Biarlah
Kenangan Kita Sebatas Bayangan
Oleh;
Tria Aini Wulandari, S.Pd
Tanpa
sengaja ku buka galeri Handphone, kurasakan ada yang menari-nari dalam benakku.
Ketika jari lentikku menggeser layar slide by slide, seolah diriku diajak
berkelana dalam memori lama. Mengingatkanku akan pertemuanku denganmu adalah
sebuah takdir yang tak bisa kita tentukan sendiri. Pertemuan yang awal membawa
keraguan dan ketidakpastian. Apakah aku pantas bersanding denganmu? Apakah aku
bisa menyeimbangimu? Apakah aku bisa membimbingmu dengan sepenuh hati? Apakah
aku bisa berteman baik denganmu? Dan apakah kita bisa saling mengerti dan
peduli satu sama lain? Begitu banyak
pertanyaan yang muncul dibenakku kala itu sehingga membuatku dilema. Tapi tidak
setelahnya, mengenalmu dalam sekejap dunia terasa indah. Layaknya orang sedang
jatuh cinta. Tak ingin seharipun ada yang kulewati tanpa dirimu. Hari-hari
kuhabiskan, walau engkau hanya sebatas orang asing yang di kirim Tuhan sejenak
dalam kehidupanku namun ku berharap kita bisa seperti kawan yang akan terus
bermain dan belajar bersama. Seperti sahabat yang bisa peduli dan saling
memahami. Serta seperti keluarga yang bisa memberikan rasa rindu dan kehangatan
yang berarti setiap saat.
Begitu
dahsyatnya, kekuatan dimensi ruang dan waktu yang pernah kita lalui bersama,
seolah memanggil dan mengajakku untuk kita berjumpa dan bersama kembali. Dari
setiap foto yang kupandangi membawaku menyelami kenangan lama kita bersama,
ternyata dulu kita pernah sedekat nadi, bercanda bersama, bermain bersama,
belajar bersama bak sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan dan akan selalu
bersama selamanya. Masyaallah, kenangan yang terukir di setiap sudut ruang
persegi dimana kala semangatmu tuk belajar setiap hari yang kian membara tak
lagi ku lihat dan keasyikanmu bersendau gurau bersama teman ketika jam kosong
tanpa sebuah pertikaian tak lagi terdengar. Bermain lompat tali dan bermain
permainan tradisional lainnya dijam istirahat di lahan yang luas tak lagi bisa
kita lakukan bersama karena kenangan itu hanya mampu tertuang dalam sebatas
bayangan dan membuatku kini hanya bisa memeluk rindu. Rindu yang tersekat oleh
ruang dan waktu. Padahal kuberharap, kemesraan ini. Janganlah cepat berlalu.
Kemesraan ini. Ingin ku kenang selalu. Sebagaimana lagu Iwan Fals-Kemesraan. Hubungan
kita bukan lagi seperti seorang sahabat, bukan lagi seorang guru dan murid,
namun sekan jiwa kita telah menyatu dalam rindu dan cinta.
Ah
sudahlah, ku mulai tersadar ada yang aneh, basah dan lembab. Ketika kedua pipi
tembemku merasakan ada kehangatan dari air mata yang tanpa sengaja ku teteskan.
Secara spontan senyum yang awal merekah kini tertutup mendung yang menyelimuti.
Kurasakan jariku terasa kaku dan tak mampu lagi bergerak menggeser foto di
slide berikutnya, ketika aku menemukan foto perpisahan kita. Perpisahan yang
hanya bisa kita rayakan secara sederhana. Tak ada panggung yang megah, tak ada
tarian yang spektakuler, tak ada suara drumband yang mengiringi, tak ada momen
kalian dandan cantik dan ganteng yang sedang memakai baju toga, yang ada hanya
penampilan kalian yang sederhana, memakai seragam sekolah dan wajah imut kalian
yang berusaha bahagia dibalik masker dalam acara tasyakur lepas pisah kelas
akhir yang saat itu hanya bisa dihadiri oleh orang tertentu saja karena kita
tidak diijinkan untuk melakukan perkumpulan yang disebabakan adanya tentara
kecil tak kasat mata bak selebritis internasional yang mampu membuat semua
media masa seperti, facebook, instagram, twitter, koran dan televisi
mengagung-agungkan namanya dan berhasil pula membuat semua orang resah atas
kedatangan Covid-19.
Benar-benar
terasa sedih yang teramat, karena dihari kita pisah tak ada pelukan, tak ada
ciuman, dan tak ada berjabat tangan yang bisa aku lakukan hanya sebatas ucapan
selamat jalan semoga kalian sukses yang mampu terucap dari bibir mungilku yang
sesungguhnya berat untuk terucap. Momen itu, benar-benar berhasil
menghipnotisku terlarut dalam kenangan yang penuh deraian air mata. Rasa takut
akan kenyamanan diantara kita yang sulit didapatkan dari orang lain mulai muncul
karena ku merasa rumah lama memberikan begitu banyak kenangan yang belum tentu
didapat dari rumah baru hanya karena perpisahaan. Walau ku tersadar, berpisah
bukan berarti bercerai. Jiwa raga kita boleh terluka dan tak lagi bersatu,
tetapi hati kita harus tetap selalu menyatu. Perpisahan bukanlah cerita akhir
dari sebuah kehidupan. Tetapi perpisahan adalah langkah awal seberapa kuat kita
meneruskan kehidupan tanpanya. Perpisahan mengajarkan kita untuk menghargai
bahwa setiap detik kebersamaan adalah anugerah yang tidak boleh disia-siakan.
Jangan
katakan selamat tinggal bila engkau mencintai karena mata. Karena bagi mereka
yang mencintai dengan hati dan jiwa tidak ada yang namanya perpisahan. Dan bila
boleh memilih, sejujurnya aku tak ingin berpisah denganmu, tapi aku tak boleh
egois. Engkau bukan tahanan yang bisa kami tahan untuk selalu menemani. Tapi
engkau adalah generasi masa depan yang selalu dinanti. Generasi yang diharapkan
mampu bersaing di kancah internasional sehingga bisa mengantarkanmu menjadi
generasi hebat.
Pertemuan
dan perpisahan. Kita pasti selalu mengalami dua hal tersebut dalam kurun waktu
tertentu. Setiap orang pasti memiliki tabungan pertemuan dan perpisahan yang
berbeda-beda. Walau, pertemuan membawa suatu kebahagiaan tapi ingat akan selalu
ada perpisahan yang menunggu. Mereka layaknya dua sejoli yang tak bisa
dipisahkan tapi mampu membuat manusia dapat memahami arti penting pertemuan dan
perpisahan yang sesungguhnya.
Mengiklaskan
adalah salah satu jalan yang membawa kita dalam titik rasa bersyukur kepada
Tuhan Allah. Karena-Nya kita memahami arti bertemu dan berpisah yang indah.
Jelas sangat sulit mengobati hati yang sudah terlanjur patah tapi tak sakit,
terluka tapi tak berdarah, hanya karena kita berpisah. Namun Ingat setiap tetes
air mata yang tertumpah, akan menjadi saksi atas jalinan erat yang selama ini
kita simpul erat-erat.
Biarlah
pertemuan dan perpisahan kita menjadi kenangan yang seperti bayangan. Semakin
kita menjauh semakin dekat ia mengikuti, dan semakin kita dekati ia akan
semakin berlari menjauh. Begitupun kenangan kita, semakin aku merindukanmu
engkau akan terasa jauh karena engkau tak lagi berada di sisiku. Namun semakin
aku berusaha melupakanmu tapi engkau selalu berusaha dekat dihatiku. Dan
biarlah jiwa raga kita berpisah, tenanglah engkau tetaplah anak asuh ku yang
berarti dan engkau akan selalu ada dalam hati.
Selamat
jalan anak anakku, selamat meneruskan pendidikan ssuai cita citamu, doa dan
restu dari orang tuamu yang bukan hanya bertemu denganmu didalam kelas selalu
menyertai untuk kesuksesanmu. Cinta kami selalu bersamamu, kerinduan kami
kepadamu sebagai generasi tangguh akan terus terpupuk dalam bingkai cerita
peperangan hebat kita melawan corona.
1 komentar:
Wah hebat tulisannya mampu membuat pembaca berada dlm pikiran yg sama
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar