Beberapa
inbox dan Japri yang saya terima, serta beberapa status di media online terkait
pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis komputer
(UAMBN-BK) untuk Mata Pelajartan Sejarah Kabudayaan Islam (SKI) dianggap
membingungkan. Bahkan ada yang menganggap kesengajaan untuk mengaburkan nilai
nilai sejarah, karena ada yang “tidak sesuai” dengan sejarah yang “sudah
disepakati” kebenarannya. Saya tidak menyalahkan yang menyalahkan soal yang
belum tentu sengaja disalahkan tersebut, karena saya bukan pembuat soal. Saya hanya
kebetulan menjadi panitia Rayon yang salah satu tugasnya melakukan monitoring
pelaksanaan UAMBN-BK. Saya hanya memastikan pelaksanaan ujian berjalan normal,
dan tidak ada kaitan dengan isi ujian yang dilaksanakan oleh siswa MTs yang
penuh semangat. Mereka sangat bangga sekolah di MTs dimana seluruh Ujian akhir
yang dilaksanakan dilembaganya semua berbasis komputer, dimana lembaga lain
yang setara belum semuanya berbasis komputer.
Soal
soal dengan pilihan ganda tidak ada alternative lain selain memilih jawaban
yang sudah disesiakan, meskipun dimungkinkan adanya jawaban yang “nyaris sama”
dimana pembuat soal dapat memberikan bobot nilai dari jawaban yang diberikan,
namun secara umum para pembuat soal hanya memberikan alternatif benar atau salah atas
jawaban yang diberikan para siswa.
Para
siswa dibiasakan mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan sangat tinggi, Higher Order Thinking Skills
(HOTS) hal ini dimaksudkan agar siswa tersebut terbiasa menyelesaikan
masalah masalah, dapat menyimpulkan sebuah narasi dan menjawabnya dengan tepat.
Dan hal ini kadang membingungkan kita yang “pengetahuannya” sangat luas, karena
“mungkin” melihat masalah dengan sudut pandang (terlalu) komprehensip. Melihat sebuah
narasi dengan melibatkan emosi, sehingga gagal fokus dengan maksud yang
disampaikan pembuat soal.
Kita
sering terjebat dengan tanda baca, penempatan alinea dan maksud dari sebuah narasi.
Meskipun kadang pembuat narasi juga tidak menutup kemungkinan terjebat dengan
narasinya sendiri yang membuatnya kesulitan untuk menjawab pertanyaannya
sendiri. Narasi yang dibuatnya tidak menutup kemungkinan masuk kedalam jalur “labirin”
dan terjebak didalamnya.
Tantangan
guru membuat soal dengann kesulitan tinggi tidaklah mudah, diperlukan wawasan
luar biasa, karena disamping harus membuat soal yang sulit, juga harus
menyediakan jawaban yang menjebak. Hal ini dilakukan agar soal yang dibuatnya
menjadi “luar biasa” meskipun soal tersebut soal sejarah dimana yang diperlukan
lebih banyak hafalan daripada analisa. Dan sangat luar biasa bagi guru yang
dapat membuat soal sejarah dengan analisa yang sangat tinggi hingga membuat
yang buka siswa yang diberi soal untuk mengerjakannya ikut berfikir kritis.
Tiga
sesi yang saya monitoring dihari terahir materi Sejarah Kebudayaan Islam, kebetulan
tidak ada keluhan yang berarti dari siswa. Saya terbiasa menunggu diluar saat
ujian, dan masuk keruangan ujian setelah pelaksanaan, saya sangat bangga dengan
semangat generasi penerus ini untuk mengikuti ujian hingga tuntas. Mereka sangat
rileks dalam mengerjakan soal, “nyaris” tanpa beban. Dan “mungkin” para penyelenggara
(termasuk saya) yang “merasa” terbebani dengan ujian ahir yang bermacam macam
namanya, ada USBN (ujian Sekolah Berstandar Nasional) ada UAMBN (Ujian Akhir
Madrasah Berstandar Nasional), UAMBD (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Daerah)
dan ada UN (Ujian Nasional).
Saya
melihat soal SKI nomor 34 tersebut sebagai soal dengan bobot HOTS (Higher Order Thinking Skills).
Meskipun menurut saya pribadi ada penempatan tanda baca yang perlu
disempurnakan. Namun saya yakin para siswa menangkap maksud dari soal tersebut
(meskipun agak bias) dan dapat memilih jawaban dengan tepat. Para siswa dalam
pemahaman sejarah dua pergerakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia
sudah sangat faham dengan ikon para pendirinya, dimana Muhammadiyah oleh KH
Akhmad Dahlan sedangkan nahdlatul Ulama oleh Hasyim Asy’ari. Meskipun dengan
soal dengan narasi “labirin”, mereka
dapat menangkap inti dari soal yang diberikannya.
Mungkin jika saya yang membuat soal pada nomor
34 tersebut bunyinya seperti ini “Semangat perjuangan membela Islam dan
bangsa Indonesia tertancap kedalam sanubari para tokoh pejuang waktu itu, perjuangan
tersebut termotivasi dengan Seruan Resolusi Jihad. Perjuangan ulama besar KH
Akhmad Dahlan telah menorehkan “tinta emas”
dan berhasil mendirikan organisasi keagamaan yang bergerak dibidang
pendidikan dan dakwah Islam, Organisasi masa besar di Indonesia ini dikenal
dengan sebutan?” sayangnya saya
bukanlah orang yang membuat soal yang saya yakin bahwa untuk membuat soal HOTS dalam
materi sejarah sangat sulit, karena sejarah bukan hanya untuk dikenang, namun
ada nilei kebanggaan tersendiri, ada nilai semangat tersendiri dan entah nilai
apa lagi.
Saya salut dengan anak anak yang berhasil
mengurai makna dari soal yang bias tersebut. Saya yakin mereka anak anak hebat
yang sejak sekolah sudah dibiasakan mengerjakan, mencverna dari soal yang
sulit, bahkan banyak yang tidak memahami sitilah ujian ujian yang
diterapkannya. Mungkin orang tua ngertinya anaknya sedang mengikuti ujian. Mereka
“banyak” yang tidak menanyakan apakan ujian yang dilakukan anaknya USBN, UAMBN,
UAMBD maupun UN. Mereka hanya mengerti bahwa anaknya mengikuti ujian dan
berharap mendapatkan nilai yang memuaskan.
“Resolusi Jihad” dan KH. Akhmad Dahlan
Beberapa
inbox dan Japri yang saya terima, serta beberapa status di media online terkait
pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis komputer
(UAMBN-BK) untuk Mata Pelajartan Sejarah Kabudayaan Islam (SKI) dianggap
membingungkan. Bahkan ada yang menganggap kesengajaan untuk mengaburkan nilai
nilai sejarah, karena ada yang “tidak sesuai” dengan sejarah yang “sudah
disepakati” kebenarannya. Saya tidak menyalahkan yang menyalahkan soal yang
belum tentu sengaja disalahkan tersebut, karena saya bukan pembuat soal. Saya
hanya kebetulan menjadi panitia Rayon yang salah satu tugasnya melakukan
monitoring pelaksanaan UAMBN-BK. Saya hanya memastikan pelaksanaan ujian
berjalan normal, dan tidak ada kaitan dengan isi ujian yang dilaksanakan oleh
siswa MTs yang penuh semangat. Mereka sangat bangga sekolah di MTs dimana
seluruh Ujian akhir yang dilaksanakan dilembaganya semua berbasis komputer,
dimana lembaga lain yang setara belum semuanya berbasis komputer.
Soal
soal dengan pilihan ganda tidak ada alternative lain selain memilih jawaban
yang sudah disesiakan, meskipun dimungkinkan adanya jawaban yang “nyaris sama”
dimana pembuat soal dapat memberikan bobot nilai dari jawaban yang diberikan,
namun secara umum para pembuat soal hanya memberikan alternatif benar atau salah atas
jawaban yang diberikan para siswa.
Para
siswa dibiasakan mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan sangat tinggi, Higher Order Thinking Skills (HOTS)
hal ini dimaksudkan agar siswa tersebut terbiasa menyelesaikan masalah masalah,
dapat menyimpulkan sebuah narasi dan menjawabnya dengan tepat. Dan hal ini
kadang membingungkan kita yang “pengetahuannya” sangat luas, karena “mungkin”
melihat masalah dengan sudut pandang (terlalu) komprehensip. Melihat sebuah
narasi dengan melibatkan emosi, sehingga gagal fokus dengan maksud yang
disampaikan pembuat soal.
Kita
sering terjebat dengan tanda baca, penempatan alinea dan maksud dari sebuah
narasi. Meskipun kadang pembuat narasi juga tidak menutup kemungkinan terjebat
dengan narasinya sendiri yang membuatnya kesulitan untuk menjawab pertanyaannya
sendiri. Narasi yang dibuatnya tidak menutup kemungkinan masuk kedalam jalur
“labirin” dan terjebak didalamnya.
Tantangan
guru membuat soal dengann kesulitan tinggi tidaklah mudah, diperlukan wawasan
luar biasa, karena disamping harus membuat soal yang sulit, juga harus
menyediakan jawaban yang menjebak. Hal ini dilakukan agar soal yang dibuatnya
menjadi “luar biasa” meskipun soal tersebut soal sejarah dimana yang diperlukan
lebih banyak hafalan daripada analisa. Dan sangat luar biasa bagi guru yang
dapat membuat soal sejarah dengan analisa yang sangat tinggi hingga membuat
yang buka siswa yang diberi soal untuk mengerjakannya ikut berfikir kritis.
Tiga
sesi yang saya monitoring dihari terahir materi Sejarah Kebudayaan Islam,
kebetulan tidak ada keluhan yang berarti dari siswa. Saya terbiasa menunggu
diluar saat ujian, dan masuk keruangan ujian setelah pelaksanaan, saya sangat
bangga dengan semangat generasi penerus ini untuk mengikuti ujian hingga
tuntas. Mereka sangat rileks dalam mengerjakan soal, “nyaris” tanpa beban. Dan
“mungkin” para penyelenggara (termasuk saya) yang “merasa” terbebani dengan
ujian ahir yang bermacam macam namanya, ada USBN (ujian Sekolah Berstandar
Nasional) ada UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional), UAMBD (Ujian
Akhir Madrasah Berstandar Daerah) dan ada UN (Ujian Nasional).
Saya
melihat soal SKI nomor 34 tersebut sebagai soal dengan bobot HOTS (Higher Order Thinking Skills). Meskipun
menurut saya pribadi ada penempatan tanda baca yang perlu disempurnakan. Namun
saya yakin para siswa menangkap maksud dari soal tersebut (meskipun agak bias)
dan dapat memilih jawaban dengan tepat. Para siswa dalam pemahaman sejarah dua
pergerakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia sudah sangat faham dengan
ikon para pendirinya, dimana Muhammadiyah oleh KH Akhmad Dahlan sedangkan
nahdlatul Ulama oleh Hasyim Asy’ari. Meskipun dengan soal dengan narasi “labirin”, mereka dapat menangkap inti dari
soal yang diberikannya. Begitu juga dengan tokoh yang menggelorakan Resolusi
Jihat yang memantik peristiwa heroik 10 Nopember di Kota Surabaya.
Mungkin jika saya yang membuat soal pada nomor
34 tersebut bunyinya seperti ini “Semangat perjuangan membela Islam dan
bangsa Indonesia tertancap kedalam sanubari para tokoh pejuang waktu itu, perjuangan
tersebut termotivasi dengan Seruan Resolusi Jihad. Perjuangan ulama besar KH
Akhmad Dahlan telah menorehkan “tinta emas”
dan berhasil mendirikan organisasi keagamaan yang bergerak dibidang
pendidikan dan dakwah Islam, Organisasi masa besar di Indonesia ini dikenal
dengan sebutan?” atau seperti
ini “Semangat
perjuangan membela Islam dan bangsa Indonesia tertancap dalam sanubari ulama
besar yang telah menorehkan “tinta emas”
dengan menyerukan Resolusi jihad dan berhasil mendirikan organisasi
keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan dan dakwah Islam, Organisasi masa
besar di Indonesia ini dikenal dengan sebutan?” sayangnya saya bukanlah orang yang membuat
soal yang saya yakin bahwa untuk membuat soal HOTS dalam materi sejarah sangat
sulit, karena sejarah bukan hanya untuk dikenang, namun ada nilei kebanggaan
tersendiri, ada nilai semangat tersendiri dan entah nilai apa lagi.
Saya salut dengan anak anak yang berhasil
mengurai makna dari soal yang bias tersebut. Saya yakin mereka anak anak hebat
yang sejak sekolah sudah dibiasakan mengerjakan, mencverna dari soal yang
sulit, bahkan banyak yang tidak memahami sitilah ujian ujian yang
diterapkannya. Mungkin orang tua ngertinya anaknya sedang mengikuti ujian.
Mereka “banyak” yang tidak menanyakan apakan ujian yang dilakukan anaknya USBN,
UAMBN, UAMBD maupun UN. Mereka hanya mengerti bahwa anaknya mengikuti ujian dan
berharap mendapatkan nilai yang memuaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar