagi siswa. Mereka perlu diingatkan agar tidak melakukan kegiatan yang
akan merugikan masa belajarnya. Keteladanan atau uswah guru dan orang tua
menjadi roll model bagi siswa untuk
menjadi sang idola. Walhasil, sekecil apa pun proses pembelajaran yang bapak, ibu guru, dan orang tua lakukan
hari ini di masa pandemik covid 19 memliki akses yang luar biasa bagi semua
pihak termasuk siswa dalam pembentukan karakter positif, cara berfikir cerdas,
kreatif, responsif, dan kompetitif.
Bagi lembaga satuan pendidikan
madrasah dan sekolah, aspek sarana prasaranalah yang lebih spesifik berhubungan
erat dengan pandemi covid-19. Ada
kelengkapan standarisasi protokol kesehatan mulai wastafel, handsanitizer, masker, termo-gun, phisical distancing, penataan ruangan yang semua itu berorientasi
kepada keselamatan dan kesehatan. Dari sini bisa dimaknai penting dan mahalnya
kesehatan, hidup sehat perilaku sehat. Semua itu hasilnya adalah menciptakan
situasi pembelajaran yang sehat, akal menjadi sehat, batin menjadi sehat,
lingkungan belajar menjadi sehat sehingga keberhasilan proses belajar akan
mudah kita gapai. Al ‘aqlus salim fi
Jismi Salim (dari badan yang sehat akan lahir akal yang sehat dan
produktif).
Suasana
yang demikian harus kita olah dengan cerdas sebagai bagian ijtihad/upaya yang sungguh-sungguh dalam mengimplementasikan
seluruh aspek baik. Segi regulasi dijadikan sebagai dasar pedoman dalam
berpijak maupun koordinasi dan kolaborasi untuk memaksimalkan pembelajaran
dalam mempersiapkan generasi emas. Generasi permata hati yang terhias dari
kecerdasan akal, budi pekerti/ perangai yang luhur dengan kualitas yang telah
teruji.
Indikator keberhasilan pembelajaran
pada masa covid 19 adalah bila yang sudah diimplementasikan oleh semua pihak,
guru, pemerintah, siswa juga wali murid pencapaiannya bisa dilihat, bisa
dibaca, bisa dirasakan, bisa dinikmati hasilnya dan terukur standarisasinya.
Hasilnya membuat tersenyum dan gembira, Hasilnya imun menjadi kuat. “Ilmu yang
dilandasi oleh iman yang kokoh akan melahirkan imun yang sehat dan melahirkan
generasi gemilang.
Penulis adalah Kepala MAN 1 Banyuwangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar