Merdeka belajar dapat diartikan suatu bentuk action guru, siswa
dan orang tua secara bebas dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi di
bidang pendidikan. Merdeka belajar yang memiliki arti belajar bisa
dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja seperti belajar
di sekolah, di rumah, di perpustakaan, di bimbel, di alam terbuka baik
secara tatap muka atau online bisa belajar secara mandiri dari youtube
atau laman khusus pendidikan di internet dan tak berbatas waktu.
Merdeka belajar akan lebih meninggalkan kesan bermakna pada siswa
jika dibarengi dengan merdeka mengajar dari guru. Merdeka mengajar diharapkan
menjadi tolok ukur sebuah keberhasilan program pendidikan di zaman
digitalisasi yang serba teknologi. Namun kecanggihan teknologi jangan sampai
menggelincirkann moral dan etika siswa. Para guru dituntut merdeka berpikir
dalam menerjemahkan setiap kompetensi materi yang disampaikan pada siswa. Tidak
hanya itu saja guru juga harus bisa memberikan stimulus yang memungkinkan siswa
mampu berkolaborasi dan menciptakan sebuah karya yang kreatif serta
menyadari bahwa era sekarang menuntut siswa untuk bisa apa bukan tahu
apa.
Kaitannya dengan masa pandemi Covid-19, amatlah perlu adanya
merdeka belajar dan merdeka mengajar antara guru, orang tua dan lingkungan. Di
masa pandemi yang hampir 5 bulan ini tanpa disadari telah menciptakan
guru-guru kreatif dengan bermunculnya cara mengajar penuh variatif bahkan
dengan menggunakan berbagai aplikasi. Semua ini bukan terjadi secara instan
namun beberapa guru menempuhnya mengikuti pelatihan-pelatihan ataupun belajar
mandiri dengan bantuan tutorial-tutorial pembelajaran di youtube dll. Suatu
usaha yang memang butuh kesadaran diri, kemauan yang kuat dan ketelatenan.
Demikian pula para orang tua, keberadaan covid-19 menjadikan mereka
setiap hari harus berdampingan dengan putra-putri dalam belajar,
sekaligus menjadi guru semua mata pelajaran di rumah. Peran bimbingan
belajar secara online juga turut andil menghiasi dunia pendidikan
di masa pandemi baik secara gratis maupun berbayar. Pandemi ini memang menorehkan
banyak cerita di dunia pendidikan maupun di bidang lain.
Model pembelajaran gabungan ini selain sebagai obat penawar kerinduan terhadap guru juga sebagai sarana penanaman karakter pada siswa terutama sikap spiritual dan sikap sosial. Penanaman karakter siswa akan mudah diterapkan jika adanya tatap muka langsung dibandingkan murni pembelajaran secara online saja. Bagaimanapun hasil pendidikan tidak hanya ada peningkatan di segi aspek kognitif saja tapi juga afektif dan psikomotorik.
Selama kegiatan tatap muka di sekolah masih belum diperkenankan
demi kesehatan dan menjaga keselamatan bersama sesuai dengan SKB 4
Menteri. Tentunya praktik yang sesuai di lapangan pada masa pandemi
dengan guru berkeliling ala blended learning ini antara tatap muka dalam
skala kecil, waktu yang singkat dengan pembelajaran online. Keduanya dijalankan
secara berselang seling. Tentunya semua yang dilakukan oleh guru ini dalam
rangka menerapkan konsep belajar merdeka dan merdeka mengajar sesuai kreativitas
dan kemandirian guru. Terpenting hakikat pembelajaran dengan memberikan
pengalaman bermakna pada siswa tetap terjadi dan menjadikan
pendidikan terus berlangsung sepanjang hayat baik di lingkup keluarga,
sekolah dan masyarakat.
1 komentar:
Makasih pak haji... Bisa mengisi blog wartasyafaat
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar