Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Apel diganti Sholat Dhuha

Apel diganti Sholat Dhuha


               Pagi itu saya tanpa harus absensi dikantor, saya segera menjemput Kang Dede, panggilan akrab Dede Burhanudin, peneliti dari Litbang Kementerian Agama. Saya bersama Tim peneliti Folklor Khazanah Keagamaan ingin bertemu dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dimana saya telah berkomunikasi sehari sebelumnya. Rencananya tepat Jam 07:00 saya sudah berada di Palinggihan (nama lain dari Pendopo) tersebut, namun karena bebera kendala yang diinginkan, kami datang beberapa menit lewat dari jam 07.
              
Saya mengenal Mohammad Yanuar Bramudya, Kepala Dinas Pariwisata ini sudah sejak lama. Lulusan Institut Pendidikan Dalam negeri (IPDN) ini meskipun tegas dalam memimpin, namun terlihat sangat santun dan akrap, tidak pernah terlihat membedakan orang lain yang tidak mempunyai  kedudukan dan jabatan seperti saya, mungkin karena kami seumuran sehingga mudah akrab, terlebih beliau sangat mudah diajak komunikasi tanpa harus menggunakan birokrasi yang ribet, apalagi dengan bahasa yang njlimet. Ketika saya menyampaikan maksud melalui WA mengenai maksud saya bersama Tim peneliti ingin bertemu berkaitsan dengan penelitian Folklor, beliau langsung welcome meskipun saya tidak menunjukkan surat tugas meskipun ada. Atau mungkin Mas Bram (begitu saya biasa memanggilnya) sangat yakin bahwa saya juga orang jujur seperti beliaunya.
               Saya sedikit terperanjat ketika mobil kami memasuki halaman Dinas Partiwisata saat itu, bukan karena wingit akibat aura beberapa benda benda kuno yang berada di Musium Blambangan yang berada disisi depan Kantor Dinas Tersebut, atau beberapa staf yang  terlihat lebih cantik dan elegan yang menyambut kami dengan senyum ramah dan memperkenalkan diri bernama Rista dan mempersilahkan kami menunggu diruangan asri dimana kami bertiga dipersilahkan membuat kopi sendiri, namun suasana Palinggihan yang penuh dengan suasana Religi.
               Pintu masuk Palinggihan yang dulunya Pendopo Kawedanan tersebut tertulis Suci, sepatu sandal harap dicopot. Nampak Manekin berbusana ksatria berada disisi kanan dan kiri pintu masuk tersebut, pakaian begitu seksi dan anggun, begitu juga dengan manekin ksatria yang begitu gagah menyapa. saya memperhatikan beberapa orang yang nampaknya staf pada dinas tersebut berbaris dengan pakaian rapi menutupi seluruh auratnya, para lelsaki semua tanpa memandang jabatan berada di barisan paling depan, dan disusul barisan kaum emak emak yang berada beberapa jengkal dibarisan belakang. Tyidak ada komando sebagaimana apel pagi yang dilaksanakan lazimnya pada sebuah Instansi yang dilaksanakan setiap pagi.
               Para pejabat dan staf Dinas Pariwisata tersebut memang tidak sedang melaksanakan apel pagi sebagaimana lazimnya dilakukan setiap Instansi Pemerintahan, namun di Instansi tersebut kegiatan apel pagi diganti dengan Sholat Dhuha bagi yang beragama Islam dan tidak sedang berhalangan. Sebuah inovasi yang sangat ruar biasa dilakukan pada sebuah instansi. “Apel itu laporan terhadap pimpinan, dan pimpinan memberikan arahan kepada bawahan, namun sholat merupakan laporan kita kepada Tuhan sang maha pencipta, dan Tuhan yang akan memberikan arahan kepada Kita” ungkap Abdullah Fauzi, salah seorang staf pada dinas tersebut.
               Sambil menikmati kopi lanang yang kami buat sendiri, kami disambut dengan baik oleh Mas Bram dan beberapa stafnya yang nampaknya mereka eselon tiga dan dua. Dengan pakaian serta hitam nan elegan, beberapa diantaranya mencopot songkok dan menggantikannya dengan udeng khas Banyuwangi, kami berbincang akrab mengenai perkembangan seni budaya dan Folklor yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Saya tidak menyinggung kegiatan Sholat Dhuha yang dilaksanakan oleh para staf Dinas tersebut. Saya juga tidak membandingkan dengan Sholat Dhuha yang dilaksanakan di Kantor kami yang dilaksanakan sendiri senndiri dan tidak semua melaksanakannya. Saya jadi malu dengan tulisan yang ada didepan Masjid dilingkungan Kantor kami yang tertuliskan Sholat Jamaah awal waktu, dimana beberapa kali saya sering telat ikut berjamaah.
               Kami masih menikmati kopi lanang yang khas tersebut. Kebetulan kopi yang oleh entah siapa diberi nama kopi lanang yang buahnya wungkul, tidak seperti kopi biasanya yang bijinya pecah jadi dua, dan kebetulan kopi tersebut kami seduh sendiri yang juga kebetulan rombongan kami seluruhnya lanang, karenanya pas jika kami menikmati kopi lanang yang konon juga dapat menambah vitalitas kaum lanang. Keakraban kami membiicarakan Floktor yang berkaitan antara kebudayaan dan keyakinan sebuah agama semakin gayeng hingga tak terasa saya mengjabislan beberapa pisang goring yang disiuguhkan.  Dan bagi saya menjadi tidak penting cerita verita folklore yang seharusnya memang menjadi tugas dan tujuan kami datang ke dinas pariwisata tersebut dibandungkan dengan yang kami saksikan bahwa Apel pagi digantikan dengan Sholat Dhuda bersama, yang mungkin pada suatu saat nanti mernjadi folklore bagi anak cucu kita.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog