Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Perkenalkan Tokok Budaya Lokal Pada Anak Madrasah

Perkenalkan Tokok Budaya Lokal Pada Anak Madrasah



Diskusi menarik yang dilaksanakan Tim Peneliti Litbang Kementerian Agama yang dipimpin Dr. Dede Buehanudin di Madrasah Tsanawiyah Al Islam Desa Tembokrejo Kecaamatan Muncar Selasa (18/6)/2019 bersama perwakilan Guru dan masyarakat setempat sangat menarik, terlebih sebagaimana yang disampaikan Kang Dede (peneliti dari Litbang) bahwa seharusnya anak didik kita lebih mengenal Pahlawan Imajiner dari lokal daripada Superman maupun Spiderman, anak anak semestinya juga mengenal cerita rakyat (Folklor) meskipun juga perlu mengenal dongeng import.
Penelitian Folklor Religi Nusantara yang dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi pada hari kedua tersebut dilaksanakan diwilayah Kecamatan Muncar, dimana didaerah ini Banyak Folklor yang berkembang, terlebih daerah ini pernah menjadi Ibukota Kerajaan Blambangan yang pernah Berjaya dizamannya, konon di teluk Pampang yang berada diperairan Muncar ini pula Bayi Sunan Giri yang juga ada garis keturunan dari Kerajaan Blambangan dari garis Ibu, dilarung ditengah laut agar nantinya dapat terselamatkan. Konon cerita ini ada kaitannya dengan upacara adat petik laut yang dilaksanakan masyarakat sekitar teluk pampang tersebut setiap tanggal 15 Muharam atau 15 Suro.
Dengan dipandu Peneliti Lokal dari Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi Syafaat, Peneliti dari Litbang juga mengunjungi beberapa Situs Sejarah yang ada diwilayah Tersebut. Hal yang menarik adalah ketika Tim mengunjungi Situs Ompak Songo yang berada beberapa tidak lebih 300 meter dari Kampus MTs Al Islah, dimana dekat Situs peninggalan Kerajaan Hindu tersebut dibangun Musholla, karena situs tersebut berada dipermukiman penduduk yang mayoritas beragama Islam, dimana Madsyarakat sekitar merawat dengan baik situs bersejarah yang kono ompak songo tersebut sebagaimana disampaikan Jurukunci, merupakan Balairung atau Induk Istana dimana dalam sejarah kerajaan Balairung dipergunakan sebagai tempat musyawarah dewan menteri bersama raja. Para peziarah situs beragama Hindu sering melakukan ritual didalam cagar budaya tersebut, dan meskipun sangat dekat dengan Musholla, namun mereka saling menghormati.
“Sejarah dan Folklor merupakan khazanah  Budaya bangsa yang harus kita lestarikan” Ungkap Mohammad Rofiuddin, Kepala MTs Al Islah, Rofik (Panggilan akrabnya) tertarik dengsa yang disampaikan Tim Peneliti dari Litbang tersebut, terlebih disekitar MTs Al Islah banyak situs bersejarah dan Folklor atau cerita rakyat yang berkembang, karenanya sangat aneh jika masyarakat sektar tidak mengenal situs sejarah yang ada diwilayahnya. Kepala Madrasah penuh ide tersebut juga berharap pemerintah lebih memperhatikan perawatan beberapa situs sejarah yang ada diwilayah Kecamatan Muncar.
Sementara itu Analis Data dan Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemenag Kab Banyuwang Syafaat yang juga Peneliti lokal menyampaikan bahwa Folklor yang berkembang pada Masyarakat mengenai Tokoh Lokal Raja Blambangan yang terkenal Yakni Minak Jinggo, berbeda versi. Syafaat menyampaikan bahwa Folklor Minak Jinggo merupakan Raja yang sangat bijaksana dalam memimpin Kerajaan dan dikenal sangat sakti dengan senjata Gada kuningnya. Ketika berada di Situs Sitihinggil atau lebih dikenal dengan nama setinggil yang berada di pantai Muncar, Syafaat menyampaikan bahwa Folklor yang berkembang mengenai situs Siti Hinggil tersebut konon dulu dijadikan tempat istirahat Minak Jinggo sambil memandang laut yang sangat jelas terlihat dari Siti Hinggil yang memang berada ditempat ketinggian tersebut. Sebagaimana disampaikan Juru Kunci Setinggil Asmaul Khusnah, para perang antara Majapahit dengan Blambangan, dari Sstinggil ini pula Minak jingo dapat mengeluarkan kesaktiannya, dan Panglima Tentara Majapahit yang menyerang Blambangan dengan Kendaraan Keretanya dikutuk menjadi Batu, dimana saat ini Kereta Panglima Majapahit ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama “Watu Kreto” yang letaknya beberapa ratus meter ditengah laut, hal ini menurut masyarakat setempat dikarenakan abrasi sehingga Kereta Panglima Majapahit yang dulunya berada didaratan tersebut sekarang berada di laut,
Cerita cerita Rakyat atau dikenal dengan istilah Folklor tersebut belum dibukukan, karenanya sangat memungkinlan cerita rahyat tersebut dapat Musnah dan tergantikan dengan cerita imajiner modern dari dunia barat, dan hal inilkah yang sangat disayangkan oleh pemerintah dan akan terus digali, oleh Litbang Kementerian Agama terutama yang berkaitan dengan Religi. (syafaat)

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog