Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Merawat Jenazah Covid-19

Merawat Jenazah Covid-19


Tangan serasa pucat gemetaran, ketika tangan lentik perawat perlahan memegangnya. Saya tak sanggung memandang wajahnya, meski senyum manis menghias bibirnya. Namun harus terpaksa diam diam saya terus menangkap senyum manis tersebut. Tangan lembutnya memegang benda bulat lancip yang takkan terlupakan bagaimana untuk perta kali merasakannya, getaran hati yang semakin kencang tak terpeduikan, hingga keluar darah dari jari. Bukan tusukannya yang membuat hati bergetar, namun menunggu kepastian hasil itulah yang membuat kita waswas.
Saya pernah mengalami dimana saya harus melakukan Tes diri terhadap penyakit menular berbahaya.saya pernah merasakan ketegangannya, dimana nomor antrian serasa lama untuk segara tahu hasilnya. Begitu juga ketika menjalani pemeriksaan dimana harus diambil darah dari jari kita. Mungkin perawat yang sedang mengambil darah tersebut memaklumi. Jika perasaan waswas dari yang sedang tes tersebut, karena penyakit menular berbahaya tersebut.
Saya pernah mengikuti workshop tentang bagaimana memandikan jenazah yang terjangkit penyakit HIV AIDS dimana virus ini dapat menular melalui cairan yang ada dalam tubuh manusia, sehingga jika memandikan jenazah yang terjangkit AIDS, maka yang memandikan tidak boleh ikut terkena air, karena rentan tertular virus yang sampai sekarang belum ada obatnya tersebut. Bisa dimaklumi jika perawatan jenazah tersebut dilakukan di Rumah Sakit dimana peralatannya memadai, dimana di Rumah Sakit sang pemandi Jenazah sudah disiapkan peralatannya, sehingga nyaris tak tersentuh air ketika memandikan jenazah.
Ketika ada Jenazah terjangkit penyakit menular berbahaya, seperti HIV-AIDS maupun Covid-10, kita harus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara memandikan jenazah tersebut yang berbeda dari biasanya. Meskipun kadangkala masyarakat ngeyel dan menganggap bahwa orang yang sudah meninggal tidak akan menularkan penyakit dan harus dirawat sesuai tuntunan sunnah seperti biasanya, namun kita mesti memberikan pengertian tersebut agar virus pada jenazah tidak menular pada yang masih hidup.
Pengalaman memandikan Jenazah terjangkit HIV-AIDS merupakan pengalaman sangat berharga, terlebih dengan peralatan seadanya dimana dengan peralatan tersebut (sepatu boat dan jas hujan) kita sudah dapat memandikan jenazah tanpa harus terkena air. Meski naas yang pernah saya alami dimana setelah memandikan jenazah tersebut saya terpeleset dan masuk ke kubangan pembuangan pemandian jenazah, yang membuat saya harus menjalani tes HIV-AIDS. Dan bersyukur dari kejadian tersebut saya tidak apa apa, tes menyebutkan bahwa saya negatif dari penyakit menular berbahaya tersebut.
Penyebaran Covid-19 (coronavirus disease that was discovered in 2019). Artinya, penyakit virus corona yang ditemukan pada 2019, sangat berbeda dengan HIV-AIDS, dimana penyebaran Covid-19 ini bukan hanya melalui cairan yang ada dalam tubuh penderita, namun juga dapat menempel pada benda yang pernah terpegang oleh penderita. Karenanya penanganan jenazah pada penderita Covid-19 jauh lebih ektra dibandingkan dengan jenazah terjangkit HIV-AIDS.
Majelis Ulama Indonesia sebagaimana Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 menyatakan "Pengurusan jenazah (tajhiz al-jana'uz) yang terpapar covid-19, terutama dalam memandikan dan mengafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan syari'at. Sedangkan untuk menyalatkan dan menguburkannya dilakukan sebagaimana biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar covid-19". Karenanya pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana memperlakukan jenazah terjangkit Covid-19, sehingga perlakuan konyol dalam penanganan jenazah terjangkt Covid-19 yang mengakibatkan tertularnya virus tersebut kebanyak orang dapat dihindari.
Kisah keluarga dan masyarakat yang memaksa melakukan ritual perawatan jenazah secara umum terhadap salah satu keluarganya yang meninggal akibat terkena corona, dimana jenazah ini sudah dimandikan sesuai dengan protap yang sudah ditetapkan dalam rangka pencegahan penyebaran virus covid-19. Namun karena kurangnya pemahaman keluarga terhadap dampak penyebaran covid-19, mereka memaksa membawa jenazah tersebut dan merawat sebagaimana jenazah biasa pada umumnya yang berakibat merebaknya virus tersebut terhadap semua yang terlibat terhadap perawatan jenazah tersebut.
          Edukasi kepada masyarakar terkait wabah Virus Covid-19 harus dilakukan secara berkesinambungan, terlebih pada masyarakat awam yang kurang memahami tentang penyebaran virus tersebut dan bahayanya bagi kehidupan, terlebih melalui jalur keagamaan. Hal ini perlu dilakukan dengan mengingat jalur keagamaan sangat penting karena jalur ini lebih udah diterima oleh masyarakat. Dan yang lebih penting adalah memberikan pemahaman terhadap tokoh aagam lokal yang setiap hari berinteraksi dan diikuti petuahnya oleh masyarakat setempat.
Pemahaman yang kurang komprehensif terhadap penyebaran terhadap virus berbahaya dan memperlakukan orang yang terjangkit terhadap virus tersebut sangat diperlukan, hal ini sangat diperlukan agar tidak salah dalam memperlakukan orang yang terjangkit virus berbahaya serta orang orang yang pekerjaannya berkaitan dengan pendampingan dan pengobatan terhadap orang yang terjangkit virus menular berbahaya tersebut.
Ibnu Sina yang juga dikenal dengan nama Avicenna, seorang dokter / ilmuwan kelahiran Persia (sekarang Iran) menyatakan bahwa kecemasan pada kematian merupakan inti dari semua penyakit mental seperti depresi,fobia kesedihan dan sebagainya,menurutnya dibutuhkan terapi religio–education untuk mengurangi kecemasan tersebut. Pemikiran Ibnu Sina ini sesuai dengan terori Kognitif Behavioristik yakni untuk mengatasi kecemasan dengan melakukan restrukturisasi pemahaman intelektual.

Kita memasuki era digital dimana informasi dengan mudah dapat secara cepat diakses oleh masyarakat, yang seringkali tanpa filter, sehingga semua informasi dapat diterima begitu saja.karenanya memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat sangat diperlukan agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam bersikap menghadapi mewabahnya Covid-19.tentang bagaimana menghadapi wabah tersebut agar tidak merebak ke masyarakat, serta bagaimana orang yang terkena virus tersebut segera sembuh serta bagaimana kita tidak saling menularkanvirus yang tak nampak tersebut*
Semoga wabah ini segera berakhir Amin.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog