Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Membangun Karakter Anak Di Rumah Saat Pandemi Covid-19

Membangun Karakter Anak Di Rumah Saat Pandemi Covid-19


               
 Dunia tergoncang dengan datangnya wabah corona yang semakin menyebar ke seluruh penjuru dunia. Virus ini telah mengakibatkan aktifitas manusia sebagian terhenti, karena penyebaran virus ini melalui sentuhan terhadap benda di sekitar kita. Memaksa manusia sebagai makhluk sosial untuk berhenti bersosialisasi dengan orang lain (Socia Distancing), tidak bersalaman dan jaga jarak aman minimal 1 meter. Demi keamanan, sekolah dan madrasah pun di tutup, dunia pendidikan tergoncang. Siswa harus tetap belajar di rumah, guru pun harus tetap mengajar dari rumah. Sistem pembelajaran daring pun menjadi solusi agar interaksi proses pembelajaran tetap bisa di laksanakan.
                Peran orang tua menjadi sangat penting dalam melancarkan proses pembelajaran tersebut. Tidak sedikit orang tua merasa kewalahan dalam mengatur kedisiplinan anak dalam belajar, para orang tua benar-benar menjadi agen perubahan bagi anaknya. Biasanya orang tua sibuk bekerja, dan menyerahkan keberhasilan belajar anak di sekolah atau madrasah. Kini orang tua harus mampu menjadi guru bagi anak-anaknya. Saya pun mengalami hal yang sama, sangat mudah mengajar sekian ratus siswa dari pada mengajar dua anak di rumah. Kebutuhan pelajaran yang beragam adalah kendala tersendiri bagi orang tua dalam membimbing proses belajar ini.
                Anak terbiasa berdiskusi dengan teman dan gurunya ketika belajar di sekolah dan madrasah. Di rumah anak hanya berjibaku dengan satu central kehidupan yakni teknologi, jelas rasa bosan dan frustasi akan mengglayuti pikiran mereka. Peran orang tua untuk memberikan kebahagian dan rasa aman sangatlah dibutuhkan. Ada pepatah dalam Islam yang terkenal menyebutkan bahwa “Al Ummu Madrasatul Ula,” artinya seorang ibu atau dalam hal ini orang tua adalah sekolah atau madrasah pertama bagi anak-anaknya. Kalimat ini sering kita dengar, tetapi para orang tua terkadang lupa akan esensinya. Kiasan tersebut mengandung arti yang sangat penting, mendalam dan substansial. Ibu adalah guru pertama, ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya sebelum anak menimba ilmu di sekolah atau madrasah atau belajar dengan lingkungan sekitarnya.
                Saatnya membangun karakter anak ketika di rumah saja, tidak perlu bosan dan murka atas keadaan. Tetap kita jalani dengan rasa syukur dan bahagia. Banyak aktifitas yang bisa kita tanamkan untuk menanamkan karakter anak yang sesungguhnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan formal melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan bekerjasa sama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat. Dalam kodisi saat ini peran keluarga menjadi tombak utama dalam membangun karakter anak yang sesungguhnya.
                Beberapa nilai karakter yang bisa di bangun dalam keluarga pada masa di rumah aja sebagai berikut : (1) Religius adalah sikap ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama. Membangun karakter religius harus dengan penguatan contoh dari kedua orang tua yang secara disiplin melaksanakan kepatuhan beribadah. Anak akan mudah melaksanakannya jika kedua orang tua juga melakukan hal yang sama. Suri tauladan orang tua berperan penting untuk membiasakan anak melaksanakn rutinitas ibadah tanpa harus di perintah. Seperti pembiasaan salat berjamaah dan membaca Al-Qur’an. Secara kontinyu kedua orang tua harus sabar dan telaten dalam membimbing sikap religius anak, hingga terbentuk menjadi karakter religius. Seperti dalam hadits Rasulullah SAW yang telah diriwayatkan dari Amr bin Syu’aib, dari kakeknya, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidurnya.” (Abu Daud : 495 dan Ahmad: 6650 dishahihkan oleh Al-Abany dalam Irwa’u Ghali, no.247. Hal tersebut bertujuan agar anak tidak meninggalkan salat ketika sudah baligh, sebagai orang tua wajib memberi perintah dan mendidik perkara yang wajib. Memukul anak dengan tanpa melukai, hanya sebagai penguat kedisipinan anak saja.(2) Nilai gotong royong mencerminkan sikap tindakan semangat kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan di rumah mulai dari menyapu halaman, mencuci piring, membersihkan tempat tidur, memasak, berkebun, mengepel lantai. Anak-anak secara rutin di ajak untuk mendisiplinkan diri menyelesaikan kebutuhan diri mereka melalui pembiasaan nilai gotong royong. Karena nilai gotong royong akan melahirkan sikap empati dan simpati terhadap orang lain, terutama dalam membantu kedua orang tua. Sehingga tujuan orang tua menjadikan anak-anak mereka anak yang shalih dan shalihah akan terwujud. (3) Mandiri adalah sikap dan prilaku yang tidak tergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas dan persoalan. Jika selama ini anak-anak belajar dengan bantuan guru, maka secara mandiri orang tua membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mereka sesui jadwal dan arahan dari sekolah dan madrasah. Secara penuh orang tua dapat mendampingi kegiatan mereka, sehingga anak pun merasa nyaman dalam belajar. Mandiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari di rumah, seperti pembiasaan membersihkan tempat tidur, dan mencuci piringnya sendiri setelah makan (4) Tanggug jawab adalah sikap dan prilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik berkaitan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Nilai sikap religius, gotong royong, dan mandiri akan membentuk sikap tannggung jawab anak terhadap kewajibannya. Walaupun pembiasaan ini harus di laksanakan dengan penuh kesabaran dan cinta kasih, tanpa hardikan dan bentakan kedua orang tua. Dengan sikap kelembutan dari kedua orang tuanya, anak akan melaksanakan tanggung jawabnya dengan disiplin dan percaya diri. (5) Komunikatif adalah sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik. Jika selama ini orang tua jarang berkomunikasi dengan anak-anak mereka karena sibuk dengan pekerjaannya. Maka, masa di rumah aja adalah saat yang tepat untuk membuka komunikasi tentang kebutuhan dan keinginan mereka. Sehingga akan menjadika suasana keluarga yang harmonis, karena adanya komunikasi yang berimbang antara orang tua dan anak.
                Begitu banyak kegiatan di rumah yang bisa orang tua terapkan selama masa stay at home ini. Pelajaran yang sesungguhnya adalah datang dari kegiatan pembiasaan yang di terapkan orang tua di rumah. Kegiatan tersebut merupakan bentuk praktik langsung dari teori yang mereka dapatkan dari bangku sekolah bersama guru mereka. Semoga para orang tua tidak merasa bosan dan lelah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru di rumah. Tetap akan lahir generasi emas lewat rumah mereka masing-masing jika orang tua mampu membangun karakter mereka selama di rumah saja.                                       
Penulis :, Lulu’ Anwariyah, S.S.,
Guru MTsN 4 Banyuwangi. 




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Luar biasa bu lulu,salut

Unknown mengatakan...

Luar biasa bu lulu,salut

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog