Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Terkenal Tidak Harus Bermental Sampah

Terkenal Tidak Harus Bermental Sampah


Terkenal Tidak Harus Bermental Sampah
Oleh : Tria Aini Wulandari

Belajar dari kasus seorang youtuber yang sempat menjadi buah bibir dimedia sosial akibat tingkah konyolnya membuat konten youtube yang tak patut dicontoh oleh siapapun, yaitu bagi-bagi sembako sampah kepada para waria dan anak-anak. Alih-alih masih dalam kondisi genting dimana semua masyarakat tengah berjuang melawan virus corona yang bisa mengintai siapa saja. Baginya itu adalah sebuah lelucon yang cukup menghiburnya karena berhasil mengerjai seseorang, istilah gaulnya "Prank” demi keuntungan mendapatkan banyak follower, sehingga tidak sedikit netizen yang menghujatnya. Tidak berhenti disitu, setelah apa yang diperbuatnya, ia muncul kembali dengan unggahan video permintaan maafnya “Tapi Bo’ong”. Hal ini membuat para netizen semakin geram dan mengakibatkan dirinya sekarang harus menikam di balik jeruji besi. Sayang seribu sayang, masih muda sudah harus berurusan dengan hukum yang menjeratnya dengan pasal berlapis yakni :
Pasal 45 Ayat 3 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Pasal 36 Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE yang menyatakan bahwa “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain”. Dan pasal 51 ayat 2 UU ITE Nomor 11 tahun 2008 menyebutkan setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 dipidana paling lama 12 tahun penjara dan atau denda paling banyak Rp 12 miliar.
Begitu kejam dunia maya dunia dimana dengan mudahnya orang mempulish,
membroadcast, share sebuah berita,  karenanya kita harus pintar-pintar menggunakan media sosial dengan bijak, jika salah sedikit saja akan berakibat fatal. terlebih jika melihat perkembangan dunia teknologi saat ini, mau tak mau mendorong seseorang untuk menjadi manusia masa kini agar tidak dikatai kuper (kurang pergaulan), kudet (kurang update) atau istilah yang lainnya yang bisa mengarah ke arah bullying. Boleh kita menggunakan aplikasi youtube, instagram, tik tok, dan aplikasi-aplikasi lainnya tapi dalam hal kebaikan. Jangan hanya mengikuti trend agar dikatakan anak gaul, kita menggunakan media sosial asal-asalan demi mendongkrak popularitas, terkenal meski dengan cara yang kurang bijak.
Bukankah kita adalah generasi terdidik? atau Generasi terpelajar? Generasi yang telah di didik dan diajarkan tentang etika, sopan santun, adab dan akhlak. Apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral, dimana kita harus memiliki budi pekerti baik dan tata krama dalam pergaulan hidup bemasyarakat sehingga kebaikan budi pekerti dan kelakuan kita diterima oleh masyarakat umum. Jadi tak etis, bila generasi terdidik atau terpelajar melakukan hal yang tak senonoh.
Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai sebagaimana istilah siapa yang menabur angin akan menuai badai. Gambaran perilaku kita akan selalu ada balasannya. Ada keluarga dibelakang kita, maka berusaha jadi seseorang yang bisa membanggakan bukan yang menyusahkan. Pengen terkenal itu mudah, sebagaimana yang pernah disamaikan Alharhum KH Zainuddin MZ yang mengutip adagium Arab bahwa Jika Ingin Terkenal, maka kencingi air zamzam, namun hal ini tidal lazi dan tidak pantas dilakukan. Apalagi kita seorang pelajar, kita bisa terkenal melalui prestasi, baik prestasi akademik maupun nonakademik. Sehingga sebagai bentuk apresiasi orang akan dengan sendirinya mengenal kita. Tinggal kita nya mau berusaha untuk menjadi yang terbaik apa tidak, masih banyak ide kreatif yang lucu, mendidik dan menghibur yang dapat mendongkak popularitas seseorang.
Bila kamu mengaku generasi milineal, jadilah generasi milineal yang bermanfaat. Dimana kita menjadi generasi yang mampu berfikir kritis terhadap apa yang terjadi disekeliling kita, mulai dari masalah Politik, Hukum, Ekonomi hingga sosial dan budaya. Generasi milineal yang bisa menggunakan media sosial secara bijak karena media sosial bisa menjadi pedang bermata dua, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Dan Generasi yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain yang bukan hanya bisa memperhatikan keluarga inti saja, melainkan konsep masyarakat secara menyeluruh. Jika kita dapat membantu 10 atau bahkan 100 keluarga sekaligus, kenapa kita cuman puas dengan satu?
Indonesia membutuhkan banyak anak muda dengan visi yang jelas dan eksekusi yang nyata. Buatlah visi yang realistis dan smart melalui diskusi ide yang kamu miliki. Jangan pernah takut ide kamu dicuri, karena tidak ada ide yang original, dan ingatlah ide itu murah yang mahal eksekusinya. Bila kita bisa melakukannya, secara otomatis kita akan dikenal banyak orang tanpa harus membuat konten-konten yang nyleneh yang tidan mendidik.
Video Jangan Mudik milik Ucup Klaten yang menampilkan Mbah Minto sebagai salah satu video kreatif yang bukan hanya menghibur, namun juga memberikan pesan moral yang sangat apik ditengah pandemi Covid-19, ide kretif tersebut patut diacungi jempol, dimana pesan yang disampaikan akan lebih mengena, begitu juga dengan video video dari youtuber lain yang mengangkat ide ide ringan namun digarap dengan apik dan mendidik.
*Penulis adalah Guru pada MI Darul Amien Jajag Ke. Gambiran Kab. Banyuwangi



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Luar biasa,bagus

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog