Jokowi dan Geliat Wisata Banyuwangi
Oleh : Syafaat
Rasanya semua orang terkenal di
Indonesia pernah menginjakkan kakinya di Bumi Blambangan, tanpa terkecuali
Presiden Joko Widodo, orang nomor satu di negeri ini melakukan kunjungan kerja
di Kabupaten terluas se Pulau Jawa ini. Kehadirannya bukan sekedar penasaran
terhadap bumi dimana orang oranya menikmati pertama kali Matahari pagi di Pulau Jawa. P Jokowi tidak pernah
mempermasalahkan dan tidak pernah iri bahwa Matahari yang dinikmati orang
Jakarta sudah pernah dinikmati orang Banyuwangi, karena karuna sinar Matahari
tak akan pernah berkurang meski jutaan tahun.
Akses yang mudah dengan panorama alam nan elok
yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada Kabupaten yang berjuluk The Sunrise Of
Java ini pantas menjadi pemikat siapa saja untuk mengunjunginya. Meski hanya
sebuah Kabupaten, namun parorama alam lengkap mulai dari ombak laut yang paling
tenang nyaris seperti aliran sungai, hingga ombak terbaik yang menjadi
primadona peselancar dunia. Dari puncak gunung dengan aroma belerang aktif
hingga waduk dengan gugusan pulau pulau kecil didalamnya.
Jokowi tidak akan mengunjungi seluruh tempat
wisata di Bumi Blambangan, mungkin hanya makan siang dengan makanan khas
Banyuwangi ditepi pantai selat Bali dengan iringan Tari Gandrung yang memukau,
atau pasar layanan publik yang merakyat yang hanya ada di wilayah ujung timur
Pulau Jawa ini. Presiden Republik Indonesia untuk saat ini tidak akan naik ke
Puncak Ijen untuk menikmati Blue Fire yang di Indonesia hanya ada di
Banyuwangi, atau tempat wisata lain yang tak kalah elok dan mempesona
dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, namun kehadirannya sangat
berarti bagi geliat wisata di Banyuwangi.
Geliat wisata sangat berpengaruh terhadap
perkembangan perekonomian masyarakat, multiefek yang ditimbulkan dari kunjungan
Presiden ketujuh tersebut mungkin tidak dapat dirasakan secara instan, namun
perlahan akan membangkitkan kembali wisata yang seakan sedang tidur akibat
pandemi covid-19. Terlebih di Bumi Blambangan dimana pengembangan wisata yang
seakan masih mencari jati diri. Icon wisata masih belum benar benar disepakati,
begitupun dengan sebtan khusus sebagai daya tarik dari daerah ini.
Sebagai wilayah yang pada pada zaman dahulu
lebih mudah diakses melalui Pulau Bali dibandingkan dengan ketika masuk melalui
wilayah Kabupaten lain di Pulau Jawa, Tradisi dan budaya yang berkembang di
Kabupaten Banyuwangi sangat beraneka ragam dan khas, dimana tradisi dan budaya
diwilayah ini beraneka ragam yang dipengaruhi oleh tari dan budaya dari wilayah
sekitar, disamping tari dan budaya yang tumbuh secara alami dari wilayah yang
dulu pernah menjadi Kerajaan besar yang wilayahnya bukan hanya wilayah
Kabupaten Banyuwangi saat ini, namun juga wilayah lain di Pulau Jawa, karenanya
bukan hal yang aneh ketika dulu pernah ada wacana untuk membentuk Provinsi
Blambangan yang wilayahnya terdiri dari bekas wilayah Kerajaan Blambangan.
Masyarakat Banyuwangi harus berbangga dengan
kehadiran Presiden ke Tujuh ini, dengan mengingat dimasa Pandemi Covid-19 ini
dimana kita tidak tahu kapan akan berakhirnya, terlebih dengan semakin
meningkatnya prosentase orang yang terjangkit penyakit dari virus tersebut.
Denga kehadiran rombongan presiden ini, sebagai salah satu bukti bahwa
Banyuwangi aman dan ramah dikunjungi. Namun kita juga tidak boleh terlena
karenanya. Dengan mengingat penyebaran virus tersebut masih tetap membahayakan
bagi kita semua.
Roda kehidupan tidak boleh terhenti hanya karena
Pandemi covid-19, seperti adagium baru bahwa lebih baik mati karena corona
daripada mati karena kelaparan. Meskipun adagium tersebut tidak selamanya
benar, namun dapat kita jadikan sebuah renungan dan pengambilan kebutusan bagi
para penguasa untuk menentukan sikap dan strategi dalam menghadapi musibah
global ini agar rakyat tidak mati kelaparan dan terhindar dari virus corona. Kaena
ketersediaan pangan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, berbngsa
dan bernegara.
Terlepas dari kepentingan politik yang mungkin
ada dalam kunjungan presiden tersebut, harap dimaklumi karena lembaga
kepresidenan merupakan jabatan politik, dan dalam bernegara saat ini tidak akan
terlepas dari kepentingan politik. Kunjungan Kerja Presiden tersebut di Bumi
Blambangan dengan melihat perkembangan layanan publik yang dilakukan Pemerintah
dengan menggunakan protokol kesehatan dalam kebiyasaan anyar, dengan berbagai
inovasi yang dilakukan, dengan penggunaan media online, jika hal ini dianggap
bagus dan pertama kali dilakukan, mungkin dapat diterapkan di daerah lainnya di
Indonesia.
Terlalu jauh kita berfikir
jika kunjungan Presiden tersebut untuk menjajaki kemungkinan dipindahkannya
Ibukota Negara ke Kabupaten Banyuwangi, meskipun jika itu dilakukan akan sangat
menguntungkan negara dengan mengingat fasilitas yang sudah banyak tersedia bagi
pemindahan Ibukota tersebut, namun Pemerintah telah memutuskan pemindahan
Ibukota dilakukan di Pulau teruas yang letaknya dianggap ditengah tengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya
berharap pemindahan Ibukota kewilayah Kabupaten Banyuwangi sebuah mimpi yang
rasanya sulit untuk diwujutkan menjadi sebuah impian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar