Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » “Resolusi Jihad” dan KH. Akhmad Dahlan

“Resolusi Jihad” dan KH. Akhmad Dahlan


Beberapa inbox dan Japri yang saya terima, serta beberapa status di media online terkait pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis komputer (UAMBN-BK) untuk Mata Pelajartan Sejarah Kabudayaan Islam (SKI) dianggap membingungkan. Bahkan ada yang menganggap kesengajaan untuk mengaburkan nilai nilai sejarah, karena ada yang “tidak sesuai” dengan sejarah yang “sudah disepakati” kebenarannya. Saya tidak menyalahkan yang menyalahkan soal yang belum tentu sengaja disalahkan tersebut, karena saya bukan pembuat soal. Saya hanya kebetulan menjadi panitia Rayon yang salah satu tugasnya melakukan monitoring pelaksanaan UAMBN-BK. Saya hanya memastikan pelaksanaan ujian berjalan normal, dan tidak ada kaitan dengan isi ujian yang dilaksanakan oleh siswa MTs yang penuh semangat. Mereka sangat bangga sekolah di MTs dimana seluruh Ujian akhir yang dilaksanakan dilembaganya semua berbasis komputer, dimana lembaga lain yang setara belum semuanya berbasis komputer.

Soal soal dengan pilihan ganda tidak ada alternative lain selain memilih jawaban yang sudah disesiakan, meskipun dimungkinkan adanya jawaban yang “nyaris sama” dimana pembuat soal dapat memberikan bobot nilai dari jawaban yang diberikan, namun secara umum para pembuat soal hanya  memberikan alternatif benar atau salah atas jawaban yang diberikan para siswa.
Para siswa dibiasakan mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan sangat tinggi, Higher Order Thinking Skills (HOTS) hal ini dimaksudkan agar siswa tersebut terbiasa menyelesaikan masalah masalah, dapat menyimpulkan sebuah narasi dan menjawabnya dengan tepat. Dan hal ini kadang membingungkan kita yang “pengetahuannya” sangat luas, karena “mungkin” melihat masalah dengan sudut pandang (terlalu) komprehensip. Melihat sebuah narasi dengan melibatkan emosi, sehingga gagal fokus dengan maksud yang disampaikan pembuat soal.
Kita sering terjebat dengan tanda baca, penempatan alinea dan maksud dari sebuah narasi. Meskipun kadang pembuat narasi juga tidak menutup kemungkinan terjebat dengan narasinya sendiri yang membuatnya kesulitan untuk menjawab pertanyaannya sendiri. Narasi yang dibuatnya tidak menutup kemungkinan masuk kedalam jalur “labirin” dan terjebak didalamnya.
Tantangan guru membuat soal dengann kesulitan tinggi tidaklah mudah, diperlukan wawasan luar biasa, karena disamping harus membuat soal yang sulit, juga harus menyediakan jawaban yang menjebak. Hal ini dilakukan agar soal yang dibuatnya menjadi “luar biasa” meskipun soal tersebut soal sejarah dimana yang diperlukan lebih banyak hafalan daripada analisa. Dan sangat luar biasa bagi guru yang dapat membuat soal sejarah dengan analisa yang sangat tinggi hingga membuat yang buka siswa yang diberi soal untuk mengerjakannya ikut berfikir kritis.
Tiga sesi yang saya monitoring dihari terahir materi Sejarah Kebudayaan Islam, kebetulan tidak ada keluhan yang berarti dari siswa. Saya terbiasa menunggu diluar saat ujian, dan masuk keruangan ujian setelah pelaksanaan, saya sangat bangga dengan semangat generasi penerus ini untuk mengikuti ujian hingga tuntas. Mereka sangat rileks dalam mengerjakan soal, “nyaris” tanpa beban. Dan “mungkin” para penyelenggara (termasuk saya) yang “merasa” terbebani dengan ujian ahir yang bermacam macam namanya, ada USBN (ujian Sekolah Berstandar Nasional) ada UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional), UAMBD (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Daerah) dan ada UN (Ujian Nasional).
Saya melihat soal SKI nomor 34 tersebut sebagai soal dengan bobot HOTS (Higher Order Thinking Skills). Meskipun menurut saya pribadi ada penempatan tanda baca yang perlu disempurnakan. Namun saya yakin para siswa menangkap maksud dari soal tersebut (meskipun agak bias) dan dapat memilih jawaban dengan tepat. Para siswa dalam pemahaman sejarah dua pergerakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia sudah sangat faham dengan ikon para pendirinya, dimana Muhammadiyah oleh KH Akhmad Dahlan sedangkan nahdlatul Ulama oleh Hasyim Asy’ari. Meskipun dengan soal dengan narasi  “labirin”, mereka dapat menangkap inti dari soal yang diberikannya.
Mungkin jika saya yang membuat soal pada nomor 34 tersebut bunyinya seperti ini “Semangat perjuangan membela Islam dan bangsa Indonesia tertancap kedalam sanubari para tokoh pejuang waktu itu, perjuangan tersebut termotivasi dengan Seruan Resolusi Jihad. Perjuangan ulama besar KH Akhmad Dahlan telah menorehkan “tinta emas”  dan berhasil mendirikan organisasi keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan dan dakwah Islam, Organisasi masa besar di Indonesia ini dikenal dengan sebutan?”  sayangnya saya bukanlah orang yang membuat soal yang saya yakin bahwa untuk membuat soal HOTS dalam materi sejarah sangat sulit, karena sejarah bukan hanya untuk dikenang, namun ada nilei kebanggaan tersendiri, ada nilai semangat tersendiri dan entah nilai apa lagi.
Saya salut dengan anak anak yang berhasil mengurai makna dari soal yang bias tersebut. Saya yakin mereka anak anak hebat yang sejak sekolah sudah dibiasakan mengerjakan, mencverna dari soal yang sulit, bahkan banyak yang tidak memahami sitilah ujian ujian yang diterapkannya. Mungkin orang tua ngertinya anaknya sedang mengikuti ujian. Mereka “banyak” yang tidak menanyakan apakan ujian yang dilakukan anaknya USBN, UAMBN, UAMBD maupun UN. Mereka hanya mengerti bahwa anaknya mengikuti ujian dan berharap mendapatkan nilai yang memuaskan.

“Resolusi Jihad” dan KH. Akhmad Dahlan
Beberapa inbox dan Japri yang saya terima, serta beberapa status di media online terkait pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis komputer (UAMBN-BK) untuk Mata Pelajartan Sejarah Kabudayaan Islam (SKI) dianggap membingungkan. Bahkan ada yang menganggap kesengajaan untuk mengaburkan nilai nilai sejarah, karena ada yang “tidak sesuai” dengan sejarah yang “sudah disepakati” kebenarannya. Saya tidak menyalahkan yang menyalahkan soal yang belum tentu sengaja disalahkan tersebut, karena saya bukan pembuat soal. Saya hanya kebetulan menjadi panitia Rayon yang salah satu tugasnya melakukan monitoring pelaksanaan UAMBN-BK. Saya hanya memastikan pelaksanaan ujian berjalan normal, dan tidak ada kaitan dengan isi ujian yang dilaksanakan oleh siswa MTs yang penuh semangat. Mereka sangat bangga sekolah di MTs dimana seluruh Ujian akhir yang dilaksanakan dilembaganya semua berbasis komputer, dimana lembaga lain yang setara belum semuanya berbasis komputer.
Soal soal dengan pilihan ganda tidak ada alternative lain selain memilih jawaban yang sudah disesiakan, meskipun dimungkinkan adanya jawaban yang “nyaris sama” dimana pembuat soal dapat memberikan bobot nilai dari jawaban yang diberikan, namun secara umum para pembuat soal hanya  memberikan alternatif benar atau salah atas jawaban yang diberikan para siswa.
Para siswa dibiasakan mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan sangat tinggi, Higher Order Thinking Skills (HOTS) hal ini dimaksudkan agar siswa tersebut terbiasa menyelesaikan masalah masalah, dapat menyimpulkan sebuah narasi dan menjawabnya dengan tepat. Dan hal ini kadang membingungkan kita yang “pengetahuannya” sangat luas, karena “mungkin” melihat masalah dengan sudut pandang (terlalu) komprehensip. Melihat sebuah narasi dengan melibatkan emosi, sehingga gagal fokus dengan maksud yang disampaikan pembuat soal.
Kita sering terjebat dengan tanda baca, penempatan alinea dan maksud dari sebuah narasi. Meskipun kadang pembuat narasi juga tidak menutup kemungkinan terjebat dengan narasinya sendiri yang membuatnya kesulitan untuk menjawab pertanyaannya sendiri. Narasi yang dibuatnya tidak menutup kemungkinan masuk kedalam jalur “labirin” dan terjebak didalamnya.
Tantangan guru membuat soal dengann kesulitan tinggi tidaklah mudah, diperlukan wawasan luar biasa, karena disamping harus membuat soal yang sulit, juga harus menyediakan jawaban yang menjebak. Hal ini dilakukan agar soal yang dibuatnya menjadi “luar biasa” meskipun soal tersebut soal sejarah dimana yang diperlukan lebih banyak hafalan daripada analisa. Dan sangat luar biasa bagi guru yang dapat membuat soal sejarah dengan analisa yang sangat tinggi hingga membuat yang buka siswa yang diberi soal untuk mengerjakannya ikut berfikir kritis.
Tiga sesi yang saya monitoring dihari terahir materi Sejarah Kebudayaan Islam, kebetulan tidak ada keluhan yang berarti dari siswa. Saya terbiasa menunggu diluar saat ujian, dan masuk keruangan ujian setelah pelaksanaan, saya sangat bangga dengan semangat generasi penerus ini untuk mengikuti ujian hingga tuntas. Mereka sangat rileks dalam mengerjakan soal, “nyaris” tanpa beban. Dan “mungkin” para penyelenggara (termasuk saya) yang “merasa” terbebani dengan ujian ahir yang bermacam macam namanya, ada USBN (ujian Sekolah Berstandar Nasional) ada UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional), UAMBD (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Daerah) dan ada UN (Ujian Nasional).
Saya melihat soal SKI nomor 34 tersebut sebagai soal dengan bobot HOTS (Higher Order Thinking Skills). Meskipun menurut saya pribadi ada penempatan tanda baca yang perlu disempurnakan. Namun saya yakin para siswa menangkap maksud dari soal tersebut (meskipun agak bias) dan dapat memilih jawaban dengan tepat. Para siswa dalam pemahaman sejarah dua pergerakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia sudah sangat faham dengan ikon para pendirinya, dimana Muhammadiyah oleh KH Akhmad Dahlan sedangkan nahdlatul Ulama oleh Hasyim Asy’ari. Meskipun dengan soal dengan narasi  “labirin”, mereka dapat menangkap inti dari soal yang diberikannya. Begitu juga dengan tokoh yang menggelorakan Resolusi Jihat yang memantik peristiwa heroik 10 Nopember di Kota Surabaya.
Mungkin jika saya yang membuat soal pada nomor 34 tersebut bunyinya seperti ini “Semangat perjuangan membela Islam dan bangsa Indonesia tertancap kedalam sanubari para tokoh pejuang waktu itu, perjuangan tersebut termotivasi dengan Seruan Resolusi Jihad. Perjuangan ulama besar KH Akhmad Dahlan telah menorehkan “tinta emas”  dan berhasil mendirikan organisasi keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan dan dakwah Islam, Organisasi masa besar di Indonesia ini dikenal dengan sebutan?”  atau seperti ini “Semangat perjuangan membela Islam dan bangsa Indonesia tertancap dalam sanubari ulama besar yang telah menorehkan “tinta emas”  dengan menyerukan Resolusi jihad dan berhasil mendirikan organisasi keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan dan dakwah Islam, Organisasi masa besar di Indonesia ini dikenal dengan sebutan?”  sayangnya saya bukanlah orang yang membuat soal yang saya yakin bahwa untuk membuat soal HOTS dalam materi sejarah sangat sulit, karena sejarah bukan hanya untuk dikenang, namun ada nilei kebanggaan tersendiri, ada nilai semangat tersendiri dan entah nilai apa lagi.
Saya salut dengan anak anak yang berhasil mengurai makna dari soal yang bias tersebut. Saya yakin mereka anak anak hebat yang sejak sekolah sudah dibiasakan mengerjakan, mencverna dari soal yang sulit, bahkan banyak yang tidak memahami sitilah ujian ujian yang diterapkannya. Mungkin orang tua ngertinya anaknya sedang mengikuti ujian. Mereka “banyak” yang tidak menanyakan apakan ujian yang dilakukan anaknya USBN, UAMBN, UAMBD maupun UN. Mereka hanya mengerti bahwa anaknya mengikuti ujian dan berharap mendapatkan nilai yang memuaskan.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog