Sepanjang sejarah
dunia, baru kini terjadi. Siswa harus libur atau istilah kerennya Belajar Dari Rumah (BDR). Tidak hanya satu dua hari saja. Bahkan kini sudah
memasuki bulan ke-4.
Senin, 16 Maret
2020 merupakan tonggak awal dari pengumuman Work From Home (WFH) dan stay at home disampaikan. Menjelang
pengumuman itu, Bupati Banyuwangi mengadakan video conference dengan sejumlah
Kepala Dinas terkait pada hari Minggu,
15 Maret 2020, sekitar pukul 20.00 - 22.00 WIB. Alhasil, pada malam itu resmi dinyatakan semua siswa
dari tingkat dasar hingga tingkat atas diwajibkan Belajar dari rumah.
Sungguh kehebohan
masal terjadi pada pagi tersebut. Betapa tidak. Efek Surat Edaran Bupati
tersebut, berakibat sangat dahsyat. Banyak pedagang dan penjual makanan ringan
yang mengais rejeki bersumber dari kegiatan sekolah, mengalami Kebangkrutan
Massal. Mungkin untuk sebagian orang tidak berdampak atau bisa dianggap
biasa saja atau bahkan sepele.
Namun bagi para
pedagang mainan, penjual makanan ringan,
contoh kecil: penjual cilok, es krim dan lain lain yang setiap harinya
keliling dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Ataupun mereka yang menjajakan
dagangannya titip ke kantin sekolah. Sungguh pengumuman stay at home dan
belajar dari rumah, yang diumumkan
mendadak, menjadi mimpi buruk yang tak
terlupakan. Mereka semua sudah membuat makanan
ataupun minuman matang siap dijajakan dengan mengeluarkan banyak modal. Harus
menelan pil pahit. Barang dagangan Mereka mangkrak tak terjual. Para pembeli
yang menjadi sasaran pasar mereka adalah para siswa di sekolah, diliburkan
mendadak.
Mendengar curahan
hati para pedagang tersebut, pastinya kita tidak akan tega. Andai pengumuman
itu disampaikan pada hari Sabtu nya,
mereka pasti sudah siap. Tidak perlu mengeluarkan uang untuk belanja.
Tidak perlu memasak atau membuat olahan makanan matang, yang tak bisa diawetkan lagi. Kerugian besar dari rakyat kecil. Sungguh
mengenaskan.
Belum lagi
pengumuman stay at home dan Belajar Dari Rumah yang terus berlanjut dan
berlarut, menjadikan lumpuh segala segi
sektor ekonomi masyarakat.
Di sisi lain, tidak
semua siswa ataupun orang tua memiliki Hp android yg menggunakan Whatsapp (WA).
Dimana dari grup-grup WA itulah pengumuman tentang SE Bupati itu disampaikan.
Terutama siswa yang tinggal di desa dan orang tuanya kurang beruntung dalam
bidang ekonominya. Mereka tidak memiliki Hp android lantaran menganggap dari
pada dibuat beli Hp lebih baik dibuat kepentingan yang lain, taruhlah membeli beras. Bisa dimakan seluruh anggota keluarga.
Sejak keputusan
stay at home dan BDR itu diberlakukan banyak kasus anak yang mengalami
kesulitan belajar di rumah. Mereka terbiasa belajar dengan bimbingan dari para
Bapak/Ibu guru di sekolah, kini belajar dengan orang tua. Pada awalnya, masih
sehari dua hari atau bahkan satu minggu masih enjoy, tapi lama kelamaan para orang tua juga
menjadi stres. Lantaran tidak semua orang tua mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan anaknya. Hari hari dirasakan
semakin membosankan.
Belum lagi kasus
yang harus dihadapi oleh para siswa SMP/SMA yang setiap hari menerima tugas
secara Daring/on line mengeluh
keberatan. Tugas yang mereka terima lebih berat dibanding dengan tugas yang
biasa diterima saat kegiatan pembelajaran di sekolah. Ditambah lagi dengan
biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli paket data internet. Sungguh
memberatkan.
Sampai bulan Juni
ini, pengumuman stay at home atau Work
From Home sejak awal 16 - 29 Maret 2020. Sebelum berakhir sudah muncul
pengumuman perpanjangan lagi 30 Maret - 5 April. Itupun masih diulur lagi
tanggal 6 - 26 April 2020. Para siswa,
guru dan wali murid maupun para pedagang yang mengais rejeki di sekolah
semua berharap segera bisa normal dan masuk sekolah kembali.
Kerinduan,
kecemasan dan perasaan stres semakin menjadi. Angan-angan tentang saat indah
bersama teman dan suasana sekolah dengan kehadiran guru di kelas semakin kuat
menjangkiti hati, perasaan dan pikiran mereka. Berharap keadaan ini segera
berlalu. Mereka semua menghitung hari demi hari. Tak jarang yang sengaja
memberikan tanda merah ataupun lingkaran di kalender yang mereka punya di
rumahnya.
Tapi sungguh
harapan itu "plas" hilang
begitu saja. Belum lagi sampai pada
tanda merah atau lingkaran di kalender. Sudah muncul pengumuman baru yang
menyatakan bahwa stay at home dan BDR diperpanjang.
Yang semula sampai tanggal 26 April 2020 sampai 2 Juni 2020. Seiring dengan
harapan yang pudar, semangat belajar
siswa pun semakin drastis menurun. Bahkan bukan saja para siswa. Guru pun
demikian. Banyak hal yang ingin disampaikan kepada para siswa secara langsung.
Tapi apalah daya. Guru dan siswa tak boleh saling bertemu di sekolah sebagai
mana mestinya. Tidak boleh ada kerumunan. Harus social distancing dan physical
distancing. Padahal tidak semua materi ataupun pesan, bisa disampaikan melalui
Hp. Ada hal lain yang tak bisa diungkapkan. Sungguh membuat hubungan rasa guru
dan siswa benar-benar terasa terpisah oleh jarak dan waktu.
Ada hal lain yang
lebih tragis dan memilukan lagi. Tak jarang para siswa membuat video lalu
dishare. Mereka mengatakan rindu sekolah, rindu guru dengan berbagai gaya. Hal
ini membuat hati guru semakin terenyuh. Tak lupa pula setiap kali video call
menanyakan kapan bisa masuk sekolah.
Padahal guru juga
tak jauh beda. Keadaan ini juga
dirasakan sangat berat. Tugas dari atasan untuk membuat laporan kegiatan setiap
hari. Harus mengisi instrumen dan menyiapkan lampiran tugas yang sudah
diberikan kepada para siswa. Membuat instrumen pemantauan kegiatan siswa BDR
dalam bentuk google drive yang harus terus menerus. Ditambah lagi, itu semua
harus dilakukan secara on line. Otomatis
itu semua membutuhkan biaya tambahan. Yaitu harus membeli paket data. Yang
biasanya satu bulan maksimal cukup Rp 50000. Kini tak cukup lagi.
Belum lagi harus
menerima berita miring dari medsos. Jadi guru itu enak. Guru dikatakan makan
gaji buta. Tidak bekerja, libur dan
leha-leha di rumah saja. Tapi mereka masih tetap menerima gaji. Sungguh miris
nasib mereka.
Kami semua rindu
keadaan yang seperti semula. Kami semua berharap badai ini segera berlalu.
Keadaan kembali aman, tentram dan
terkendali semua. Tapi lagi-lagi kami kecele lagi.
Tanggal 2 Juni 2020
kurang 4 hari lagi. Namun sama seperti yang sebelumnya. Pemerintah kembali
menyatakan keadaan masih belum aman. Dan Menteri Nadiem dan diteruskan oleh
Bupati Banyuwangi dengan mengumumkan kembali BDR diperpanjang lagi sampai
tanggal 14 Juni 2020. Dan siswa baru akan diperbolehkan masuk tanggal 15 Juni
2020. Sekali lagi kita semua kecele.
Dengan perasaan
berat hati. Tanggal 31 Mei 2020, pihak sekolah mengumumkan bahwa BDR
diperpanjang. Sontak hal itu memantik emosi kecewa mendalam bagi para
siswa, terutama siswa setingkat Sekolah
Dasar. Mereka sudah menyiapkan banyak cerita dan pernak pernik oleh-oleh hari
raya. Mereka ingin berbagi dengan teman dan guru di sekolah. Tapi apalah
daya. Ternyata BDR diperpanjang lagi.
Kecewa dan seakan frustasi mereka rasakan. Ngambek dengan orang tua. Yang lebih
dahsyat lagi, ada yang meminta kepada
orang tuanya agar seragam sekolahnya dibuang saja. Karena sekolah sudah ditutup. Saking
kecewanya. Kecele lagi.
Oleh : Uswatun Hasanah
Oleh : Uswatun Hasanah
2 komentar:
Moga..badai segera berlalu
Moga..badai segera berlalu
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar