MIN
3 Banyuwangi berhasil menghentak publik sebagai peserta upacara pada HAB
Kemenag RI ke 74 yang diselenggarakan oleh kantor Kementerian Agama kabupaten
Banyuwangi. Kawasan upacara menjadi penuh sesak dengan kehadiran seluruh ASN
Kemenag Banyuwangi dan perwakilan pengurus KKG masing-masing kecamatan se
kabupaten Banyuwangi untuk mengikuti upacara yang dilaksanakan di stadion Jajag,
Jumat (3/1). Hal menarik dan tidak biasa seperti HAB kemenag tahun-tahun
sebelumnya, adanya suguhan atraksi menawaan siswa-siswi MIN 3 Banyuwangi, menampilkan
teatrikal puisi dan tari kolosal dengan mengkolaborasikan musik etnik drumband diramu
secara apik dan energik.
Penampilan
siswa-siswi MIN 3 Banyuwangi terkesan istimewa,
memberi warna semarak berbeda
pada HAB Kemenag tahun ini. Gerak gemulai para penari menjadi suguhan yang
memanjakan mata untuk terus menikmatinya. Eksotisme gerak dibalut indahnya
gemerlap kostum warna-warni para penari memunculkan aura maha Dewi, dipertajam
ekspresi karakter para tokoh peran yang membuat pertunjukan semakin memunculkan
aura magisnya yang bisa menggerakkan dan
menarik ribuan mata untuk terus memandangnya. Narasi yang kuat semakin
mengukuhkan perunjukan itu menjadi spektakuler untuk tingkat kegiatan
Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi.
Teatrikal
puisi dan tari menjadi ruang pengisi pra acara pada upacara HAB Kemenag RI ke
74 tahun ini. Pagelaran berupa sendratari ini Mengambil judul Satu Nafas Satu
Jiwa Kementerian Agama Tonggak Pemersatu Bangsa. Kegiatan ini melibatkan 74
penari melambangkan 74 tahun Hari Amal Bhakti Kemenag RI dengan 20 color guard
menjadi backdrop dan latar aksi yang mempercantik atraksi melambangkan tahun
2020. Sebuah simbol harapan di tahun 2020 ini Kementerian Agama menjadi pelopor
penggerak pemersatu bangsa dengan menekankan nilai-nilai kemanusiaan dalam
balutan kebhinekaan, menempatkan agama sebagai tiang penyangga persatuan.
Diharapkan
Kementerian Agama menjadi pelopor penggerak pemersatu bangsa dengan menempatkan
agama sebagai pedoman berpijak dalam moderasi beragama. Agama yang pada
akhirnya menjadi pedoman sendi nafas kehidupan masyarakat dalam bernegara.
Sajian
teatrikal puisi dan tari kolosal dimulai pukul 07.00 sampai 07.40, memberikan
sajian beruntun dari siswa-siswi MIN 3 Banyuwangi dengan tampilan yang memukau.
Nur Khofifah, S.Pd melalui rumah teater Kembang lalang MIN 3 Banyuwangi yang
digagasnya berhasil mencetak karakter para siswa menjadi pribadi yang
nasionalis tetap berpegang teguh pada kekuatan agama untuk mempersatukan
bangsa.
Sebuah
suguhan istimewa untuk Kementerian Agama Kantor kabupaten Banyuwangi, seperti
yang diakui oleh Pembina dan pelatih rumah teater Kembang Lalang Nur Khofifah,
S.Pd “Ini adalah bentuk persembahan dan pengabdian kami kepada Kementerian
Agama, semoga kegiatan ini memicu letik munculnya kreatifitas seni dari warga
kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi untuk bisa berolah kreasi memberikan
suguhan istimewa yang layak dinikmati bersama,” ujarnya. Lebih jauh Nur
Khofifah, S.Pd menyoroti kurang tergalinya potensi seni yang dimiliki karyawan
Kemenag Banyuwangi, ia berharap banyak Kantor Kementerian Agama kabupaten
Banyuwangi punya brand khusus yang bisa mencitrakan dakwah melalui unsur seni
yang sarat nuansa religi. “kalau ada Gandrung Sewu mestinya Kemenag mempelopori
Kuntulan Sewu,” ungkapnya kepada para praktisi seni Kemenag ditiap kesempatan.
Sejalan
dengan tema yang diusung Kementerian Agama pada HAB ke 74 Umat Rukun, Indonesia
Maju pagelaran sendratari ini menitik beratkan pada teatrikal puisi dan tari
kolosal, menceritakan keragaman suku bangsa Indonesia sebagai pelangi budaya. Sebenarnya
keragaman ini adalah aset kekayaan terbesar bangsa yang harus dikembangkan dan
dijaga, meski keragaman itu rentan adanya perbedaan, dan perbedaan itu
memunculkan benih-benih perpecahan.
Secara
tegas keberagaman menjadi titik tolak terciptanya perbedaan, perbedaan menjadi
paduan selaras bila kita pandai mengolahnya. Aset besar yang memperkaya
khasanah budaya sebagai pengikat persatuan bangsa. Ujung tombaknya adalah Kementerian
Agama, dengan menjunjung nilai-nilai agama harus menjadi garda terdepan untuk
mewujudkan Indonesia yang damai.
Sendratari
ini diawali munculnya penari dengan setting latar masyarakat Banyuwangi yang ramah
dinamis. Sedinamis alunan tabuhan gamelan dengan gending Ulan Andung-Andung
dari drumband etnik Gita Sahara MIN 3 Banyuwangi. Disusul tari Sabda Cinta
cermin masyarakat ujung barat Indonesia, perwakilan masyarakat melayu yang
agamis menjadi simbol sikap rakyat Indonesia yang selalu bernilai Ketuhanan
dalam setiap gerak langkah kehidupan. Lagu Yamko Rambe dengan gerakan yang
menghentak cermin kuatnya kemauan anak-anak papua untuk bersama membangun
negeri sebagai mutiara terpendam wujud kebersahajaan, menyimpan gelora semangat
mengangkat harkat kewibawaan Indonesia di mata dunia.
Di
penghujung persembahan menjadi titik puncak ketegangan. Sebuah kejutan yang
semula sudah disiapkan panitia mendadak belum terjawab. Panitia cukup resah hal
ini ditunjukkan para petugas yang terlihat mondar-mandir di sekitar panggung
acara.
Nafas
panjang langsung terhela lega. Sosok dinantikan yang menjadi puncak persembahan
teatrikal puisi dan tari kolosal itu tiba-tiba muncul dari belakang panggung,
sesaat ketika MC menutup dengan kalimat terakhir persembahannya. ”Bentuk
persembahan kami yang terakhir dari MI Negeri 3 Banyuwangi untuk Kantor
kementerian Agama, Kang Demy dengan lagunya Kanggo Riko.” Teriaknya menyambut
kehadiran Demy.
Tepuk
tengan hadirin tiada henti ketika penyanyi kenamaan Banyuwangi itu menggelorakan
hasrat seluruh peserta upacara untuk ikut menyanyi dan joget bersama di ujung
persembahan teatrikal puisi dan tari tersebut. Lagu andalannya “kanggo Riko”
mampu menyihir seluruh peserta upacara. Saat-saat menegangkan terbayar, kehadiran
Demy dengan tampilan nyantai tapi elegan memukau seluruh peserta upacara membuat
mereka merangsek lebih ke depan seakan tidak mau ketinggalan barang sedetikpun
dalam sajian atraktif tersebut. Alhasil detik-detik kegelisahan yang sempat dirasakan
ketika Sang Maestro ini belum datang sampai di tengah pertunjukan acara telah
lunas terbayar. Kegelishan berubah menjadi sorak-sorai kegembiraan. Berakhirnya
lagu Kanggo Riko dari Demy menandai upacara segera dimulai.
Seluru
petugas bersiap-siap, termasuk regu paduan suara dari MAN 1 Banyuwangi sudah
berada pada posisinya, disusul masuknya satu regu korsik MAN 2 Banyuwangi dari
gerbang selatan stadion sebagai penanda bahwa upacara HAB Kementerian Agama RI
ke 74 sudah dimulai.
Tepat
pukul 08.00 upacara dimulai dan seluruh peserta upacara mengikuti secara
khidmat. Suasana semakin terasa ketika dalam sambutannya Drs. Selamet, S.H.I
selaku inspektur upacara memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua panitia, para petugas, dan MIN 3 Banyuwangi selaku tuan rumah yang telah
memberikan kejutan istemewa dengan tampilan yang luar biasa.
Pidato
Menteri Agama RI yang disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten
Banyuwangi tersebut menyoroti tentang hal-hal yang harus dicermati dalam
membina persatuan bangsa.
Mentri
Agama dalam amanat yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar pasal 29 menegaskan
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”
dan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannaya
masing-masing.
Ketentuan
itu mengandung pengertian dan makna, Dasar Ketuhanan yang Maha Esa merupakan
fundamen moral yang harus melandasi penyelenggaraan negara. Negara juga secara
aktif melindungi hak dan kewajiban beragama dalam masyarakat serta kemerdekaan
beribadat bagi setiap pemeluk agama. Negara Pancasila siapapun dengan alasan
apapun tidak diperkenankan melakukan propaganda anti – agama, penistaan
terhadap ajaran agama dan simbol-simbol keagamaan, menyiarkan agama dengan
pemaksaa, juga tidak diperkenankan melakukuan tindakan dengan melakukan ujaran kebencian
yang menyulut api permusuhan. Kementerian Agama akan mengawal segala kebijakan
pemerintah agartidak bertentangan dengan kaidah agama dan ideology bernegara.
Lebih jauh lagi pidato Mentri Agama itu menyorot hubungan agama dan negara yang
telah dibangun oleh para founding fathers negeri untuk menjadikan negara
merdeka adil dan makmur.
Suasan
sangat cerah terkesan menyengat tidak membuat bergeming seluruh ASN dan
guru-guru yang menjadi perwakilan KKG Kementerian Agama Banyuwangi tersebut
untuk menyimak kalimat demi kalimat pidato Mentri Agama. Pidato itu disampaikan
oleh Kepala kantor kementrian Agama Kabupaten Banyuwangi dalam sambutannya sewaktu
bertindak sebagai inspektur upacara. Keadaan yang demikian tidak menyurutkan
langkah para ASN dilingkungan Kemenag untuk tetap mengikuti upacara sampai
selesai.
Langkah
ini dilakukan untuk menguatkan para ASN terutama di wilayah Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Banyuwangi, agar mereka memiliki pondasi yang kuat sebagai abdi
negara yang diharapkan bisa menjadi pelopor penggerak persatuan untuk sebuah
yang tentram meski dalam warna perbedaan, yang bernama Indonesia.
Hal
menarik ketika Drs. Slamet, S.H.I menyentil secara khusus komandan upacara yang
terlihat sangat tegap “saya sebenarnya sedang tidak enak badan mulai beberapa
hari, ini lihat komandan upacara yang begitu semangat jadi ikut semangat dan
merasa sehat” selorohnya. Joke yang dikeluarkan Kepala kantor Kemenag
Banyuwangi itu sontak membuat seluruh peserta upacara tertawa dan memberikan
tepukan aplous kepada Taufik, S.Pd guru dari MIN 3 Banyuwangi yang saat itu
bertugas sebagai komandan upacara.
Sejauh
mata memandang, memang ada yang tidak biasa
dari penyelenggaraan upacara kali ini, yakni adanya orang-orang yang
menggunakan warna baju batik merah, secara pasti mereka bukan peserta upacara
dari unsur pegawai Kemenag Banyuwangi. Usut punya usut ternyata mereka adalah
para wali murid dan komite MIN 3 Banyuwangi yang bahu-membahu bekerja dengan
cekatan ikut mensukseskan pelaksanaan upacara HAB Kemenag RI ke 74 ini yang
kebetulan MIN 3 Banyuwangi bertindak sebagai tuan rumah pelaksanaan. “Ini
sebuah amanah dan tanggung jawab yang kami emban untuk menyukseskan acara ulang
atau HAB Kemenag RI ke 74” demikian ungkapan dari kepala MIN 3 Banyuwangi
Mohammad Haris Jamroni, S.PdI. Sebuah kerjasama yang pantas diacungi jempol
sebagai tanda terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak madrasah dengan
wali murid.
Panas
memang sedikit terik, tapi itu cukup terbayar dengan suksesnya penyelenggaraan
upacara yang dipusatkan di stadion Jajag. Indikasi ini terlihat dari senyum cerah seluruh peserta upacara dan ragam
komen mereka yang merasa puas dengan tampilan acara tersusun rapi sesuai
skedul.
Para
pegawai yang mulai pukul 06.00 sudah berdatangan kini mereka membubarkan diri
sambil bercengkrama bertemu para sahabat dan koleganya. Mereka ada yang
berangkat setelah sholat subuh, seperti yang dari wongsorejo, tetapi jarak
bukanlah penghalang untuk serentak secara bersama memeriahkan ulang tahun
Kementerian Agama RI tersebut. Sebuah loyalitas yang patut dibanggakan, dan
Kementerian Agama Kantor Kabupaten Banyuwangi telah berikrar membentuk jati
diri sebagai warga negara yang patuh pada konstitusi wujud kesetiaan warga
masyarakat untuk Negara tercinta, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar