Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Jalan panjang menuju New Normal

Jalan panjang menuju New Normal


Jalan panjang menuju New Normal
Oleh : Joko Juwono

Badai krisis melanda sebuah kebun binatang, pihak pengelola terpaksa menurunkan harga tiket masuk dari Rp.15.000 menjadi Rp.9000 namun masih sepi pengunjung, kemudian harga kembali diturunkan menjadi Rp.2500, tetap saja tidak menggugah minat masyarakat untuk berkunjung hanya sekedar wisata atau memperkenalkan anak anaknya pada dunia satwa.
Akhirnya pihak pengelola membuat terobosan yakni menggratiskan tiket masuk, benar saja upayanya membuahkan hasil, ratusan pengunjung sibuk mengantri melewati pintu gerbang masuk. Setelah semua pengunjung di dalam kebun binatang menikmati aneka satwa tiba tiba pintu di setiap kandang binatang terlepas, keluarlah semua binatang herbivora dan carnivora, langsung mendekati pengunjung seakan tahu ada santapan segar setelah beberapa waktu tak pernah mencicipinya. Seketika semua pengunjung berhamburan panik, berlarian menuju pintu keluar dan pintu masuk. Secara bersamaan kunci di setiap pintu gerbang tidak bisa dibuka, macet! Pengunjung semakin panik dan berteriak minta tolong, petugas jaga bingung tidak bisa membuka pintu gerbang. Puluhan binatang buas semakin mendekati kerumunan pengunjung. Tiba tiba seorang pengunjung mendekati petugas yang terhalang pagar teralis besi sambil berteriak kalau dia seorang pengusaha kaya memiliki banyak perusahaan dan berjanji bila ia bisa dikeluarkan secepatnya akan diberikan imbalan uang ratusan juta rupiah.
Itulah gambaran cerita seorang teman ketika terlibat obrolan ringan di warung kopi melihat kondisi masyarakat jika dikaitkan masalah kesehatan. Memang benar terkadang kita kurang perduli dengan kondisi kesehatan sendiri tatkala badan sehat mampu melakukan berbagai aktivitas di luar rumah, sebaliknya ketika badan terasa tak berdaya, dimana dokter telah mendiagnosa adanya penyakit serius dalam tubuh, saat itulah panik melanda. Jangankan hanya membayar biaya perawatan, harta di rumah dan sertifikat tanah pun pasti diberikan demi keselamatan jiwa..
Begitu juga yang terjadi sampai hari ini, meskipun pemerintah secara masif telah melakukan berbagai cara untuk memutus rantai penyebaran virus corona namun masih terlihat sebagaian masyarakat yang berpotensi tertular terkesan santai ( baca: santuy ) ketika dianjurkan mematuhi protokol kesehatan.
Upaya pemerintah dalam melindungi setiap warga negaranya menjadi prioritas utama sehingga tindakan yang bisa dibilang extra ordinary pun menjadi pilihan yakni menghentikan seluruh aktivitas masyarakat di luar rumah menjadi kegiatan dari rumah mulai perkantoran, proses pembelajaran, kegiatan ibadah dan sepertinya tidur pun harus tetap di rumah alias dilarangnya liburan ke semua tempat wisata.
Dampaknya juga tak kalah hebohnya, selain jumlah korban positif tertular Coronavirus Disseas atau covid-19, berbagai persoalan ekonomi dan sosial muncul di tengah masyarakat dimana pertokoan harus tutup lebih awal hingga daya beli masyarakat terkikis oleh pandemi, konsekuensi pembelajaran dari rumah mengakibatkan tagihan paket data menggelembung, pedagang kantin juga meradang dikarenakan hilangnya pendapatan harian dan yang tak kalah mirisnya mereka yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata tiba tiba menjadi pengangguran saat itu juga. Belum lagi himbauan untuk selalu stay at home, rasanya seperti orang terpenjara. Benar benar ambyar, kata lare osing kepileng.
Bulan juni yang seharusnya menjadi peringatan hari buruh dan hari lahirnya pancasila terlewat begitu saja seakan kalah nyaring bunyinya dengan pemberitaan dampak pandemi corona yang begitu masif. Ulasan berita terus menerus mengenai jumlah pasien positif dan korban meninggal kian meningkat setiap harinya di beberapa tempat hingga upaya sebagian pedagang pasar menolak diadakannya rapid test untuk mengetahui potensi penyebaran virus seakan menjadi momok serta ketakutan berlebihan.
Sebagai bangsa beradab yang pernah mengenyam pendidikan moral dan memahami landasan dasar negara Pancasila tentu tidaklah sulit sebenarnya untuk selalu percaya bahwa badai pasti berlalu. “Selalu ada hikmah dibalik sebuah bencana”, itulah pesan orang tua tatkala musibah silih berganti menghampiri negeri tecinta ini, tersirat adanya keyakinan bahwa Tuhan YME selalu ada bersama kita. Percaya bahwa ujian dan cobaan hanya sekedar numpang lewat saja.
Kini saatnya anak bangsa bergerak bersama, gotong royong dan bahu membahu ikut menanggulangi dampak pandemi corona, mengamalkan nilai nilai luhur semangat pancasila tidak hanya diraih dari bangku sekolah saja namun peran aktif ikut serta mencerdaskan kehidupan bermasyarakat secara nyata adalah tujuan utama para pendiri bangsa dalam merumuskannya.
Berbagai persiapan telah dilakukan Pemerintah menuju tahapan new normal semakin terlihat termasuk kota the sunrise of java ini. Namun itu saja belum cukup, jalan panjang masih terhampar di depan yakni upaya menumbuhkan niat, disiplin dan kemauan bersama secara terus menerus untuk selalu melindungi diri agar terhindar dari potensi penyebaran virus dengan menjalankan protokol kesehatan dengan benar.
Pelaksanaan new normal atau penyesuaian kebiasaan baru bukan berarti bebas seperti sebelum ada pandemi corona dan melakukan kontak dengan siapapun, masyarakat justru dilatih untuk lebih disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
Ini yang selalu terabaikan, perintah atau anjuran mematuhi protokol kesehatan terkesan hanya sebatas aturan semata, dijalankan tatkala petugas jaga di depan mata.
Penggunaan masker ketika bertemu orang lain, menjaga jarak satu sama lain minimal 1 meter untuk menghindari droplet dan selalu mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin serta beberapa aturan lainya adalah kunci penekanan pergerakan virus di masyarakat, namun itu hanya bisa dilakukan ketika niat dan kemauan telah tertanam dalam diri masing masing. Seperti yang pernah disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur, Bapak Emil Dardak ketika berbicara mengenai tahapan menuju new normal, “Tanpa ada niat mustahil kita menuju new normal’.
Sudah menjadi tugas anak bangsa untuk bergerak bersama memberikan bantuan dan semangat pada yang terdampak, menghibur keluarga bila anggota keluarganya terpapar positif corona dan terus menerus menanamkan dan menumbuhkan pemahaman fungsi serta tujuan dibentuknya protokol kesehatan pada semua lapisan masyarakat melalui obrolan santai di pos kamling atau forum forum sosial di tingkat RT/RW/Kelurahan bahkan juga forum keagamaan berskala kecil di tempat tempat ibadah dengan menciptakan komunikasi dua arah sehingga pesan dapat tersampaikan secara benar.
Kegagalan memahami konteks new normal dengan benar tentu bisa berakibat fatal hingga berpotensi munculnya gelombang susulan. Cukup sudah 3 bulan merasakan hidup dalam ketidakpastian, saatnya introspeksi, menghargai kesehatan jasmani dengan memahami fungsi dan tujuan diberlakukannya protokol kesehatan agar terhindar dari berbagai macam virus yang tersebar di tengah masyarakat.. Janganlah kita terjebak di dalam sebuah kebun binatang hanya karena rutinitas untuk mengejar ego sektoral belaka. Memperingati hari besar tanpa kemauan untuk memahami tujuan peringatan itu sendiri seperti perjalanan panjang tanpa arah. Selamat memperingati hari lahir Pancasila semoga kita mendapatkan pelajaran sesudahnya, Pancasila adalah ideologi kita bersama. Selamat jalan covid-19

Taman Baru, 22/06/2020



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog