PATUHI
PROTOKOL KESEHATAN WUJUD GOTONG ROYONG LAWAN COVID-19
Oleh :
Uswatun Hasanah
Pemerintah
terus saja mengumumkan perkembangan terkini kasus Covid-19. Bahkan hampir
setiap jamnya. Melalui juru bicara khusus penanganan Covid-19 yaitu Achmad
Yurianto. Selalu saja menjadi Newsline, Breaking News, Trending Topics ataupun
Headline. Hal ini terkesan bahwa
seakan tak ada berita lain yang lebih berharga dibandingkan dengan Covid-19.
Sebagian orang beranggapan bahwa hal itu seakan diada-adakan. Sebagai orang
lagi menganggap berita itu sangat membosankan. Sampai-sampai saking
antipatinya. Begitu muncul breaking news atau yang sejenisnya, langsung saja
bergegas untuk pindah chanel. Tapi disisi lain, justru ada yang menanggapi
berita tentang Covid-19 ini memang berita yang benar-benar penting. Jadi begitu
muncul Breaking News, malah semakin antusias untuk menyimaknya. Dan
mengikutinya dengan penuh seksama. Bahkan tak mau diganggu sedikit pun. Ada
anak yang ramai atau berbicara agak keras, ditegur nya, disuruh nya diam. Dengan harapan bisa mendengarkan perkembangan
berita tersebut.
Hal
ini bukan tanpa alasan. Kenapa akhirnya pemerintah terus mencanangkan sikap
hati-hati dan waspada kepada seluruh warganya terhadap Covid-19 ini. Betapa
tidak dari pertama diumumkannya kasus Covid-19 ini, hingga kini sudah memasuki masa ke 6 bulan.
Tapi belum ada tanda-tanda kasus Covid - 19 ini akan segera berakhir. Ini
menunjukkan bahwa kasus ini adalah kasus besar. Kasus yang sangat berbahaya.
Bahkan korbannya semakin lama semakin banyak. Mulai dari masyarakat kecil, menengah hingga para pejabat. Mulai dari orang tua hingga anak-anak. Bahkan bayi yang baru lahir pun ada yang
sudah menjadi korbannya.
Berbagai
upaya telah dilakukan oleh Pemerintah. Dari pusat hingga ke pelosok-pelosok
daerah. Mulai dari upaya anjuran selalu
menggunakan masker, rajin cuci tangan,
anjuran di rumah saja, Lockdown,
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga kini
memasuki kebijakan New Normal dan tes
Swab serta Rapid Test. Akan tetapi itu belum bisa menjamin sepenuhnya kasus
Covid-19 ini akan segera berlalu.
Yang
lebih miris lagi. Yang perlu dijadikan pemikiran bersama, sebagai upaya
sungguh-sungguh, penanganan dan pencegahan kasus Covid-19 ini, adalah Pemberian
bantuan material yang diambil dari anggaran khusus. Tidak tanggung-tanggung, Pemerintah sengaja
mengalokasikan dana triliunan rupiah. Dengan alokasi yang fantastis. Sebagai
peruntukannya adalah digunakan untuk pembelian Alat Pelindung Diri (APD), untuk
para tenaga medis, untuk bantuan bagi
warga yang terdampak. Sungguh baru kali ini tercatat dalam sejarah dunia. Heboh, gempar, mengerikan dan begitu sangat
mengguncang.
Namun, dibalik itu semua. Tidak semua orang
menanggapi kasus ini dengan serius.
Banyak orang yang abai. Banyak sekali pelanggaran terjadi
dimana-mana. Bahkan di kota-kota
besar. Kota dimana pandemi terbesar.
Taruhlah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan berbagai alasan. Alasan yang
ringan hingga alasan yang sengaja dibuat-buat demi kepentingan pribadi. Sebagai
contoh para pengendara tidak menggunakan masker, alasan lupa, para pedagang tetap nekat
membuka lapak dagangannya, alasannya urusan ekonomi, tetap berkerumun dengan
mengabaikan social distancing, alasannya
takut tidak kebagian jatah saat pengambilan bantuan. Sungguh mengenaskan. Demi kepentingan pribadi, kepentingan
segelintir orang, harus mengorbankan banyak orang.
Pada
kasus lain yang sangat miris. Taruhlah yang terjadi di Makassar dan beberapa
daerah lain di Indonesia. Mereka berbuat sesuatu yang arogan. Mengambil paksa
jenazah dari Rumah Sakit, yang telah dinyatakan positif Covid-19. Belum
lagi, pemakaman jenazah Covid-19 yang
dilakukan dengan tanpa mematuhi protokol kesehatan. Mereka bertindak sendiri
tanpa memikirkan keselamatan orang lain. Tanpa menghargai upaya dan jerih
payahnya para tenaga medis yang telah berjuang di garda terdepan. Mereka pasang
badan demi keselamatan orang lain. Sementara keselamatan mereka sendiri
diabaikan. Betapa tidak, para tenaga
medis tersebut dalam menjalankan tugasnya, mereka harus memakai APD yang sangat
ribet. Dalam pemakaiannya tidak cukup
dilakukan sendiri, butuh bantuan orang lain. Belum lagi, mereka harus
mengenakan APD tersebut hingga berjam-jam bahkan tak jarang harus seharian
penuh. Sungguh tak dapat dibayangkan. Sedangkan saat normal saja, ketika cuaca cerah kemudian harus memakai
mantel atau jas hujan, dalam jangka
waktu maksimal 2 jam saja, begitu gerah
dan pengapnya. Apalagi mereka sampai sehari semalam. Belum lagi, para tenaga
medis itu tak jarang mereka juga sudah berkeluarga. Memiliki anak, istri ataupun suami. Mereka rela berkorban
meninggalkan keluarganya demi menjalankan tugas. Tugas sebagai profesi dan
terlebih lagi adalah tugas kemanusiaan.
Jika hingga
memasuki bulan Juli atau perkiraan pesimistis hingga akhir tahun ini
nanti. Kasus Covid-19 tidak segera
berakhir. Akan berapa banyak lagi pengorbanan yang harus dikeluarkan? Akan
berapa banyak lagi nyawa yang melayang? Ataupun harus berapa banyak lagi
anggaran yang harus dikeluarkan? Bahkan harus berapa lama lagi rasa stress,
depresi bahkan trauma nasional ini berlangsung?
Haruskah
pengorbanan mereka yang telah berjuang di garda terdepan diabaikan? Haruskah
triliunan anggaran menjadi sia-sia? Oleh karena itu, marilah kita semua saling
bergotong royong demi mencegah dan mengakhiri ini semua. Senantiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dan
mematuhi semua anjuran dari pemerintah. Sebagai apapun kita dan dimanapun kita
berada. Kalau tidak sekarang, kapan lagi.
Kalau bukan kita siapa lagi?
Oleh : Uswatun Hasanah
Alamat : Dusun Krajan 2, RT/RW : 003/008 Desa
Gambiran Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar