Suara
merdu nyanyian rindu nada dering telepon terdengar sayup, sore menjelang pulang
kantor. Sudah tidak ada tau yang harus dilayani, hanya membereskan kertas kerja
agar terlihat rapi. Kuangkat telepon dar nomor tak dikenal, dengan suara lembut
seorang peremuan dari seberang menyapa, seakan sudah kenal lama, dan sepertinya
saya mengenal suara tersebut., meskipun suaranya tak terdengar manja, sambil
mengingatnya saya terus melayani penelpon tersebut hingga saya memastikan bahwa
itu suara Mbak Ira, perempuan paroh baya yang pernah kukenal dekat dengannya.
“Sungguh
berat pengorbanan orang tua yang mempunyai anak perempuan, dia merawatnya sejak
kecil dengan penuh cinta, dan setelah dewasa dengan akad nikah yang berlangsung
beberapa menit, anak perempuan tersebut berpindah hak kepada suaminya yang
belum tentu bahagia” ungkap Mabk Ira
dalam pembicaraannya. Saya mencoba menerka apa yang sedang dihadapinya tanpa
harus bertanya langsung tentang rumah tangganya dan belum ada tanda tanda
diberikan keturunan meski sudah dua tahun mengarungi rumah tangga. Mungkin karena
menikah diusia yang tidak lagi ideal untuk mempunyai keturunan yang menjadi
penyebabnya, ataukah sebab lain yang jika disampaikan menjadi aib ?.
Saya
mengenal suaminya yang usianya sebaya denganku, padahal anakku yang pertama
sudah hampir sarjana, dia baru menikah dengan Mbak Ira dua tahun yang lalu. Menurut
teman temannya suami Mbak Ira dulunya sangat tidak tertarik dengan lawan jenis,
semua teman teman akrabnya berjenis kelamin yang sama. Meskipun terbersit
pikiran dan pertanyaan mengapa lelaki gagah dan kaya tersebut belum menikah
hingga usia tua, saya berprasangka baik
bahwa memang belum bertemu jodohnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar