Melayani
Dengan Sepenuh Hati
Oleh
: Eny Susiani
Melayani
dengan hati, ah seperti slogan saja, hanya abang abang lambe. Mungkin
ada yang berfikir seperti itu. Tapi tunggu dulu, itulah yang kami lakukan,
mengakhiri pembelajaran dengan pembagian Raport siswa. Kami buat undangan
dengan memperhatikan protokol kesehatan di era kebiasaan anyar (New Normal)
mulai kami layani di meja meja yang kami tata di luar kelas berjauhan, wajib memakai
masker, wajib cuci tangan, himbauan tidak berkerumun, tidak usah bersalaman apalagi
cipika cipiki, tidak tanda tanga dan hanya di beri tanda centang untuk
kehadiran, wali kelas dan guru yang melayani mengunakan face shild, kehadiran
orang tua dilakukan beberapa shif yang mengakibatkan kegiatan semakin lama,
tidak adalagi rapat besar wali murid dengan komite.
Ah
ternyata semua itu tidak cukup menyakinkan untuk sebagian wali siswa, ada yang
tetap tidak berani hadir dengan segala argumennya, bahkan mereka ada yang tetap
ngotot minta dikirim file PDF Raport putranya, dan semua kami layani dengan
segenap hati yang minta file kami kirim file, yang berkenan datang kami layani
dengan segenap hati dan jiwa raga kami, meskiun kami tahu bagaimana resikonya
ketika kami harus keluar rumah kami berikan senyuman terbaik kami, ucapan
selamat telah naik kelas diera pandemi, dan sedikit petuah khas seorang guru.
Dan
yang orang tuanya dengan segala alasan tidak bisa hadirpun tetap kami layani, anaknya
sendiri yang mengambil, padahal kami sampai harus lembur bermalam malam untuk
menyiapkan semua ini, karena bagi kami siswa adalah amanah yang dititipkan pada
kami sehingga harus kami pertanggung jawabkan pada orang tua dan Allah tentunya,
mereka begitu berharga, pandemi covid-19 menjadi alasan orang tua untuk tiak
hadir di sekolah. Kamipun harus memberikan pengertian pada siswa untuk menjaga
protokol kesehatan, sungguh sebuah kebiasaan anyar yang sulit dan benar benar
perlu pembiasaan untuk melakukannya.
Tapi
sudahlah, karena kami memang harus melayani dengan sepenuh hati semua kami
layani dengan tetap berpikir positif, tanpa prasangka dan tetap semangat
tentunya, yakin bahwa suatu saat akan segera berakhirnya pandemi covid-19 yang
menyita energi dari semua lini tanpa harus menghakimi, sebagaimana lagu Ebid G
Ade “badai pasti berlalu”.
Dan
tentunya diiringi rasa syukur, meski sulit dan terasa menghimpit, menyesakan
dada dan jiwa sosial kita. Alhamdulillah lega rasanya tahun pembelajaran
2019/2020 berakhir sudah, semua sudah terlewati tanpa ada yang terlompati,
mulai PAT (penilaian akhir tahun) dengan segala keruwetannya, Remidi, proses
pengisian ARD ( Aplikasi Raport Digital), Rapat kenaikan kelas dan pembagian
Hasil Belajar Semester genap. Anak anak dapat menikmati liu semesteran meski
sebelumnya menikmati “libur corona”.
Meski
semua harus mekewati jalan terjal berliku dan kadang berduri menembus relung
hati guru guru hebat kami, guru yang rela lembur sampai malam untuk siswanya
agar mempunyai nilai yang diharapkan melebihi standar KKM ( Kriteria Ketuntasan
Minimal), kadang juga harus telaten menelepon siswa yang belum memenuhi standar,
bukan hanya ke siswa tapi juga ke orang tuanya. Kami menyadari bahwa
mengerjakan ujian online dari rumah tidak semudah bayangan, semangat anak anak
berbeda ketika mengerjakan bersama teman sekelasnya, terlebih disekolah bisa
bertemu dengan sang pujaan hati cinta SMA.
Dan
bila tetap tidak ada respon dengan segenap cintanya guru rela menembus ruang
dan waktu menyusuri jalan berliku untuk menemui siswa agar terpenuhi nilainya,
karena nilai disini bukan sekedar nilai yang sebenarnya bisa kita rekayasa
dengan mudahnya, dengan mengaji alias ngarang biji tapi itu tidak kami
lakukan, karena nilai yang kami berharap ada nilai tanggung jawab dari mereka
siswa siswa kami bahwa apa yang mereka dapatkan sesuai apa yang mereka lakukan
bukan bim salabim abagadabra yang membuat mental mereka mental Yang
menghalalkan segala cara, dan mental yang mengangap sesuatu serba mudah tanpa
perlu berjuang dan berkompetisi.
Kami
tidak ingin mereka menganggap nilai sesuatu yang mudah, diperlukan perjuangan
sehingga mereka nantinya akan menjadi pejuang pejuang tangguh yang berkarakter
yang akan menjadi lentera bahkan pemimpin di negeri ini, negeri yang sangat
kita cintai tentu sesuai potensi mereka masing masing, generasi yang proses
pembelajarannya sangat istimewa dimana akan dikenang sepanjang sejarah manusia.
Perjuangan
para guru dimasa pandemi tidaklah mudah, banyak resiko yang harus kami hadapi
ketika kami melakukan tugas kami, karena tidak semua dapat kami lakukan ketika
para siswa melakukan LFH (Learning From Home), atau ketika Penilaian Akhir
Tahun (PAT) dan menyelesaikan pengisian Raport secara online. Cinta guru
terhadap siswa tak akan pudar oleh waktu, dimana masa depan mereka baik maupun
buruk juga akan membawa nama baik almamaternya.
*Penulis
adalah Guru PPKn MAN 3 Banyuwangi di Srono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar