Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Gizi dan Kesehatan Reproduksi

Gizi dan Kesehatan Reproduksi


Gizi dan Kesehatan ReproduksiOleh :  Geby Aisyah Putri
PEMBAHASAN
A.    Karekterikstik Anak Perempuan Usia 6-11 Tahun
Manusia selalu mengalami proses perkembangan yang cukup panjang. Perkembangan manusia bahkan sudah dimulai saat masa prakelahiran, menuju ke masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, hingga masa dewasa.
1.      Karakteristik anak usia 6-11 tahun
a.       Senang bermain
Anak pada usia ini pada umumnya masih suka bermain. Oleh karena itu, orang tua ataupun guru dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang bermuatan permainan, lebih-lebih untuk siswa kelas rendah.
b.      Senang bergerak
Berbeda dengan orang dewasa yang bisa duduk dan diam mendengarkan ceramah selama berjam-jam. Mereka sangat aktif bergerak dan hanya bisa duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja. Oleh karena itu, guru harusnya merancang model pembelajaran yang menyebabkan anak aktif bergerak atau berpindah.
c.       Senang bekerja dalam kelompok
Senang bekerja dalam kelompok, oleh karena itu, guru perlu membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa untuk mneyelesaikan tugas secara berkelompok. Dengan bergaul dalam kelompoknya, siswa dapat belajar bersosialisasi, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok, belajar setia kawan dan belajar mematuhi aturan-aturan dalam kelompok.

d.      Senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung
Mereka berusaha menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Suatu konsep juga akan cepat dikuasai anak apabila mereka dilibatkan langsung melalui praktik dari apa yang diajarkan guru. Oleh sebab itu, guru seharusnya merancang model pembelajaran yang melibatkan anak secara langsung dalam proses pembelajaran.
2.      Karekteristiki atau sifat khas anak usia 6-11 tahun
a.       Pertumbuhan tidak secepat bayi (pertumbuhan lambat)
b.      Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
c.       Pola kecenderungan memuji diri sendiri.
d.      Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
e.       Ada kecenderungan meremehkan anak lain.
f.       Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
g.      Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu hal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
h.      Pada masa ini anak menghendaki nilai raport yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai atau tidak.
i.        Gigi gigi susu tanggal secara berangsur-angsur dan diganti dengan gigi permanen.
j.        Anak lebih aktif memilih makanan yang disukai
k.      Lebih banyak melakukan aktifitas fisik
l.        Mempunyai daya tahan yang cukup terhadap berbagai penyakit.
m.    Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
3.      Karekteristik pola makan anak perempuan usia 6-11 tahun
a.       Anak dapat mengatur pola makannya sendiri
b.      Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah serta adanya reklame di televisi dapat mempengaruhi pola makan untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya.
c.       Kesukaan menyukai satu makanan tertentu, berangsur-angsur hilang.
d.      Pengaruh aktifitas bermain dapat menyebabkan keinginan bermain lebih lebih besar dari pada makanan.
Dengan melihat karekteristik pola makan anak usia 6-11 tahun tersebut, maka pilihan zat gizi dan menu harus variatif agar kebutuhan gizi anak tercukupi dengan baik. Syarat pemberian makanan bagi anak antara lain:
a.       Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umumnya.
b.      Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang.
c.       Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima dan toleransi anak.
d.      Memperhatikan kebersihan perorangan atau anak dan lingkungan.
B.     Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Perempuan Usia 6-11 Tahu
Pertumbuhan (growth) adalah peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri menyintesis protein-protein secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat-alat tubuh.
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat-alat tubuh.
 Factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
1.      Faktor hereditas
Adalah factor keturunan secara genetic dari orang tua kepada anak.
2.      Faktor lingkungan
a.       Lingkungan pranatal
1)      Gizi ibu ketika hamil
2)      Posisi janin
3)      Zat kimia
4)      Faktor hormonal
b.      Lingkungan pascanatal
1)      Sosial budaya
2)      Nutrisi
3)      Cuaca/ iklim
4)      Olahraga
5)      Status kesehatan
6)       Posisi anak dalam keluarga
1.      Pertumbuhan pada Anak Usia 6-11 Tahun
Selama usia 6-11 tahun, pertumbuhan tetap terjadi, walau tidak dengan kecepatan pertumbuhan sehebat yang terjadi sebelumnya pada masa bayi atau pada masa remaja nantinya. Rata-rata pertumbuhan tiap tahun seoarang anak pada usia sekolah berkisar 3-3.g kg untuk BB dan sekitar 6 cm untuk TB.
Anak-anak pada periode ini usia ini tetap mempunyai dorongan pertumbuhan yang bertepatan dengan periode peningkatan masukan dan nafsu makan. selam periode pertumbuhan yang lebih lambat, masukan dan nafsu makan seseorang anak juga akan berkurang. Para orang tua kiranya bisa memahami adanya variasi dalam hal nafsu makan dan masukan pada anak-anak mereka.
Pemantauan pertumbuhan secara berkala atau periodic merupakan hal yang penting dilakukan untuk dapat mengidentifikasi setiap penyimpangan pada pola pertumbuhan anak. Anak-anak sebaiknya selalu ditimbang dengan timbangan yang sudah dikalibrasi tanpa menggunakan sepatu dan mengenakan pakaian yang ringan. TB anak diukur pada posisi berdiri tanpa menggunakan sepatu dan menggunakan atau memakai papan pengukur tinggi badan. Hasil pengukuran TB dan BB dapat dibandingkan dengan grafik pertumbuhan.
Usia anak sekolah dasar umumnya berusia 6-11 tahun. Rentang usia tersebut disebut sebagai masa anak. Yaitu fase antara masa kanak-kanak dan masa remaja.
Secara fisik, anak pada usia 6-11 tahun memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Pertumbuhan fisik anak dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.
Selanjutnya, pembahasan mengenai pertumbuhan fisik anak usia 6-11 tahun ini mencakup aspek-aspek yakni sebagai berikut:
a.       Tinggi dan Berat Badan
Pertumbuhan fisik anak usia SD bila dibanding dengan masa usia remaja dan usia dini cenderung lebih lambat dan bersifat konsisten. Perkembangan ini berlangsung sampai terjadinya perubahan besar pada awal pubertas.
Tinggi dan berat badan anak secara bertahap terus bertambah, penambahan itu diperkirakan berkisar 2,5-3,5 kg dan 5–7 cm pertahun. Kaki anak lazimnya menjadi bertambah panjang dan tubuhnya bertambah kurus. Kekuatan fisik umumnya meningkat dua kali lipat. Selain faktor kematangan, unsur latihan juga sangat membantu proses peningkatan dalam kekuatan otot.
b.      Proporsi dan Bentuk Tubuh
Proporsi dan bentuk tubuh anak usia 6-11 tahun, umumnya kurang seimbang. Kekurangan seimbangan tubuh anak dapat diamati pada bagian kepala, badan, dan kaki. Kepala masih terlalu besar jika dibanding bagian tubuh lainnya. Jaringan lemak anak usia 6-11 tahun berkembang lebih cepat dari pada jaringan ototnya.
Berdasarkan tipologoi Sheldon, ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak usia 6-11 tahun yaitu:
1)      Endomorph
yaitu yang tampak lebih luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
2)      Mesomorph,
yaitu yang kelihatan kokoh, kuat, dan lebih kekar.
3)      Ectomorph
yaitu yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak berotot.
Kondisi proporsi dan bentuk tubuh anak dapat memberikan dampak psikologis tertentu kepada anak. Kondisi proporsi dan bentuk tubuh yang kurang seimbang dapat menumbuhkan sikap-sikap negatif, bahkan penolokan terhadap dirinya sendiri.
c.       Otak
Pertumbuhan otak dan sistem syaraf merupakan salah satu aspek terpenting dalam perkembangan individu. Didalam otak terdapat pusat-pusat saraf yang mengendalikan perilaku individu, yang berhubungan dengan perilaku kognisi juga emosi. Dalam otak bagian tengah terdapat sistem limbik dengan pusatnya yang disebut dengan amigdala.
Bila dibanding pertumbuhan bagian-bagian tubuh lainnya, pertumbuhan otak dan kepala ini jauh lebih cepat. Pertumbuhan otak itu terjadi pada masa usia dini. 
Hal yang perlu dicatat bahwa kematangan otak yang yang dikombinasi dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognisi anak. Dalam hal ini diperlukan kebutuhan nutrisi dan rangsangan-rangsangan yang membuat otak anak tersebut berfungsi.
d.      Ketrampilan Motorik
Kemampuan gerak motorik menjadi jauh lebih halus dan lebih terkoordinasi daripada sebelumnya selama masa anak. Anak laki-laki lazimnya memiliki kemampuan yang lebih baik daripada perempuan, karena jumlah sel otot laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan. Anak-anak usia 6-11 tahun lebih mampu mengendalikan tubuhnya sehingga dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara lebih lama. Namun anak usia 6-11 tahun lebih suka melakukan berbagai aktifitas fisik daripada berdiaam diri.


2.      Perkembangan pada Anak Usia 6-11 Tahun
a.       Perkembangan Fisiologik dan Kognitif
1)      Perkembangan Fisiologik
Pada anak usia 6-11 tahun, kekuatan otot, koordinasi motorik dan stamina meningkat secara progresif. Anak-anak mampu melakukan gerakan-gerakan dengan pola yang lebih kompleks, sehingga memicu mereka untuk mengikuti berbagai kegiatan seperti dansa, olahraga, gimnastik, dan aktifitas fisik lainnya.
Presentase lemak tubuh kemudian meningkat sebagi persiapan menghadapi dorongan pertumbuhan remaja. Peningkatan presentase lemak tubuh, yang biasanya terjadi pada kisaran umur 6.0-6.3 tahun disebut sebagai adiposity rebound atau BMI rebound dan dapat direfleksikan pada grafik pertumbuhan BMI untuk umur. Peningkatan presentasi lemak tubuh di masa pubertas terjadi lebih dini dan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki (19% pada perempuan dan 14% pada laki-laki)
Pada anak usia 6-11 tahun, laki-laki memiliki masa tubuh yang lebih tipis per cm/ TB bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan komposisi tubuh ini akan lebih tampak nyata pada masa remaja. Perlu diketahui bahwa BMI tidak konstan selama masa usia sekolah. Tujuan akhir pertumbuhan anak bukanlah untuk mencapai suatu kisaran angka “BMI menurut umur” tertentu, seperti ada orang dewasa, tapi lebih agar memiliki persenti “BMI menurut umur” dalam kisaran nilai yang normal. Dengan peningkatan lemak tubuh pada pra-remaja, terutama perempuan, mungkin akan merasa mengalami kelebihan berat badan (overweight).
Pada orang tua perlu menyadari bahwa peningkatan lemak tubuh pada usia ini merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Para orang tua harus bisa meyakinkan anaknya bahwa perubahan ini pada umumnya tidak permanen.
2)      Perkembangan Kognitif
Pencapaian perkembangan yang paling pokok pada pertengahan usia sekolah adalah kemampuan diri, pengetahuan tentang apa yang akan dikerjakan dan kemampuan untuk melakukannya. Selama usia sekolah, anak-anak bergerak dari periode perkembangan pra-operasional kea rah satu tindakan yang nyata. Anak-anak usia 6-11 tahun ini juga menikmati permainan-permainan yang strategic, menunjukkan pertumbuhan perkembangan kognitif dan bahasa.
Menurut teori perkembangan Piaget, menyatakan bahwa usia anak sekolah ini masuk didalam perkembangan concrete operasional diman karekteristik kognitinya:
a)      Anak sudah mampu memberikan perhatian pada beberapa aspek.
b)      Anak mulai memiliki alsan rasional dan sistemik.
c)      Egosentris anak mulai berkurang, anak mulai dapat menerima pendapat orang lain.
Gambaran lebih lengkap tentang perkembangan fisiologik dan kognitif terhadap keterkaitan makanan bergizi pada anak usia sekolah dapat disimak pada table berikut ini.
Periode Perkembangan
Karekteristik Kognitif
Hubungan dengan Pemberian Makanan dan Gizi
Sensori motor
0-2 tahun
Refleks à interaksi lingkungan
Menghisap à makan sendiri

Mulai mempelajari simbol
Makan àlapar
Preparasi
2-7 tahun
Mulai berpikir à tidak Sistematik

Makan à kurang menarik dibanding sosial, bahasa, berpikir

Alasan à tampilan dan kejadian
Makanan à suka/ tidak suka

Dunia anak -- egosentris
Mengerti makanan yang baik tapi alsannya tidak tahu
Concrete op
7-11 tahun

Perhatian pada beberapa aspek alasan > rasional dan sistemik
Mulai sadar makanan bergizi baik untuk pertumbuhan dan kesehatan
Egosentris < mulai dapat menerima pendapat orang lain
Waktu makan penting
Pengaruh lingkungan meningkat
Formal op
>11 tahun
Pemikiran abstrak dan analisis berkembang
Fungsi gizi makanan terhadap fisiologi dan biokimia mulai dimengerti
Pemahaman terhadap ilmu dan teori berkembang lebih dalam
Mulai timbul konflik terhadap pemilihan makanan

Anak mulai sadar akan makanan bergizi baik untuk pertumbuhan dan kesehatan, waktu makan adalah penting, serta pengaruh lingkungan mulai meningkat. Pada masa ini, seorang anak mengembangkan rasa percaya diri sendiri. Anak-anak makin independen dan mempelajari perannya, baik dalam keluarga, di sekolah maupun di masyarakat.
Hubungan peer meningkat sangat penting, dan anak mulai memisahkan diri dari keluarganya sendiri dengan menghabiskan waktu malamnya di rumah teman atau relasinya. Banyak waktu mereka digunakan untuk menonton televise dan bermain video games. Jadi pengaruh-pengaruh diluar lingkungan rumah mempunyai peran yang meningkat di segala aspek kehidupan anak.
b.      Perkembangan Keterampilan Pemberian Makanan (Feeding Skills)
Dengan meningkatnya perkembangan motorik, anak-anak usia sekolah mengembangkan keterampilan pemberian makanan yang terus meningkat. Anak mulai dilibatkan untuk mengerjakan tugas menata dan mengatur makanan sehingga anak berkonstribusi dalam keluarganya dan dapat mendorong kepercayaan diri. Kompleksitas tugas yang diberikan dapat ditingkatkan sesuai dengan pertambahan umurnya.
1)      Perilaku Makan
Pada orang tua dan saudara kandung yang lebih tua member pengaruh yang besar terhadap perilaku anak tentang makanan dan pilihan makanan selama masa usia sekolah. Perilaku dan kebiasaan orang tua dalam hal makanan yang dipengaruhi oleh faktor budaya akan mempengaruhi sikap suka dan tidak suka seorang anak terhadap makanan.
Para orang tua masih tetap memegang peranan penting sebagai model atau contoh bagi anak-anaknya dalam hal perilaku makan yang sehat. Para orang tua juga harus memberikan petunjuk mengenai hal-hal yang penting kepada anak-anak sehingga mereka mampu menentukan makanan yang sehat disaat mereka jauh dari rumah. Kebiasaan makan bersama dalam keluarga pun menjadi ajang untuk bercengkerama dan menikmati menu makanan yang seimbang dan contoh yang baik untuk berkomunikasi.
Anak usia sekolah menghabiskan waktu lebih banyak ketika di luar rumah, hal ini merupakan bagian penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Pengaruh teman sebaya menjadi lebih besar, karena dunia mereka banyak terjadi di luar lingkungan keluarganya.
Peningkatan pengaruh teman sebaya berdampak terhadap perilaku mereka terutama perihal pola dan jenis makanan pilihan mereka. Bisa terjadi anak-anak secar tiba-tiba meminta suatu jenis makanan baru atau menolak makanan pilihan mereka terdahulu, akibat rekomendasi teman-teman sebayanya. Guru mempunyai pengaruh besar terhadap sikap seorang anak terhadap jenis dan pola makan. Gizi menjadi bagian dari kurikulum kesehatan, dan apa yang dipelajari di dalam kelas harus ditunjang dengan makanan yang tersedia di kafetaria sekolah.
Makanan kecil atau ringan (Snacks) juga penting konstribusinya terhadap asupan makanan harian anak. Anak-anak usia sekolah tidak dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan karenanya membutuhkan makanan ringan untuk mencukupi kebutuhan gizinya.
2)      Body Image dan Diet yang berlebihan
Para peneliti mengemukakan tentang kemapuan anak-anak usia sekolah dalam mengendalikan asupan energi mereka dan tanggap terhadap kebutuhan energinya. Pengendalian internal dapat diubah oleh faktor eksternal seperti pelaksanaan pemberian makanan pada anak-anak. Studi pada anak-anak usia 9-10 tahun menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua ini tidak seresponsif anak-anak usia pra sekolah.
Faktor-faktor eksternal seperti waktu, kehadiran orang lain dan ketersediaan makanan yang baik mulai menggantikan pengendalian internal terhadap rasa lapar dan kenyang pada saat anak-anak makin bertambah umurnya.
Anak perempuan mempunyai perhatian lebih terhadap masalah berat badan dan ukuran tubuh pada usia yang dini. Dengan peningkatan normal BMI dan lemak tubuh pada anak pra remaja, banyak anak perempuan dan ibu mereka mengartikan fenomena pertumbuhan dan perkembangan ini sebagai suatu tanda bahwa anak tersebut sedang mengalami masalah berat badan.
Dengan memaksakan pengendalian dan pembatasan terhadap asupan makanan anak perempuan, para ibu sesungguhnya justru mempromosikan makanan yang dilarang dan yang dibatasi. Pembatasan makanan atau diet secar dini justru dapat menjadi faktor resiko terjadinya obesitas. Kedua metode itu menghilangkan isyarat lapar dan kenyang internal dan tidak saja memicu obesitas, tetapi juga berperan untuk memunculkan gangguan makanan.



C.     Peranan dan Pemenuhan Gizi pada Anak Usia 6-11 Tahun
1.      Peranan Gizi
a.       Aspek gizi dalam pertumbuhan fisik
Sel telur yang dibuahi dalam rahim ibu, pada proses selanjutnya akan tumbuh dan berkembang sehingga mencapai tingkatan yang telah memungkinkan janin itu lahir. Dalam proses itu sel yang telah dibuahi akan tumbuh dalam arti membelah diri dan bertambah menjadi berlipat ganda sehingga terbentuklah struktur tubuh janin yang sempurna.
Tumbuhan kembang sel jaringan tubuh berlangsung melalui tiga tahapan yaitu:
1)      Tahap pembelahan sel yang umumnya berlangsung dengan cepat dan tahap ini disebut tahap hyperplasia.
2)      Tahap berikutnya setelah terjadi pembelahan sel adalah tahap tumbuhnya sel-sel itu sehingga mencapai ukuran tertentu. Tahap ini disebut tahap hipertropi.
3)      Sel jaringan yang telah mencapai ukuran normal itu selanjutnya akan memasuki tahap pematangan atau (maturity) sehingga masing-masing sel itu dalam melaksanakan fungsinya. Hal ini disebut tahap maturity.
b.      Aspek gizi dalam pertumbuhan otak dan kecerdasan
Hubungan antar tumbuh kembang otak dan tingkat kecerdasan dan keadaan gizi anak pada usia awal kehidupannya. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa pada penderita gizi buruk telah terjadi hambatan terhadap pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan.
c.       Aspek gizi dan produktivitas kerja di masa mendatang
Anak yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya, akan memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalani hidupnya. Jadi, untuk memperoleh kapasitas sebagai orang dewasa yang maksimal nantinya, maka anak harus memperoleh makanan yang cukup sehingga memperoleh semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Untuk menghemat energi, tubuh melakukan berbagai penyesuaian antara lain:
1)      Memperlambat kecepatan kerja
2)      Membatasi kegiatan otot sampai seminimal mungkin
3)      Tidak melakukan hal-hal yang menambah pengeluaran energi.
Penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan kekurangan energi akan menyebabkan turunnya kekuatan otot (muscular strength) dan ketepatan gerak otot yang menjadikan kerja tidak efisien. Dengan adanya gangguan itu maka kapasitas kerja secara keseluruhan menjadi berkurang dan keadaan itu tentu saja akan menyebabkan turunnya produktivitas kerja.
d.      Aspek Gizi dan Daya Tahan Terhadap Infeksi
Dibanyak Negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak meninggal karena penyakit infeksi itu, biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan.

Sebaliknya penyakit infeksi yang menyerang anak menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Memburuknya gizi anak akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain:
1)      Turunnya nafsu makan akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya.
2)      Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti berbagai mineral, dan sebagainya.
3)      Naiknya metabolisme basal akibat demam menyebabkan termobilisasinya cadangan energi dalam tubuh.  
2.      Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Mengingat betapa pentingnya keberadaan zat gizi bagi anak usia sekolah, berikut ini penjelasan tentang zat gizi penting untuk pertumbuhan anak usia 6-11 tahun, dibawah ini:
a.       Karbohidrat
Memiliki fungsi sebagai penghasil energi bagi tubuh. Makanan sumber karbohidrat, diantaranya: Beras, jagung, umbi-umbian, gandum.
Kekurangan karbohidrat pada anak dapat menyebabkan penyakit marasmus, yang memiliki ciri-ciri: tubuh sangat kurus, wajah terlihat tuas, perut cekung, kulit tubuh keriput, tekanan darah tidak stabil, mengaami gangguan pernapasan.
b.      Protein
Protein memiliki fungsi untuk membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh dan menjadi penghasil energy bagi tubuh. Makanan sumber protein, diantaranya: ikan, susu, daging, ayam, tahu, telur, kacang-kacangan, dan lain-lain.
Kekurangan protein pada anak dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, diantaranya: terhambatnya pertumbuhan, daya tahan tubuh lemah, kerusakan pada liver, penyakit kwashiorkor dan marasmus.
c.       Zat Besi
Zat besi memiliki fungsi sebagai pencegah anemia pada anak, pembentuk pigmen yang berwarna merah pada darah, membantu mengeluarkan karbondioksida yang berada dalam sel, dan membantu meningkatkan kebugaran tubuh anak.
Makanan yang merupakan sumber zat besi, diantaranya adalah daging merah, hati sapi, ikan, bayam, kangkung, dan lain-lain. Dampak kekurangan zat besi pada anak adalah terjadinya penyakit anemia.
d.      Asam Folat
Asam folat merupakan zat gizi yang paling penting bagi anak pada masa pertumbuhan dan pembelahan sel. Selain itu, asam folat juga bisa membantu tubuh dalam memproduksi sel darah merah, dan membantu mencegah anemia.
Makanan yang merupakan sumber asam folat, diantaranya bayam, jeruk, jambu biji, semangka, kacang polong, telur, gandum, hati, tomat, kentang, dan lain-lain. kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia.
e.       Vitamin A dan C
Memiliki fungsi yang penting bagi kesehatan mata, kulit, dan menjaga imunitas tubuh anak. makanan yang merupakan sumber vitamin A dan C diantaranya, jeruk, wortel, susu, telur, ikan, dan lain-lain.
Kekurangan vitamin A pada anak dapat menyebabkan rabun senja dan kebutaan, sedangkan kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan, gusi berdarah, dan lain-lain.
f.       Yodium
Memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, yakni membatu pertumbuhan, meningkatkan energi, dan bagus untuk perkembangan syaraf. Makanan sumber yodium, diantaranya, ikan laut, bayam, garam beryodium, dan lain-lain.
g.      Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan pelarut vitamin (A, D, E, dan K). Makanan sumber lemak, diantaranya, buah advokat, kelapa, mentega, ikan, kacang-kacangan.
h.      Mineral
Mineral sangat penting untuk menjaga memelihara kesehatan dan mencegah penyakit. Sumber mineral: susu dan hasil olahan, daging, tahu, tempe, dan lain-lain.
i.        Zink
Memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, yakni memperbaiki pertumbuhan anak, mempercepat penyembuhan luka, merawat mata dan rambut. Makanan sumber zinc diantaranya: daging, seafood, kacang-kacangan, biji-bijian, dan susu.


j.        Vitamin B complex
Vitamin B complek merupakan nutrisi yang penting bagi otak. Fungsi terpenting dari vitamin B complex yakni, membantu mempertahankan sistem syaraf pusat dan meningkatkan konsentrasi. Sumber makanan: asparagus, pisang, hati sapi, susu dan olahannya, biji-bijian, kacang-kacangan, alpukat, pepaya, dan lain-lain
k.      Vitamin C dan E
Kedua jenis vitamin ini besar perannya dalam memperkuat sistem imunitas tubuh. Kala berolahraga, tubuh mengeluarkan energi lebih besar daripada ketika menjalani aktivitas biasa, sehingga memerlukan dukungan daya tahan yang kuat agar tak lekas jatuh sakit. 
Vitamin E juga bersifat antioksidan dan membantu melancarkan proses distribusi oksigen ke seluruh tubuh. Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan seperti kiwi, stroberi, dan jeruk, sedangkan vitamin E bisa diperoleh dengan konsumsi kacang-kacangan, biji-bijian, mentega, dan telur.
l.        Kalsium
Kalsium membantu menguatkan tulang, sehingga mampu menyangga tubuh dengan baik. Tulang yang kuat amat penting bagi atlet untuk menghalau risiko tulang retak akibat melakukan latihan dengan intensitas berat ataupun terkena benturan. Sumber kalsium yang baik antara lain adalah susu dan produk olahannya seperti keju dan yogurt, serta sayuran berdaun hijau pekat seperti brokoli, bayam, dan lain-lain.

D.    Masalah Gizi pada Anak Usia 6-11 Tahun
1.      Kurang Energi Protein (KEP) atau Protein Energi Malnutrition (PEM) atau Protein Calori Malnutrition (PCM)
a.       Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
b.      Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki)
c.       Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition)
d.      Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
e.       Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas
f.       Penyebab
1)      Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
2)      Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
3)      Pengetahuan yang kurang tentang gizi
4)      Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
5)      Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
6)      Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI
7)      Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
g.      Gejala klinis KEP ringan
1)      Pertumbuhan mengurang atau berhenti
2)      BB berkurang, terhenti bahkan turun
3)      Ukuran lingkar lengan menurun
4)      Maturasi tulang terlambat
5)      Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
6)      Tebal lipat kulit normal atau menurun
7)      Aktivitas dan perhatian kurang
8)      Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
h.      Pembagian
1)      Marasmus 
adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
a)      Penyebab Marasmus
-          Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan.
-          Kebiasaan makanan yang tidak layak.
-          Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
b)      Tanda dan gejala
-          Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
-          Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
-          Mental cengeng
-          Feces lunak atau diare
-          Rambut hitam, tidak mudah dicabut
-          Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang
-          Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
-          Torax atau sela iga cekung
-          Atrofi otot, tulang terlihat jelas
-          Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
-          Frekuensi nafas berkurang
-          Kadar Hb berkurang
-          Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin
2)      Kwashiorkor 
adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

a)      Penyebab
-          Kekurangan protein dalam makanan
-          Gangguan penyerapan protein
-          Kehilangan protein secara tidak normal
-          Infeksi kronis
-          Perdarahan hebat
b)      Tanda dan gejala
-          Wajah seperti bulan “moon face”
-          Pertumbuhan terganggu
-          Sinar mata sayu
-          Lemas-lethargi
-          Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
-          Rambut merah, jarang, mudah dicabut
-          Jaringan lemak masih ada
-          Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput)
-          Iga normal-tertutup oedema
-          Atrofi otot
-          Anoreksia
-          Diare
-          Pembesaran hati
-          Anemia
-          Sering terjadi acites
-          Oedema
3)      Kwashiorkor-marasmik
memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor
i.        Penatalaksanaan
1)      Secara umum
a)      Ruangan cukup hangat dan bersih
b)      Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
c)      Pencegahan infeksi nosokomial
d)     Penimbangan BB tiap hari
2)      Secara khusus
Resusitasi dan terapi komplikasi
a)      Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)
b)      Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A
c)      Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat
3)      Dietetik
a)      Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral
b)      Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering)
c)      Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan setiap saat)
j.        Persiapan pulang
1)      Gejala klinik tidak ada
2)      Nafsu makan baik
3)      Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan yang sehat
k.      Komplikasi
1)      Infeksi saluran pencernaan
2)      Defisiensi vitamin
3)      Depresi mental

2.      Gizi Buruk
Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.
Pada  tahun  2011 masalah gizi buruk masih menjadi masalah yang serius di Indonesia, saat ini masih jutaan balita tercatat memiliki status gizi yang buruk, hasil pemetaan dari depkes menunjukkan bahwa 2 dari 4 orang anak di 72 % kabupaten di seluruh Indonesia menderita gizi kurang.
Gizi buruk berbeda dengan kelaparan.
Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi
Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal. 
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.
Dampak gizi buruk pada anak terutama usia 6-9 11 bulan yakni sebagai berikut:
a.       Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.
b.      Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi
c.       Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
3.      Obesitas
a.       adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
b.      Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
c.       Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas
d.      BB >>> tidak selalu obesitas

e.       Penyebab
1)      Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkunga
2)      Aktifitas fisik yang rendah
3)      Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
4)      Laju pertumbuhan yang sangat cepat
5)      Genetik atau faktor keturunan
6)      Gangguan hormone
f.       Gejala
1)      Terlihat sangat gemuk
2)      Lebih tinggi dari anak normal seumur
3)      Dagu ganda
4)      Buah dada seolah-olah berkembang
5)      Perut menggantung
6)      Penis terlihat kecil
g.      Terdapat 2 golongan obesitas
1)      Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
2)      Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
h.      Resiko/dampak obesitas
1)      Gangguan respon imunitas seluler
2)      Penurunan aktivitas bakterisida
3)      Kadar besi dan seng rendah

i.        Penatalaksanaan
1)      Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
2)      Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.
3)      Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan mengubah perilaku makan
4)      Mengatasi gangguan psikologis
5)      Meningkatkan aktivitas fisik
6)      Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
7)      Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke rumah sakit
8)      Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)
4.      Anemia
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.
a.       Macam-macam anemia
1)      Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin
a)      Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
b)      Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen
c)      Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.
d)     Ciri-ciri
-          Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
-          Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
e)      Tanda dan gejala
-          Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
-          Lemah
-          Lesu
-          Hb rendah
-          Sering berdebar
-          Papil lidah atrofi
-          Takikardi
-          Sakit kepala
-          Jantung membesar

f)       Dampak
-          Produktivitas rendah
-          SDM untuk generasi berikutnya rendah
g)      Penyebab
Sebab langsung
-          Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi
-          Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
-          Infeksi penyakit
Sebab tidak langsung
-          Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah
Sebab mendasar
-          Pendidikan wanita rendah
-          Ekonomi rendah
-          Lokasi geografis (daerah endemis malaria)
h)      Kelompok sasaran prioritas
-          Ibu hamil dan menyusui
-          Balita
-          Anak usia sekolah
-          Tenaga kerja wanita
-          Wanita usia subur
i)        Penanganan
-          Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui
-          Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita
-          Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
-          Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita
-          Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)
2)      Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
3)      Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik atau aplastik
5.      Defisiensi Vitamin A
a.       Prevalensi tertinggi terjadi pada balita dan anak
b.      Penyebab
1)      Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
2)      Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
3)      MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
4)      Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll)
5)      Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid
6)      Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)
c.       Sifat
1)      Mudah teroksidasi
2)      Mudah rusak oleh sinar ultraviolet
3)      Larut dalam lemak
d.      Tanda dan gejala
1)      Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
2)      Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
e.       Tanda hipervitaminosis
1)      Akut
a)      Mual, muntah
b)      Fontanela meningkat
2)      Kronis
a)      Anoreksia
b)      Kurus
c)      Cengeng
d)     Pembengkakan tulang
6.      Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (Gaky)
a.       Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
b.      Merupakan masalah dunia
c.       Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium
d.      Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
e.       Dampak
1)      Pembesaran kelenjar gondok
2)      Hipotiroid
3)      Kretinisme
4)      Kegagalan reproduksi
5)      Kematian
f.       Defisiensi pada janin
1)      Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
2)      Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
3)      Terjadi kretinisme endemis
4)      Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
5)      Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
g.      Defisiensi pada BBL
1)      Penting untuk perkembangan otak yang normal
2)      Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
h.      Defisiensi pada anak
1)      Puncak kejadian pada masa remaja
2)      Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
3)      Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
i.        Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
1)      Tingkat 0 yakni tidak ada pembesaran kelenjar
2)      Tingkat IA yakni kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
3)      Tingkat IB yakni hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
4)      Tingkat II yakni terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5 meter
5)      Tingkat III yakni terlihat nyata dari jarak jauh
j.        Sasaran
1)      Ibu hamil
2)      WUS
k.      Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
1)      Bayi < 1tahun                : 100 mg
2)      Balita 1-5 tahun             : 200 mg
3)      Wanita 6-35 tahun         : 400 mg
4)      Ibu hamil (bumil)           : 200 mg
5)      Ibu meneteki (buteki)    : 200 mg
6)      Pria 6-20 tahun              : 400 mg
l.        GAKY tidak berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan geografis
m.    Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium
1)      Fetus yakni abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotor
2)      Neonatus yakni gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
3)      Anak dan remaja yakni gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah), gangguan perkembangan
4)      Dewasa yakni gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
n.      Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
o.      Pencegahan atau penanggulangan
1)      Fortifikasi          : garam
2)      Suplementasi      : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium
7.      Karies Gigi
Hampir 1 diantara 2 anak berusia antara 6-8 tahun mengalami kerusakan pada gigi tetap atau gigi primernya. Semakin banyak anak terpapar oleh karbohidrat akan beresiko terjadinya karies atau kerusakan gigi. Makanan campuran karbohidrat yang terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran dan beras merupakan pilihan yang lebih baik bagi kesehatan gigi dan mulut bila dibandingkan gula yang murni, seperti minuman ringan (soft drink) dan permen.
Makanan ”sticky” yang berisi karbohidrat kismis dan permen karet, merupakan penyebab karies yang kuat. Lemak dan protein dapat merupakan pelindung terhadap lapisan enamel. Karenanya memeilih makanan ringan yang merupakan kombinasi antara karbhidrat, protein dan lemak dapat menurunkan risiko pembentukan karies gigi. Kumur sesudah makan atau menggosok gigi secra teratur juga menurunkan kemungkinan terjadinya gigi berlubang. Merupakan suatu hal yang penting bagi anak usia sekolah untuk tetap memiliki sumber fluoride, apakah melalui air minum atau suplemen.
E.     Upaya Mengatasi Masalah Gizi
Di Indonesia, masih banyak kasus gizi buruk yang terjadi di masyarakat. Masalah ini menjadi persoalan yang cukup serius bagi bangsa hingga turut mendapatkan perhatian dari pemerintah. Upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi adalah:
1.      Fokus pada keluarga miskin
2.      Meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah
3.      Meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro
4.      Meningkatkan program gizi berbasis masyarakat
5.      Memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi (pertanian, air dan sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender)
6.      Memperkuat upaya jangka pendek dengan tetap melakukan upaya jangka panjang
a.       Jangka pendek
1)      Penimbangan
2)      Pelayanan kesehatan dan gizi ibu hamil
3)      Suplemen zat gizi mikro
4)      Fortifikasi
5)      MP-ASI
6)      Program Keluarga Harapan
7)      Penyuluhan
8)      ASI Eksklusif
9)      Pendidikan gizi dan higienis
10)  Perilaku hidup sehat
b.      Jangka panjang
1)      Pelayanan kesehatan dasar (termasuk KB dan Penyakit menular)
2)      Akses ke air bersih dan sanitasi
3)      Kebijakan iklan atau pemasaran susu formula
4)      Peningkatan ketahanan pangan
5)      Perbaikan pendapatan
6)      Penciptaan lapangan kerja
7)      Meningkatkan status perempuan
8)      Pendidikan ibu
9)      Perlindungan Sosial
Goal yang ingin dicapai adalah:
1)      Menghilangkan kelaparan dan kematian akibat kelaparan
2)      Menghilangkan berbagai jenis kelaparan dan penyakit yang berhubungan dengan kurang gizi sebagai akibat dari bencana alam
3)      Menghilangkan masalah kurang yodium dan vitamin A
4)      Mengurangi kelaparan kronis
5)      Mengurangi kurang gizi, terutama pada bayi, balita, dan wanitan usia subur
6)      Mengurangi masalah kurang gizi mikro lainnya, termasuk zat besi
7)       Mengurangi penyakit infeksi dan non infeksi yang erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi
8)      Mengurangi berbagai masalah sosial berkaitan dengan peningkatan penggunaan ASI
9)      Mengurangi keadaan kesehatan diri dan lingkungan yang tidak memadai, termasuk peningkatan penggunaan air bersih.
Sementara itu, strategi yang di rekomendasikan adalah:
1)      Menyatukan tujuan, kebijakan, dan strategi berkaitan dengan gizi dalam pengembangan kebijakan dan program pembangunan nasional.
2)      Meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
3)      Melindungi konsumen melalui peningkatan kualitas dan keamanan pangan
4)      Mencegah dan meningkatkan tata laksana penyakit infeksi
5)      Mempromosikan ASI dan makanan pendamping ASI
6)      Meningkatkan pola asuh untuk kelompok rawan
7)      Mencegah masalah kurang zat gizi mikro
8)      Mempromosikan gizi seimbang dan hidup sehat
9)      Memantau, menilai, dan menganalisis situasi gizi secara terus-menerus.
Berdasarkan uraian diatas, penanggulanagn masalah pangan dan gizi harus mendapatkan prioritas utama.


F.      Kebijakan dan Strategi Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Gizi Usia 6-11 Tahun
Berbagai upaya untk mengatasi masalah yang berkaitan dengan gizi buruk maka tidak lepas dari kebijakan dan strategi dari pihak terkait terutama pemerintah sebagai pemenang wewenang untuk menungkat kesejahteraan masyarakat.
1.      Kebijakan
a.       Mengingat besarnya dan sebaran gizi buruk yang ada di semua wilayah indonesia dan dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia, pencegahan dan penganggulangan gizi buruk merupakan program nasional sehingga perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat daerah.
b.      Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan pendekatan komperatif dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan yang di dukung upaya pengobatan dan upaya pemulihan.
c.       Penanggulan masalah gizi buruk dilaksanakan oleh semua kabupaten atau kota secara terus menerus dengan koordinasi lintas instansi / sektor atau dinas organisasi masyarakat.
d.      Penangulangan masalah gizi buruk diselenggarakan secara demoatis transparan melalui kemitraan di tingkat kabupaten atau kota anatara pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.
e.       Penanggulangan masalah gizi buruk dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan pendapatan, serta keterlibatan dalam proses pengembalian keputusan.
Masyarakat yang telah berdaya diharapkan berperan sebagai pelaku atau pelaksanaan, melakukan advokasi, dan melakukan pemantauan untuk peningatan pelayanan publik.
2.      Strategi Pemerintah
a.       Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh kabupaten atau kota di indonesia sesuai dengan kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah.
b.      Mengambilkan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalitas posyandu.
c.       Meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen dan melakukan tata laksana gizi buruk untuk mendukung fungsi melakukan tata laksana gizi burk untuk mendukung fungsi posyandu yang di kelola oleh masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas.
d.      Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MP ASI, dan makanan tambahan.
e.       Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang serta pola hidup bersih dan sehat.
f.       Mengalang kerjasama lintas sektor dan kemiraan dengan swasta ataun dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam angka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang.
g.      Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui revit alisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk, yang dievaluasi dengan kajian data SKDN < yaitu semua balita mendapat kartu menuju sehat ditimbang setiap bulan, dan berat badan naik dan penyakit dan dat pendukung lainnya.
3.      Intervensi Gizi dan Kesehatan
Intervensi gizi dan kesehatan bertujuan memberikan pelayanan langsung kepada balita. Ada dua bentuk pelayanan langsung kepada balita. Ada dua bentuk pelayanan gizi dan kesehatan yaitu pelayanan perorangan dalam merangka menyembuhkan dan memulihkan anak dari kondisi gizi buruk dan pelayanan masyarakat, yaitu dalam rangka mencegah timbulnya gizi buruk di masyarakat. Pokok kegiatan intervensi gizi dan kesehatan adalah sebagai berikut:
a.       perawatan atau pengobatan gratis dirumah sakit dan puskesmas balita/ anak gizi buruk dari keluarga miskin.
b.      Pemberian makanan  tambahan (PMT) berupa MP ASI bagi anak 6-23 bulan dan PMT pemulihan pada 24-59 bulan  kepada balita gizi kurang dari keluarga miskin
c.       Pemberian suplementasi gizi (kapsul Vitamin A, tablet atau sirup Fe).
4.      Promosi keluarga sadar gizi
Promosi keluarga sadar gizi bertujuan dipraktikkannya normal keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di indonesia untuk mencegah terjadinya promosi keluarga sadar gizi dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial budaya (lokal spesifik). Pokok kegiatan promosi keluarga sadar gizi meliputi:
a.       Menyusun strategi promosi keluarga sadar gizi
b.      Mengembangkan, menyediakan, dan menyebar luaskan materi promosi pada masyarakat, organisasi kemasyarakatan institusi, pendidikan, tempat kerja, dan tempat-tempat umum.
c.       Melakukan kampanye secara tehnik menggunakan media efektif terpilih.
d.      Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma dengan dukungan petugas.






Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog