Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Pesta Demokrasi, Semua Merasa Menang (semoga) Semua Senang

Pesta Demokrasi, Semua Merasa Menang (semoga) Semua Senang



Pemilihan Umum memang sudah usai, namun prosesnya belumklah selesai, masih ada tgahapan tahapan yang sangat menentukan yang harus dilalui, dan ini tidaklah mudah, karena parapenyelenggara bukanlah malaikat yang sangat kebal dengan berbagai cobaan dan godaan.para kompetitor juga belum merasa usai sebelum ada ketentuan resmi tentang siapa pemenangnya. Tidak seperti lomba lari dimana sangat mudah untuk menentukan siapa sebagai sang juara. Tahapan dalam Pesta Demokrasi akan (dianggap) usai setelah ditetapkannya para rterpilih.

Saya pernah jadi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam pemilihan anggota legislatif. Saya menyadari batapa rumitnya pekerjaan tersebut, terlebih bagi yang tidak mengetahui trik bagaimana menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan cepat dan akurat, setidaknya selesai sebelum matahari benar benar terbenam. Tidak heran jika ada KPPS yang baru menuntaskan pekerjaaannya beberapa detik sebelum matahari muncul dari ujung bumi sebelah timur.
Penghitungan suara yang dilakukan secara berjenjang yang juga diikuti oleh semua perangkat pemilu yang juga secara berjenjang mengakibatkan rasa lelah yang kadang menimbulkan rasa pesimis, meski tidak sampai putus asa, terlebih dengan era digital dimana meskipun rekapitulasi suara dilakukan secara berjenjang dan terstrukture, namun secara online para saksi yang sudah diberkali dengan Bukti C1 yang sudah ditanda tangani para pihak, dapat melaporkan secara online kepada pimpinan partainya, sehingga mereka (sebenarnya) dapat mengetahui jumlah periolehan suaranya.
Saya pernah diajak makan makan oleh tim sukses, beberapa hari setelah pencoblosan, meski saya tahu bahwa calon yang diusung tim tersebuut gagal mendapatkan suara yang signifikan meski mereka telah berjuang dengan segala kemampuanya, namun mereka masih tetap mengadakan makan makan meski dengan cara yang sederhana, meski dari raut wajah lelah mereka tergambar rasa kecewa. Setidaknya mereks ingin menunjukkan bahwa kekalahan bukan satu satunya jalan untuk menyerah meskioun kalah. Mereka menyadari bahwa mereka membutuhkan semangat juang dan mungkin suatu saat nanti akan berkompetisi kembali, karena mengahiri sebuah permainan dengan indah juga sangat perlu.
Sambil makan makan dan Ngopy, para tim sukses tersebut juga banyak vercerita tentang bagaimana perjuangan mereka untuk caleg yang diusungnya.  Mereka adalah lokomotif dengan beberapa gerbong dengan satu jalur meski pemberhentiannya berbeda. Lokomotif tersebut perlu bergerak dengan bahan bakar y6ang tidak sedikit, terlebih para kru (tim suksesd) juga butuh penghidupan untuk keluarganya. Para caleg tingkat Kabupaten biasanya tandem dengan caleg propinsi maupun ousat dari partai yang sama. Meski tidak menutup kemungkinan bagi tim sukses akan mentandemkan calegnya dengan caleg lain berbeda partai.kadang juag melakukan mapping batas (garis perjuangan) sehiingga antar caleg dan tim sukses dapat saling menjaga.
Mayarakat seakan sudah terlalu cerdas, dalam memilih mereka banyak pertimbangan, ada yang murni sesuai hati nurani, ada yang fanatik pada sebuah partai, dan ada juga yang memilih karena pemberian dari calon, baik secara langsung, dalih bakti sosial, maupun bantyuan untuk sarana sosial maupun peribadatan. Tidak heran jika sebagai rasa terima kasih atas pemberian yang diterimanya, dalam satu keluarga sepakat membagi suaranya. Seorang tim sukse samnbil makan makan menceritakan bahwa dirinya telah membagikan seragam kepada kelompok orang dengan harapan dapat suara dari kelompok tersebut, itupun calon yang diusung sudah pernah menjabat dan pernah menggolkan proyek yang ada diwilayah tersebut. Namun ternyata suara yang diperolehnya tidk sebanding dengan jumlah seragam yang telah dibagikannya. Masyarakat menyerahkan suara sesuai dengan amal perbuatan calonnya.

Saya ingin mengorek, darimana mereka mendapatkan dana kampanye, apakah murni kemauan sendiri mereka jadi tim sukses ??, apa dapat dana dari calon ataukan ada pihak ketiga yang menjadi sponsor. Mungkin ini juga yang menjadi pertanyaan bagi banyak orang, nampaknya adagium “tidak ada makan siang gratis dalam berpolitik” masih berlaku. Atau seperti yang banyak beredar di masyarakat “ sing nyoblos dan sing di coblos kudu podo enake”.  Begitu juga dengan tim sukses tersebut. Para pendonor juga mempunyai kepentingan dengan terpilihnya calon yang menjadi unggulannya.
Banyak kita jumpai calon yang kecewa, mengumpat pemberiannya ketika suara yang diharapkannya tidak sesuai dengan materi yang telklah diberikannya. Meskipun masyarakat juga mempunyai dalih pembenar untuk memberikan suaranya bukan kepada pemberi materi, terlebih jika pemberian materi tersebut diberikan kepada Tempat Ibadah, apalagi jika pemberian tersebut merupakan program pemerintah yang kadang diklaim atas perjuangan calon tertentu.
Pilpres yang dilakukan bersamaan dengan Pileg, memang sangat efektif untuk menekan biaya yang dikeluarkan, masyarakat juga tidak terlalu lama terjebak dalam gesekan gesekan karena perbedaan pemilihan partai dan pemilihan capres. Meskipun menurut saya Pilpres yang dilakukan di Indonesia belum ideal dari segi tatanan pemerintahan, hal ini mungkin terjadi, karena presiden terpilih belum tentu berasal dari koalisi yang memperoleh kursi mayoritas di parlemen, sehingga jika hal ini terjadi, parlemen bisa mengganjal program dari presiden terpilih, meskipun sistim di Indonesia masih memungkinkan sebuah partai keluar dari koalisi yang dapat dimanfaatkan oleh presiden terpilih untuk bergabung.

Banyak issu bersliweran menjelang Pilpres, dimana yang paling santer adalah Isu Khilafah dan Kebangkitan faham komunis, dimana issu ini terus berkumandang untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya, meskipun sistim kenegaraan yang kita anut tidak memungkinkan seorang presiden untuk mengganti ideologi negara dan mengganti sistim pemerintahan, namun kedua issu tersebut laris manis di media sosial.Tata pemerintahan dan perubahan ideologi hanya dapat dilakukan dengan mengubah Undang Undang Dasar yang hanya dapat dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sedangkan presiden hanyalah pelaksana dari Undang undang yang sudah disahkan bersama DPR.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog