Gejolak Kegiatan Agustusan di Tenggah Covid-19
Oleh
: Vina Zulviana Nafilla
Peringatan
di hari spesial merupakan salah satu hal yang tak bisa lepas dalam diri setiap
orang, tak terkecuali warga negara Indonesia. Apalagi kalau itu di bulan
Agustus, waktu di mana bangsa Indonesia mengumumkan diri bahwa telah terbebas
dari jeruji besi bangsa penjajah. Masyarakat pastinya merasa antusias menyambut
berbagai kegiatan di bulan Agustus yang dinanti-nantikan. Tapi apakah masih
bisa? Di tengah pandemi seperti saat ini, apa mungkin lomba 17-an, pawai
kostum, dan kegiatan lainnya yang menimbulkan kehadiran banyak orang tetap bisa
dilaksanakan? Pasti bisa terlaksana jika dalam kegiatan tersebut semuanya
mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan. Misalnya sering mencuci tangan,
selalu menjaga jarak dengan orang lain, dan juga memakai masker.
Di masa pandemi seperti saat ini kesehatan jiwa memang yang utama tapi kesehatan rohani pun tak boleh diabaikan. Jika kesehatan mental kita tetap terjaga, pastinya kesehatan raga juga akan selalu terjaga. Dari dulu mencari pekerjaan memang tak bisa di bilang mudah, apalagi di saat virus merajalela seperti sekarang. Bukan tak mudah lagi tapi super luar biasa susahnya. Dan hal itu besar kemungkinan membuat beban pikiran tersendiri bagi orang-orang. Beban pikiran yang semakin lama semakin menumpuk tidak boleh di abaikan begitu saja, karena efek akhirnya bisa meruntuhkan sistem imunitas tubuh. Oleh karena itu, menghibur diri sebenarnya juga dibutuhkan. Salah satunya adalah mengikutkan diri dalam kegiatan 17 Agustusan. Selain tidak dipungut biaya pastinya bisa memunculkan gelak tawa karena tingkah lucu selalu saja hadir dalam kegiatan tersebut.
Tapi
yang dulu tidak sama dengan sekarang, kegiatan Agustusan tahun ini berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya. Diperlukan fasilitas tambahan seperti sabun cucu
tangan, hand sanitizer, dan keperluan semacam lainya guna melindungi kita dari
resiko besar terpapar Covid-19. Tapi jika semua itu tak diimbangi dengan
kesadaran setiap orangnya, fasilitas seperti sabun cuci tangan juga sama sekali
tidak ada gunanya. Sabun cici tangan, hand sanitaizer, bak yang mengalirkan
air, bahkan sepanduk bertuliskan 'selalu jaga jarak' atau pun 'cuci tangan
sebelum masuk' yang sudah disiapkan di depan area masuk acara berlangsung tidak
akan berguna jika orang-orang hanya melewatinya bagai pajangan. Maka diperlukan
satu atau dua orang yang menjaga di pintu masuk guna menegur orang yang
mengabaikan protokol kesehatan seperti tidak mencuci tangan atau bahkan tidak
mengenakan masker. Itu adalah misal jika kegiatan Agustusan dilakukan di lingkungan
terbuka. Di masa serba canggih dengan teknologi seperti saat ini, kegiatan
Agustusan pun bisa dilakukan tanpa perlu keluar rumah. Mulai dari Facebook,
Twitter, sampai Instagram pastinya menawarkan berbagai perlombaan yang
menggiurkan bagi para peminatnya. Seperti desain logo atau spanduk serta konten
video kreatif bertemakan 'Semarak Kemerdekaan Indonesia'.
Memang
tidak semua perlombaan itu gratis, ada yang mungkin dalam persyaratan
mengikutinya dicantumkan nominal pendaftaran. Tapi biaya pendaftarannya pun
selalu tidak sampai membuat peminatnya mundur ketika melihat nominal rupiahnya.
Jika niat mengikuti sudah tertanam dalam hati, biaya sebesar apapun pasti dapat
dipenuhi. Apalagi kalau dalam perlombaan tersebut dijanjikan hadiah bagi para
pemenangnya. Kalah dalam perlombaan memang sudah biasa terjadi. Penantangnya
juga pasti tak bisa diremehkan. Pertanyaan bisa atau tidaknya memenangkan suatu
perlombaan jelas selalu menghantui. Intinya usaha dan berdoa saja dulu, apapun
hasilnya serahkan pada Yang Maha Esa. Kalau menang ya berarti rezeki, kalau
tidak ya berarti kemenangan itu bukan yang terbaik untuk kita dapatkan. Bisa
saja setelah memenangkan lomba tersebut kita jadi sombong dan atau mungkin saja
kita malah menggunakan hadiah dari kemenangan tersebut untuk hal yang tidak
baik. Selain merugikan diri sendiri pastinya akan merugikan orang lain.
Seperti
menang dan kalah dalam pertandingan, di masa pandemi seperti saat ini,
sebenarnya kita juga sedang berlomba-lomba menghadapi musuh yaitu Covid-19.
Yang menang akan selamat dan yang kalah bisa terbaring di rumah sakit mendapat
perawatan atau mungkin saja bisa meninggal. Jika ingin menang dalam persaingan
ini tentunya membutuhkan usaha dan doa. Tak bisa kan kita hanya berpangku
tangan dan tiba-tiba menang begitu saja. Walau tak besar pasti ada usaha serta
doa saat kita menginginkan sesuatu. Seperti melawan virus ini, kita bisa
melakukan usaha seperti rajin mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer dan
memakai masker jika keluar rumah, serta selalu menjaga jarak dengan orang lain
karena bisa saja kita terinfeksi virus ini atau malah kita yang membuat orang
lain terinfeksi. Bisa juga dengan selalu menjaga wudhu, karena saat berwudhu
secara otomatis kita akan selalu menjaga jarak dengan orang lain dan secara
otomatis pula bisa mencegah kita terpapar Covid-19.
Di
sisi lain usaha, doa juga sangat penting. Berdoa agar pandemi ini segera
berlalu agar keadaan segera kembali normal. Jika keadaan sudah kembali seperti
biasanya, kita pun bisa mengadakan dan mengikuti kegiatan 17 Agustusan seperti
tahun-tahun sebelumnya pula. Mungkin kegiatan Agustusan di lapangan terbuka
tidak boleh dilaksanakan tapi masih banyak kegiatan positif yang bisa kita
lakukan guna memeriahkan kemerdekaan Indonesia di tahun ini. Seperti perlombaan
dalam media sosial tadi contohnya. Walau proses kegiatannya tidak membuat kita
berada dalam satu lokasi, tidak bertemu secara langsung. Namun, rasa
nasionalisme akan selalu melekat dalam diri kita. Karena kita Indonesia dan
karena kemerdekaan ini adalah milik kita.
*Penulis
adalah Siswa Kelas XI MIPA MAN 3 Banyuwangi di Srono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar