Pemilihan
secara langsung bukan untuk memilih orang yang paling pinter, namun untuk
memilih orang yang dapat mempengaruhi para pemilihnya, baik langsung maupun
tidak langsung. Ketika calon yang dipilih diadakan seleksi akademik, sangat
mudah untuk dipetakan nilai yang didapatkannya, karena ada takaran baku yang
sudah disepakati sebagai bakan pengukur, namun ketika dihadapkan pada pemilih,
belum tentu yang nilainya tinggi akan mendapatkan dukungan suara yang
tertinggi.
Dalam
momen pemilihan, ada banyak pihak yang berkepentingan dengan hasil pemilihan
tersebut, Pilkades bukan hanya urusan calon dan warga desa yang mempunyai hal
pilih, bukan hanya urusan warga desa yang akan menerima pimpinan baru, namun
kadang ada pihak tertentu yang secara financial juga berkepentingan dengan
pilkades tersebut, dan kadangkala yang berkepentingan tersebut tidak ada
sangkut pautnya dengan kepentingan sesuai dengan perundang undangan mengenai
Pilkades, mengenai Pemerintahan Desa maupun kepentingan desa lainnya.
Seringkali
kepentingan diluar sistim tersebut tidak dapat dihindarkan, dan seringkali juga
kepentingan diluar sistim tersebut menodai demokrasi, terjadi pergeseran cara
pandang dalam menentukaan pilihan yang bisa jadi menurunkan bobot dari hasil
pemilihan tersebut, meskipun piranti
perundang undangan sudah dibuat sedemikian rupa, namun tidak sedikit
kepentingan diluar sistim ini lolos nyaris tanpa halangan.
Pendidikan
berdemokrasi dengan cara memilih pimpinan dengan melibatkan seluruh warga dapat
dilakukan sejak dini, sejak dibangku madrasah. Beberapa Madrasah telah terbiasa
melakukan pemilihan secara langsung terhadap Organisasi Siswa Intra Madrasah
(OSIM) sebagai lembaga resmi yang ada di madrasah yang membidangi kegiatn yang
ada di madrasah tersebut. Kegiatan ini sangat bermanfaat sebagai salah satu
wahana pembentukan kepemimpinan yang dimulai sejak dini.
Meskipun
pemilihan dilakukan secara langsung sebagaimana Pilkades, Pilbup maupun
Pilpres, dimana dapat dimulai dengan penyampaian visi dan misi, bahkan dapat
dilakukan tahapan kampanye maupuun debat terbuka, namum pemiliahan dilingkungan
akademik sangat berbeda, dimana dipemerintahan masih dimungkinkan adanya
oposisi, dimana biasanya dalam pilpres calon yang kalah tidak masuk kedalam
pemerintahan, namun dilingkungan sekolah, hal tersebut tidak terjadi, karena
sifatnya adalah pembelajaran berdemokrasi dan pelatihan kepemimpinan yang diharapkan
adanya pembiasaan dari siswa untuk menjadi seorang pemimpin. Karenanya dalam
pemilihan kepeminpinan secara langsung Organisasi Siswa Intra Madrasah masih
dimungkinkan pihak yang kalah duduk dalam kabinet atau kepengurusan.
Meskipun
pemilihan demokratis tidak harus dilakukan secara langsung, dimana juga
dimungkinkan dilakukan secara perwakilan, namun Pemilihan secara langsung
dianggap lebih memberikan pendidikan demokrasi, karena sistim ini melibatkan
seluruh siswa, dimana diharapkan tumbuh calon pemimpin yang dapat mempengaruhi
secara positif terhadap seluruh siswa, atau setidak tidaknya dengan sistim
pemilihan ini setidaknya calon pemimpin tersebut lebih dikenal oleh seluruh
siswa. Meskipun OSIM bukan satu satunya kegiatan ekstra di madrasah, namun
keberadaan OSIM sebagai salah satu organisasi yang dapat dijadikan sebagai
wahana berbegai kegiatan siswa sangat bermanfaat untuk menumbuhkan jiwa keberanian
bagi siswa untuk tampil didepan publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar