Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Sepasang Degan Jelly

Sepasang Degan Jelly


Setiap menatap bola mata dibalik kacamatanya, ada sesuatu yang mesti saya ingat, meskipun dia juga mempersembahkan senyum manis sebagai pengganti ketika dia menyapa sebelum mengucapkan salam. Saya merasa senyum itu sudah terlalu cukup untuk menggantikan kata manis yang keluar dari mulut mungilnya ketika menjawab salam sapa yang sempat kuberikan. Entahlah dimana saya mengenal Guru ini sebelumnya, namun saya sepertinya tak asing dengan wajah ayunya. Terlebih ketika dia menggendong anak kecil yang tidak kalah cantiknya dengan uminya.
Saya meraih anak yang digendongnya. Usianya sekira enam belas bulan, masih lucu lucunya. Saya paling senang menggendong batita. Mungkin efek dari anak anak saya yang sudah menginjak dewasa, dan anak kecil yang kuraih dari guru berkaca mata tersebut seakan sudah akrab ketika berada dalam pelukanku.mungkin buah hatiku seusia ini jika tak mendahuluiku ke surga. Lama saya menggendongnya tanpa membayangkan bagaimana wajah uminya. Saya ingat betul bahwa dulu ketika merawat anak anak masih bayi, saya yang memandikannya. Beberapa tetangga dan saudara sempat bertanya “kok bisa seorang laki laki memandikan bayi yang baru lahir”. Bagi saya merawat bayi atau memasak bukanlah hal yang tabu dilakukan seorang laki laki, sebagaimana mencari nafkah yang juga tidak dilarang dilakukan oleh seorang perempuan.
Saya bertemu kembali dengan guru ini dalam sebuah pertemuan kemarin, dia diantar suaminya, namun tidak membawa bayi mungilnya. Dia bercerita tentang usaha degan jelly yang biasa kami beli. Saya penasaran juga dengan proses pembuatan degan jelly tersebut, terlebih ketika bu guru dengan senyum manis ini bercerita bahwa semuanya dikerjakan sendiri tanpa bantuan mesin, bahkan dia sendiri yang kadang ikut mengupas kelapa muda, memproses degan tersebut sehingga tampil trendy. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana tangan halus buguru ini ketika ikut memproses degan dengan mengunakan pisau stenless tanpa bantuan alat modern. Saya ikut kerumahnya, minmal membunuh rasa penasaran bagaimana Bu Guru ini tetap tampil anggun meski kerja keras dilakukannya.
Saya duduk diruang tamu sendirian. sesaat kemudian Ibu Guru yang terlihat masih muda seperti usia belasan tahun tersebut keluar tanpa suaminya membawa dua buah degan jelly. Saya berharap suaminya segera muncul agar saya tidak grogi duduk berdua saja dikediamannya. Namun entah mengapa sampai Bu Guru ini nyumanggaaken untuk menikmati degan jellly, yang kuharapkan belum juga mecungul. “monggo pak dinikmati degannya, rasanya akan semakin nikmat jika ditambah susu”. Saya diam saja, seakan mulut terkunci dengan senyum dan sapanya. Segera saya meraih susu sachet dan memplethet kedalam degan ranum putih mulus seperti gunung impian, manikmatinya sambil mendengarkan cerita Bu Guru cantik ini bagaimana dia memulai usahanya.
Rumah megah dan sebuah mobil keluarga yang ada di garasi sudah membuat saya percaya bahwa Bu Guru dan suaminya ini orang yang sangat ulet dalam berusaha. Saya yakin bahwa kesuksesan usahanya tidak terlepas dari berkah dia mengajar di Madrasah yang tidak seberapa honornya. Sebagaimana pepatah bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Sebuah berkah dari usaha tidak selalu ada pada usaha tersebut, namun kadangkala ada pada usaha lain yang secara akal tidak ada sangkut pautnya dengan usaha tersebut. Kadangkala ada suami yang berusaha, namun rizki ada pada istrinya, kadang orang tua yang bersusah susah, dan rizki tersebut dilewatkan anaknya, dan begitu juga sebaliknya.
Belum setengahnya saya menikmati degan jelly yang disuguhkan, saya benar benar kerasakan bahwa air kelapa muda yang sudah dimasak dengan jelly dan dituangkan kedalam kelapa muda tersebut benar benar nikmat dan pas resepnya. Saya seperti nggak percaya bahwa dia memasak sendiri untuk memenuhi permintaan pelanggan yang setiap harinya bisa mencapai lebih dari seratus degan. Belum lagi harus mengajar dan mengurus keluarga. Sungguh saya melihat dia benar benar luar biasa. Pernah dia mempekerjakan orang untuk memasak jellynya, namun banyak komplain dari para pembeli, karena memasak bukan hanya resep yang harus dikuasai, namun juga harus menjiwai. Bu Guru ini juga bercerita bahwa dia pernah mengajari seseorang yang ingin berusaha sama dengannya. Dan Bu Guru murah senyum ini menyanggupinya, membelikan alat alat dan memberi resep dan mengajarinya. Baginya mengajari orang lain untuk melakukan usaha yang sama dengannya bukanlah hal yang tabu, toh rizky sudah diatur oleh-Nya.
Saya diajak melihat freser miliknya yang mempu menampung ratusan degan sebelum dipasarkan, lumayan besar, jika dua orang tidur didalamnyapun masih sangat longgar. Saya hanya berdua saja diruangan tersebut. Rasa penasaran masih menyelimuti, dimana suaminya ??? dan dimana juga bayinya ??. saya tidak berani menanyakannya. Toh saya datang kerumah ini bukan untuk investigasi, namun untuk bersilaturahmi dan belajar bagaimana mengupas degan dengan pisau sebagaimana diceritakannya. Dan ternyata saya bisa meski dengan keringat bercucuran karena belum terbiasa.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog