Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Ketapang Siaga! Forkopimda Jatim Datangi Pelabuhan Jelang Arus Mudik dan Penutupan Nyepi

Banyuwangi, (Warta Blambangan) 28 Maret 2025 – Langit Ketapang sore ini diselimuti semangat kesiapsiagaan. Di tengah desiran angin Selat Bali, deretan seragam kebesaran Forkopimda Jawa Timur membanjiri Pelabuhan ASDP Penyeberangan Ketapang. Bukan tanpa alasan, inspeksi mendadak (sidak) ini digelar demi memastikan kesiapan infrastruktur menghadapi gelombang pemudik yang segera memuncak.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, berdiri tegak di barisan terdepan, ditemani Kapolda Jatim Irjen Pol Drs Nanang Avianto, M.Si, Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra, Dandim 0825, Danlanal Banyuwangi, serta pejabat lainnya. Mereka tak sekadar datang untuk seremoni, tetapi benar-benar menyisir setiap sudut pelabuhan, memastikan segalanya siap sebelum penyeberangan ditutup sementara akibat perayaan Hari Raya Nyepi. 


"Mulai pukul 17.00 WIB hari ini, Pelabuhan Ketapang akan berhenti beroperasi hingga 30 Maret 2025 pukul 06.00 WIB. Kami mengimbau masyarakat untuk menyesuaikan jadwal perjalanan agar tidak terjebak antrean panjang," tegas Gubernur Khofifah, suaranya lantang menggema di tengah deru kapal yang bersiap angkat jangkar.

Sementara itu, Kapolda Jatim menegaskan bahwa pihaknya telah mengerahkan personel ke berbagai titik strategis. "Kami tidak ingin ada kemacetan parah di jalur menuju pelabuhan. Petugas akan disiagakan di lokasi-lokasi rawan, termasuk mengawal bus dan kendaraan pemudik untuk memastikan keamanan perjalanan mereka," ujarnya.

Tak hanya fokus pada kelancaran arus mudik, Forkopimda juga melakukan ramp check alias uji kelaikan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra menjelaskan, "Kami tidak main-main dalam memastikan keselamatan. Kendaraan yang tak layak jalan akan langsung dilarang beroperasi."

Dari sudut lain pelabuhan, Wakil Bupati Banyuwangi, Ir. H. Mujiono, M.Si., turut mengawasi lalu lintas pemudik. "Puncak arus mudik diprediksi terjadi dalam beberapa hari ke depan. Kami telah menyiapkan langkah antisipasi sejak H-13 hingga H+8 Lebaran," ungkapnya, penuh keyakinan.

Dengan persiapan yang begitu matang, harapannya arus mudik tahun ini bisa berjalan lancar, aman, dan nyaman. Pelabuhan Ketapang, yang menjadi gerbang utama Jawa-Bali, siap menghadapi segala kemungkinan. Para pemudik pun diingatkan: bersiaplah, atur strategi perjalanan, dan pastikan kendaraan dalam kondisi prima.

Karena di Ketapang, tak ada ruang untuk kelengahan. Semua bergerak, semua waspada!

Wisatawan Asing Ramaikan Arus Mudik di Pelabuhan ASDP Ketapang

Banyuwangi +Warta Blambangan) Arus penumpang di Pelabuhan ASDP Ketapang selama musim libur Lebaran 2025 tak hanya dipadati pemudik, tetapi juga wisatawan asing (wisman), terutama dari China, yang hendak berlibur ke Bali. Kehadiran mereka menambah semarak suasana pelabuhan di tengah kepadatan penumpang yang hendak menyeberang ke Pulau Dewata.

Salah satu wisatawan asal China, Huang, mengungkapkan bahwa dirinya akan menghabiskan beberapa hari di Bali bersama teman-temannya. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Bali, mereka telah singgah di Bromo dan Kawah Ijen untuk menikmati keindahan alam Indonesia. 


"Kami sudah beberapa hari ini di Indonesia. Kemarin dari Ijen, dan hari ini melanjutkan perjalanan ke Bali untuk menikmati liburan di sana," ujar Huang saat ditemui di Pelabuhan ASDP Ketapang, Jumat (28/3/2025).

Koordinator Satuan Pelabuhan (Korsatpel) BPTD Ketapang, Bayu Kusumo Nugroho, mengatakan bahwa keberadaan wisatawan asing, termasuk dari China, turut memberikan dinamika tersendiri di pelabuhan. Mayoritas mereka adalah wisatawan backpacker yang bepergian dengan berjalan kaki.

"Hampir setiap hari ada wisatawan asing yang menyeberang ke Bali, dan mayoritas merupakan penumpang pejalan kaki," ungkap Bayu.

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan asing yang memanfaatkan jalur penyeberangan Ketapang–Gilimanuk, suasana di pelabuhan menjadi lebih beragam. Kehadiran mereka tidak hanya menyeimbangkan arus penumpang di musim mudik Lebaran, tetapi juga menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi menarik bagi wisatawan mancanegara.

Kapolresta Banyuwangi Bersilaturahmi dengan Seniman Lintas Generasi

BANYUWANGI (Warta Blambangan) – Memasuki hari ke-25 Ramadan, Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra bersilaturahmi dengan puluhan seniman lintas generasi Banyuwangi. Acara yang berlangsung di Studio One Nada (Wandra), Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring, ini menjadi ajang kebersamaan antara kepolisian dan insan seni.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Bupati Banyuwangi Ir. Mujiono, M.Si., Plt. Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi Taufik Rohman, K.H. Makhrus Ali, pemilik Studio One Nada Wandra, owner Seblang Erwin, serta tokoh agama dan tokoh masyarakat Cluring. 


Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk merangkul para seniman musik yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

"Semua elemen kami rangkul karena selaras dengan tagline Polri untuk Masyarakat," ujarnya.

Lebih lanjut, Kombes Pol Rama menegaskan bahwa Polri hadir untuk semua golongan masyarakat, termasuk seniman.

"Ini merupakan wujud kepedulian Polri kepada masyarakat, khususnya para seniman musik, baik yang masih junior maupun senior," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Kapolresta Banyuwangi juga memberikan penghargaan dan tali asih kepada para seniman sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi mereka dalam menjaga dan mengembangkan budaya Banyuwangi.

"Nilai tali asih ini mungkin tidak seberapa, namun ini adalah bentuk perhatian dan kepedulian Polresta Banyuwangi kepada para seniman," ungkapnya.

Kapolresta juga berpesan kepada para seniman agar tetap adaptif terhadap perkembangan seni global.

"Perkembangan seni kontemporer adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Karena virus budaya global kini sangat mudah diakses, maka tugas kita adalah mengimbanginya dengan tetap menghadirkan seni, budaya, dan adat istiadat lokal agar tidak hilang," pesannya.

Wakil Bupati Banyuwangi Ir. Mujiono, M.Si. turut menyampaikan apresiasinya terhadap langkah Polresta Banyuwangi yang memberikan perhatian kepada para seniman.

"Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berkomitmen untuk memajukan sektor pariwisata berbasis budaya," ujarnya.

Para seniman yang hadir menyambut positif inisiatif Kapolresta Banyuwangi ini sebagai bentuk kepedulian kepolisian terhadap pelaku seni, sekaligus upaya dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Acara yang berlangsung penuh kehangatan ini diakhiri dengan diskusi dan pertunjukan musik dari para seniman Banyuwangi. (*)

Banyuwangi Siapkan Atraksi Budaya dan Destinasi Wisata untuk Pemudik Lebaran 2025

Banyuwangi (Warta Blambangan) Menjelang libur Lebaran 2025, Kabupaten Banyuwangi siap menyambut pemudik dan wisatawan dengan beragam atraksi budaya serta destinasi wisata unggulan. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggandeng berbagai pihak, termasuk rumah makan dan hotel, untuk menghadirkan pengalaman liburan yang berkesan bagi para pengunjung. 


Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, menekankan pentingnya kolaborasi antara pelaku wisata dan seniman dalam menyuguhkan daya tarik khas daerah.

"Berbagai atraksi seni budaya telah disiapkan selama libur Lebaran. Kami juga meminta agar hotel maupun destinasi wisata berkolaborasi dengan seniman untuk menyuguhkan atraksi wisata di tempat masing-masing," ujar Mujiono, Rabu (26/3/2025).

Selain itu, Mujiono mengajak seluruh pelaku wisata untuk memberikan pelayanan terbaik demi menciptakan kesan positif bagi wisatawan.

"Mari berikan kesan yang baik dan menarik kepada para wisatawan agar mereka kembali berkunjung ke Banyuwangi," tambahnya.

Atraksi Budaya Khas Banyuwangi

Sejumlah atraksi budaya khas Banyuwangi siap memeriahkan suasana Lebaran. Salah satunya adalah Barong Ider Bumi, ritual bersih desa yang digelar di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, setiap 2 Syawal. Selain itu, wisatawan juga bisa menyaksikan Tari Seblang Olehsari, tradisi unik di mana seorang penari terpilih menari selama 5-7 hari berturut-turut di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah.

Selain seni dan budaya, wisatawan juga dapat menikmati beragam kuliner khas Banyuwangi yang tersebar di berbagai lokasi.

"Di Banyuwangi, wisatawan bisa menikmati wisata kuliner di sejumlah titik, seperti Fish Market di Pantai Ancol, aneka sajian seafood di Pelabuhan Rakyat Marina Boom, seafood segar di Pantai Blimbingsari, hingga lobster nikmat di Pantai Pulau Merah dengan pemandangan sunset yang memukau," jelas Mujiono.

Kuliner khas Banyuwangi seperti Pecel Pitik, Rujak Soto, Nasi Tempong, dan Pecel Rawon juga dapat dinikmati di berbagai rumah makan di pusat kota. Sementara bagi pecinta makanan pedas, Kecamatan Genteng terkenal dengan sajian ayam pedas khas Banyuwangi.

Destinasi Wisata Alam dari Gunung hingga Pantai

Banyuwangi menawarkan destinasi wisata yang lengkap, mulai dari pegunungan hingga pantai. Salah satu ikon utamanya adalah Gunung Ijen, yang telah menjadi bagian dari jejaring Geopark UNESCO. Di lerengnya, terdapat Taman Gandrung Terakota dengan 1.000 patung terakota penari Gandrung.

Di sisi pantai, wisatawan bisa menjelajahi berbagai lokasi menarik seperti Bangsring Underwater, Grand Watudodol, Pantai Cacalan, dan Pantai Boom Marina yang cocok untuk liburan keluarga. Bagi peselancar pemula, Pantai Pulau Merah bisa menjadi pilihan yang tepat.

Sementara bagi pencinta alam, Pantai Sukamade di ujung selatan Banyuwangi menawarkan pengalaman konservasi penyu di tengah suasana yang masih alami.

Mujiono menegaskan bahwa kesiapan seluruh pihak sangat penting demi kenyamanan wisatawan.

"Semua harus bersiap. Jaga kebersihan, kenyamanan, dan keamanan wisatawan agar mereka betah dan ingin kembali," tambahnya.

Di akhir acara, Mujiono mengapresiasi peran aktif para pelaku wisata, seniman, dan budayawan yang terus berkontribusi dalam pengembangan sektor pariwisata Banyuwangi. Ia berharap sinergi ini semakin memperkuat daya tarik Banyuwangi sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia. (*)

TPG 318 Guru PAI PNS dan PPPK Banyuwangi Cair Sebelum Idul Fitri

Banyuwangi  (Warta Blambangan) Kabar gembira bagi 318 Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) PNS dan PPPK di Kabupaten Banyuwangi. Sebelum berakhirnya bulan Ramadan, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi melalui Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) telah menyelesaikan pencairan Tunjangan Profesi Guru (TPG) untuk periode Januari dan Februari 2025.

Kepala Seksi PAIS, H. Zaenal Abidin, S.Ag., M.Ag., menyampaikan bahwa pencairan dilakukan pada Selasa, 25 Maret 2025, dengan total anggaran sekitar Rp2,3 miliar. Tunjangan ini diperuntukkan bagi Guru PAI di bawah naungan Pemerintah Daerah, Guru DPK Kemenag, serta Pengawas PAI. 


"Pencairan TPG ini merupakan hasil kerja keras tim di Seksi PAIS, yang memastikan seluruh proses administrasi berjalan dengan baik. Meski ada kendala seperti keterlambatan pengunggahan berkas, rekening baru bagi penerima baru, serta rekening tidak aktif, semua dapat diselesaikan berkat koordinasi yang baik dengan tim Keuangan, KPPN, dan Bank BSI sebagai mitra penyalur," ungkapnya.

Pencairan TPG menjelang Hari Raya Idul Fitri ini sangat dinanti para guru, mengingat banyaknya kebutuhan yang harus dipersiapkan untuk menyambut hari raya. Ratma Dwi, operator Siaga yang menangani pencairan TPG, juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kelancaran proses ini.

"Hari Selasa kemarin, tanggal 25 Maret 2025, TPG sudah cair di rekening masing-masing. Alhamdulillah, barakallah... Semoga menjadi berkah bagi para GPAI di bulan suci Ramadan ini," ujarnya.

Dengan pencairan ini, diharapkan para guru dapat lebih tenang dalam menyambut Idul Fitri dan terus bersemangat dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Relokasi Pasar Induk Banyuwangi Sepi Pembeli, Pedagang Terancam Gulung Tikar

Banyuwangi (Warta Blambangan) Menjelang Lebaran Idulfitri 2025, kondisi pasar tradisional biasanya ramai oleh pembeli. Namun, suasana berbeda terlihat di Relokasi Pasar Induk Banyuwangi, yang berada di Jl. RA Kartini (Gedung Wanita). Sejumlah pedagang mengeluhkan minimnya pembeli, bahkan beberapa di antaranya terancam gulung tikar akibat sepinya transaksi.


Ketua Paguyuban Pasar Joko Tole, Agus Hariyono, mengungkapkan bahwa sejak para pedagang dipindahkan ke tempat relokasi, omzet mereka menurun drastis. Ia menyayangkan minimnya perhatian pemerintah terhadap kondisi pasar saat ini.



"Miris mas, banyak pedagang yang gulung tikar setelah pindah ke tempat ini. Dulu pemkab bilang akan mewajibkan belanja di sini tiap tanggal cantik, tapi kenyataannya hanya sekali dilakukan. Sampai sekarang, bupati maupun wakil bupati pun sudah tidak pernah mengunjungi pasar ini," keluhnya pada media, Rabu (26/03/25).


Pedagang Berjuang di Tengah Sepinya Pembeli


Para pedagang pun merasakan dampak besar dari kondisi ini. Bu Sri, seorang pedagang kebutuhan pokok, mengaku seharian belum mendapatkan satu pun pembeli.


"Seharian ini belum dapat penglaris, untungnya masih ada kiriman uang dari anak. Kalau dagangan seperti sayur tidak habis, terpaksa harus dibagikan ke orang lain," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.


Hal serupa dialami Bu Misna, pedagang udang, yang hanya mampu meraup Rp25.000 dari pagi hingga sore. Sementara itu, Bu Ani, yang berjualan pindang, mengaku dulu bisa menjual 50 kg pindang per hari saat masih di Pasar Induk, namun kini 20 kg saja butuh dua hari untuk terjual.


Bu Lis, yang memiliki usaha selep kelapa sekaligus merawat anak yatim piatu, bahkan lebih terpukul. Ia mengaku hampir tidak memiliki pembeli dalam sehari, sehingga kelapa yang sudah dikupas sering kali menjadi tak layak jual.


"Kadang sehari tidak ada pembeli sama sekali. Hutang di bank harian makin menumpuk, sedangkan hasil jualan kadang cuma dapat Rp5.000 sehari," tuturnya.


Proyek Pasar Induk Masih 30%, Diprediksi Molor


Sementara itu, pembangunan Pasar Induk Banyuwangi yang ditangani oleh PT. Lince Romauli Raya masih dalam tahap pengerjaan dan baru mencapai 30%. Pihak kontraktor sebelumnya menargetkan proyek ini selesai pada Oktober 2025, namun beberapa ahli menilai target tersebut sulit tercapai.


Ahli bangunan Andi Purnama, S.T., mengungkapkan bahwa kondisi proyek saat ini tidak menunjukkan progres signifikan.


"Melihat kondisi di lapangan, banyak bahan bangunan yang berserakan dan pekerja yang tidak dilengkapi APD. Dengan situasi seperti ini, kemungkinan besar proyek tidak akan selesai tepat waktu," ujarnya.


Dengan kondisi pasar yang sepi dan proyek yang masih jauh dari rampung, pedagang berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk membantu mereka bertahan hingga Pasar Induk kembali beroperasi penuh.

Menakar Selawat Badar: Sejarah, Budaya, dan Kontroversi di Banyuwangi

 

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Diskusi budaya dan sastra mengenai Selawat Badar yang diselenggarakan di Palinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi menjadi ruang refleksi bagi masyarakat dan akademisi dalam memahami dimensi sejarah, budaya, dan sosial dari sholawat yang telah mendunia ini. Acara yang dikemas dalam bentuk bedah buku karya Ayung Notonegoro tersebut menghadirkan berbagai perspektif, baik dari segi keagamaan, politik, maupun sastra.

Dalam forum yang dihadiri oleh perwakilan Dewan Kesenian Belambangan (DKB), Lentera Sastra Banyuwangi, serta mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Dewa Alit, menegaskan bahwa Selawat Badar telah memperoleh pengakuan resmi dari negara. Presiden Republik Indonesia bahkan menganugerahkan penghargaan Satyalancana kepada penciptanya, KH. Ali Mansur, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam dakwah Islam melalui seni religius.

Namun, di luar pengakuan resmi tersebut, diskusi berkembang lebih luas ke aspek historis dan sosiopolitik yang melingkupi lahirnya Selawat Badar.


Ayung Notonegoro dalam pemaparannya menjelaskan bahwa Selawat Badar diciptakan oleh KH. Ali Mansur pada dekade 1960-an. Beliau merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang NU Banyuwangi serta Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Banyuwangi—sebuah jabatan yang dalam konteks saat ini setara dengan Kepala Kementerian Agama Kabupaten. KH. Ali Mansur juga tercatat sebagai anggota Konstituante yang berperan dalam perumusan dasar negara pasca-kemerdekaan.

Dalam kajian akademik, Selawat Badar dipandang sebagai salah satu bentuk ekspresi keagamaan yang berkembang secara dinamis. Ayung menegaskan bahwa sholawat tidak memiliki aturan baku dalam redaksinya, sebagaimana dibuktikan dengan munculnya berbagai varian seperti Selawat Nariyah, Selawat Munjiyat, dan Selawat Asyghil di berbagai wilayah Nusantara. Namun, keberadaan Selawat Badar di Banyuwangi tidak hanya terkait dengan aspek spiritual, tetapi juga dengan dinamika sosial-politik yang terjadi pada masa itu.

Diskusi kemudian berkembang ke arah yang lebih kompleks ketika sejumlah panelis menyoroti peran Selawat Badar dalam lanskap politik dan kebudayaan lokal Banyuwangi.



Syafaat, Ketua Yayasan Lentera Sastra Banyuwangi sekaligus Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, mengemukakan bahwa penciptaan Selawat Badar tidak dapat dilepaskan dari situasi politik pada masa itu. Ia menyinggung bagaimana persaingan ideologi antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dan NU turut memengaruhi lahirnya sholawat ini. "Tanpa kiprah KH. Ali Mansur di Banyuwangi, mungkin Selawat Badar tidak akan tercipta," ujarnya.

Sementara itu, Hasan Basri, Ketua DKB, menyoroti dimensi sastra dalam Selawat Badar. Menurutnya, struktur puisi yang digunakan dalam sholawat ini mencerminkan kekayaan sastra Arab yang dipadukan dengan karakteristik budaya Islam Nusantara. "Sholawat ini bukan sekadar doa, tetapi juga sebuah bentuk ekspresi sastra religius yang memiliki kedalaman makna," paparnya.

Menambahkan perspektif yang lebih luas, Iqbal Baraas dari Universitas Islam Ibrahimy Genteng menyoroti bagaimana seni religius di era 1950-1960-an sering kali memiliki keterkaitan erat dengan politik. Ia menyebut bahwa Selawat Badar dapat dilihat sebagai salah satu bentuk seni yang digunakan sebagai alat ekspresi dan bahkan propaganda dalam konteks sosial-politik pada masanya.

Kontroversi dalam diskusi semakin menguat ketika Elvin Hendrata, salah satu peserta, mengajukan pertanyaan kritis mengenai bagaimana Selawat Badar mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan warisan budaya Banyuwangi lainnya. Ia menyinggung keberadaan lagu Genjer-genjer, yang juga lahir di Banyuwangi, tetapi mengalami nasib yang berbeda. "Sementara Selawat Badar kita banggakan, Genjer-genjer dibiarkan tanpa pelurusan sejarah," ungkapnya. Pernyataan ini memicu diskusi lebih lanjut mengenai bagaimana suatu karya seni atau budaya mendapatkan legitimasi dalam narasi sejarah dan politik.

Sebagaimana diketahui, Genjer-genjer adalah lagu rakyat Banyuwangi yang pada masa Orde Lama digunakan sebagai alat propaganda politik dan kemudian dilarang oleh pemerintah Orde Baru. Pernyataan Elvin membuka wacana baru mengenai bagaimana beberapa warisan budaya Banyuwangi mungkin masih berada dalam bayang-bayang glorifikasi budaya lainnya.



Diskusi ditutup dengan pembacaan Selawat Badar secara kolektif serta buka puasa bersama. Namun, berbagai pertanyaan yang mengemuka dalam forum ini masih menggantung, menuntut kajian yang lebih mendalam mengenai posisi Selawat Badar dalam lanskap kebudayaan Banyuwangi.

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Selawat Badar telah menjelma menjadi simbol identitas sosial, politik, dan budaya Banyuwangi. Forum ini menunjukkan bahwa kajian terhadap sholawat tidak hanya terbatas pada aspek teologis semata, tetapi juga perlu memperhitungkan konteks historis, sosiologis, dan politik yang melingkupinya.

Pada akhirnya, diskusi ini menjadi pengingat bahwa warisan budaya bukanlah sesuatu yang statis, melainkan terus berkembang dalam narasi dan interpretasi masyarakatnya. Sejarah, seperti halnya Selawat Badar, selalu terbuka untuk dipahami kembali dari berbagai perspektif.


Berita ini ditulis dengan pendekatan ilmiah dan akademik, menggabungkan aspek sejarah, budaya, politik, dan sastra dalam menganalisis Selawat Badar.

PGRI Prihatin atas Gugurnya Guru di Papua, Desak Perlindungan dan Kesejahteraan

Banyuwangi (Warta Blambangan) Suasana duka menyelimuti dunia pendidikan Indonesia. Kabar gugurnya para guru di Provinsi Pegunungan Tengah, Papua, akibat serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), mengguncang hati banyak pihak. Di tengah tugas mulia mencerdaskan anak bangsa, mereka harus menghadapi ancaman yang merenggut nyawa. 


Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Dr. Drs. H. Teguh Sumarno, M.M., menyampaikan keprihatinan mendalam atas tragedi ini. Baginya, guru adalah garda terdepan peradaban, pilar bangsa yang tak hanya mengajar di ruang kelas, tetapi juga membawa harapan bagi masa depan Indonesia.

"Mereka berbekal buku, alat tulis, dan semangat, bukan senjata. Namun, kini mereka menjadi korban kekerasan yang tak berperikemanusiaan. Kami mendesak pemerintah untuk memastikan perlindungan dan keselamatan bagi seluruh guru, terutama di wilayah rawan konflik seperti Papua," tegasnya.

Tragedi ini semakin menegaskan urgensi perhatian terhadap tenaga pendidik di daerah terpencil. PGRI menyerukan percepatan pengangkatan guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), sebagaimana telah dijanjikan oleh pemerintah. Sebab, kesejahteraan guru adalah kunci utama dalam menjaga kualitas pendidikan, terlebih bagi mereka yang mengabdi di daerah dengan kondisi sulit.

Selain perlindungan dan status kepegawaian, keamanan menjadi aspek yang tak boleh diabaikan. PGRI meminta pemerintah daerah, baik bupati maupun gubernur, untuk lebih serius dalam menjamin keselamatan guru yang bertugas di wilayah konflik.

Kisah salah satu guru yang gugur, berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), semakin meneguhkan bahwa pengabdian tak mengenal batas. Dengan penuh dedikasi, ia meninggalkan kampung halamannya untuk mencerdaskan anak-anak Papua. Kini, namanya terukir sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, yang gugur dalam tugas.

Sebagai bentuk solidaritas, PGRI menyerukan kepada seluruh anggotanya dan masyarakat luas untuk mengibarkan bendera setengah tiang. Ini bukan sekadar tanda belasungkawa, melainkan simbol penghormatan bagi para guru yang telah berjuang dengan segenap jiwa raga mereka.

Di sisi lain, PGRI mengapresiasi langkah pemerintah dalam memberikan tunjangan profesi guru dan dosen secara langsung ke rekening penerima. Namun, organisasi ini juga menekankan bahwa lebih dari sekadar kesejahteraan finansial, yang paling mendesak adalah kepastian keamanan bagi para guru yang bertugas di daerah rawan.

Di akhir pernyataannya, Teguh Sumarno mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus mendukung perjuangan guru dalam membangun negeri ini.

"Doa para guru adalah doa bagi negeri ini. Semoga Indonesia menjadi lebih damai, bermartabat, dan melahirkan generasi penerus yang cerdas serta berkarakter. Masa depan bangsa ini ada di tangan guru-guru yang sejahtera dan terlindungi," pungkasnya.

Banyuwangi Siapkan 27 Masjid sebagai Rest Area Pemudik

Banyuwangi (Warta Blambangan) Kabupaten Banyuwangi menyiapkan 27 masjid sebagai tempat istirahat bagi para pemudik yang melintasi wilayah ini selama musim mudik Idul Fitri 1446 H/2025 M. Masjid-masjid tersebut akan dibuka selama 24 jam dengan fasilitas yang memadai untuk memberikan kenyamanan bagi pemudik.

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyuwangi, dr. Chaironi Hidayat, pada Selasa (25/3/2025), mengatakan bahwa keberadaan masjid sebagai rest area bertujuan untuk membantu para pemudik agar perjalanan mereka lebih nyaman dan aman. 


"Insyaallah, 27 masjid ini memiliki fasilitas yang memadai dan berada di jalur padat, sehingga bisa menjadi tempat istirahat yang nyaman bagi pemudik," ujar Chaironi.

Selain itu, Kemenag Banyuwangi juga menginstruksikan seluruh masjid di kabupaten ini untuk siap menjadi tempat persinggahan bagi pemudik yang membutuhkan. Dengan kebijakan ini, diharapkan pemudik yang melintasi Banyuwangi dapat beristirahat dengan tenang sebelum melanjutkan perjalanan.

Langkah ini sekaligus menjadikan Banyuwangi tidak hanya sebagai jalur perlintasan, tetapi juga sebagai simbol keramahan bagi para perantau yang pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri.

Atap MI Miftahul Ulum II Benculuk Ambruk, Warga Panik!

Banyuwangi (Warta Blambangan) Suara menggelegar tiba-tiba membelah malam, membuat warga Desa Rejosari, Benculuk, Cluring, Banyuwangi, berhamburan keluar rumah! Atap gedung berlantai dua MI Miftahul Ulum II tiba-tiba runtuh pada Senin malam, 24 Maret 2025, sekitar pukul 20.00 WIB, sesaat setelah salat tarawih.

Kejadian mengerikan ini beruntung tidak menelan korban jiwa. Namun, pemandangan puing-puing berserakan dan debu yang mengepul membuat warga gemetar menyaksikan betapa dahsyatnya insiden ini.

Menurut Kepala Madrasah, Abdul Basith, S.Pd.I., tanda-tanda kerusakan sudah tampak sejak awal Maret. Kayu-kayu penyangga mulai bergeser, namun pihak madrasah berencana memperbaiki bangunan setelah Lebaran. Sayangnya, cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir mempercepat kehancuran yang tak terelakkan.

"Kami sudah mengosongkan ruang kelas di bawahnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa," ujar Abdul Basith dengan nada lega, meski wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran.

Saksi mata menyebut, suara dentuman yang ditimbulkan begitu keras hingga membuat beberapa warga mengira terjadi gempa bumi. "Saya sedang duduk di teras, tiba-tiba ada suara 'DUARR!' Keras sekali! Saya pikir rumah saya yang roboh!" ujar seorang warga dengan nada panik. 


Kini, kondisi bangunan yang rusak parah membuat kegiatan belajar mengajar lumpuh total. Pihak madrasah berharap uluran tangan dari pemerintah dan masyarakat agar perbaikan bisa segera dilakukan.

Akankah MI Miftahul Ulum II segera bangkit dari reruntuhan? Atau akankah para siswa terpaksa belajar dalam ketidakpastian? Semua mata kini tertuju ke sana, menunggu tindakan nyata!

Tadarus Budaya Intelektual Muda Nahdlatul Ulama Banyuwangi

Banyuwangi (Warta Blambangan) Langit Banyuwangi berpendar jingga ketika beberapa pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Banyuwangi berkumpul di kediaman H. Mujiono. Senin itu, (24/03/2025), mereka tidak sekadar duduk berbincang, tetapi larut dalam kajian budaya yang mengalir seperti sungai yang membawa hikmah ke muaranya.

Di antara para hadirin, tampak Moh. Husen, seorang penulis yang telah melahirkan beberapa buku, dan Joko Purnomo, seorang pengacara yang juga aktif dalam berbagai organisasi. Keduanya datang bukan hanya untuk mendengarkan, tetapi untuk berbagi dan menyemai gagasan tentang kebudayaan dan tantangan zaman. 


Moh. Husen membuka diskusi dengan sebuah pertanyaan yang membuat ruangan hening sejenak. "Seberapa jauh kita mengenal budaya kita sendiri?" Ia lalu bercerita tentang pentingnya literasi bagi generasi muda NU. Menurutnya, tanpa menulis dan mendokumentasikan kebudayaan, warisan leluhur akan mudah pudar ditelan zaman.

"Budaya adalah identitas kita. Jika ingin tetap relevan dengan perkembangan zaman, kita harus mampu menuliskannya, mendokumentasikannya, dan memperkenalkannya ke generasi berikutnya," ucapnya penuh keyakinan.

Suasana semakin syahdu ketika Syafaat, pengurus ISNU yang juga Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, mulai berbicara. Ia tidak sekadar membahas budaya Islam di Banyuwangi, tetapi juga mengingatkan sebuah fakta sejarah yang sering terlupakan.

"Tahukah kalian bahwa Shalawat Badar pertama kali dikumandangkan di bumi Blambangan ini?" tanyanya. Beberapa peserta tampak terkejut, sementara yang lain mengangguk pelan.

Syafaat melanjutkan, menjelaskan bagaimana lantunan shalawat itu pertama kali menggema di tanah Banyuwangi sebelum akhirnya menyebar luas ke seluruh Nusantara. Baginya, ini adalah bukti bahwa Banyuwangi tidak hanya kaya akan tradisi, tetapi juga menjadi bagian penting dalam sejarah Islam di Indonesia.

Di sudut ruangan, Joko Purnomo mengamati diskusi dengan saksama. Saat tiba gilirannya berbicara, ia menyoroti peran hukum dalam menjaga kelangsungan budaya dan tradisi yang diwariskan oleh para ulama dan leluhur.

"Banyak regulasi yang seharusnya berpihak pada kebudayaan, namun sering kali kurang diperjuangkan. Kita tidak bisa hanya berbicara soal budaya tanpa memastikan ada perlindungan hukum yang menjaganya dari ancaman globalisasi," katanya dengan nada tegas.

Malam semakin larut, tetapi semangat para peserta tak surut. Kajian budaya itu bukan hanya sekadar pertemuan, melainkan ruang refleksi tentang siapa mereka dan ke mana mereka akan melangkah.

Di halaman rumah H. Mujiono, angin berembus lembut, seakan membawa pesan dari masa lalu untuk terus dijaga. Dan di dalam ruangan, percakapan masih berlanjut, menyulam benang-benang pemikiran agar tidak putus di tengah arus zaman.

Cahaya Harapan bagi Penyuluh Agama Islam

Banyuwangi (Warta Blambangan) Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Senin (24/03/2025)  dipenuhi wajah-wajah yang berseri. Puluhan penyuluh agama Islam berkumpul, mengenakan pakaian rapi, membawa harapan dalam dada. Mereka bukan sekadar hadir untuk menerima selembar surat keputusan, tetapi juga untuk mengukuhkan tekad mereka dalam mengemban tugas mulia sebagai penyuluh agama.

Di barisan depan, Mastur, Kepala Seksi Bimas Islam, berdiri tegak, menatap para penyuluh dengan penuh penghargaan. Suaranya tenang namun penuh wibawa saat ia mengingatkan bahwa perjalanan mereka sebagai penyuluh belum selesai.

“Kalian telah dinyatakan lulus sebagai PPPK, namun tugas sebagai penyuluh agama tetap berlanjut. Masyarakat masih membutuhkan kehadiran kalian,” katanya. 


Di sudut ruangan, beberapa penyuluh tampak saling berbisik, mengangguk-angguk setuju. Ada kebanggaan dalam hati mereka, tetapi juga kesadaran bahwa amanah ini bukan hal yang ringan.

Saat giliran Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, menyampaikan pembinaannya, suasana menjadi lebih hening. Kata-katanya tajam namun mengandung nasihat yang dalam.

“Penyuluh agama itu seperti lentera. Cahayanya harus menerangi, bukan malah membakar. Integritas kalian bukan hanya dinilai dari ceramah yang disampaikan, tetapi dari bagaimana kalian hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.

Beberapa penyuluh menunduk, merenungi ucapannya. Mereka tahu, profesi ini menuntut lebih dari sekadar ilmu dan wawasan agama. Mereka harus hadir, mendengar, memahami, dan menjadi teman bagi masyarakat yang butuh bimbingan.

Ketika SK mulai dibagikan, satu per satu penyuluh melangkah maju dengan mata berbinar. Ada yang mengusap sudut mata, ada yang tersenyum penuh syukur. SK itu bukan sekadar dokumen administratif, melainkan simbol perjalanan panjang yang akhirnya mendapatkan pengakuan.

Di akhir acara, seorang penyuluh berbisik kepada rekannya, “Bukan soal besarnya honor, tapi bagaimana kita bisa bermanfaat.”

Keduanya saling tersenyum, lalu berjalan keluar aula dengan langkah yang lebih mantap. Di luar sana, masyarakat menanti mereka—bukan hanya sebagai penyuluh, tetapi sebagai lentera yang membawa cahaya harapan.

Pimred Media Indonesia Times, Idham Holid, Terima Penghargaan dari Kodim 0825/Banyuwangi atas Dedikasi di Dunia Jurnalistik

 

BANYUWANGI  (Warta Blambangan) Pimpinan Redaksi (Pimred) Media Indonesia Times, Idham Holid, menerima penghargaan dari Kodim 0825/Banyuwangi atas dedikasinya dalam mendukung publikasi kegiatan TNI selama satu tahun terakhir. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Mayor Kav Suprapto Kasdim 0825/Banyuwangi, dalam acara Gesah Media Selangkung Pena, yang digelar di Makodim 0825, Jalan RA Kartini, Banyuwangi, pada Minggu (23/03/2025).



Letkol Joko Sukoyo dalam sambutannya mengapresiasi peran insan media, khususnya Media Indonesia Times, dalam menyebarluaskan informasi positif tentang kegiatan Kodim 0825, termasuk program ketahanan pangan, bakti sosial, serta sinergi dengan masyarakat.


"Penghargaan ini kami berikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi Media Indonesia Times, khususnya kepada Idham Holid, yang telah berperan aktif dalam memberikan pemberitaan yang objektif dan membangun. Kami berharap sinergi ini terus berlanjut untuk kemajuan Banyuwangi," ujar Letkol Joko Sukoyo.


Idham Holid menyampaikan rasa terima kasihnya atas penghargaan yang diberikan. Menurutnya, peran media adalah menjembatani informasi antara pemerintah, TNI, dan masyarakat agar tercipta komunikasi yang baik dan kondusif.


"Kami berkomitmen untuk terus memberikan informasi yang akurat dan berimbang. Sinergi dengan berbagai pihak, termasuk TNI, sangat penting dalam membangun kesadaran publik terhadap berbagai isu, terutama di bidang keamanan, sosial, dan ketahanan pangan," kata Idham Holid.


Lebih lanjut, acara Gesah Media – Selangkung Pena juga menjadi ajang diskusi antara TNI, pemerintah daerah, dan insan media untuk memperkuat kolaborasi di berbagai sektor. Dengan adanya ruang diskusi Join Selangkung, diharapkan komunikasi antara Kodim 0825, media, dan masyarakat semakin erat dalam mendukung pembangunan daerah.


Media Indonesia Times akan terus berperan aktif dalam menyajikan informasi yang mendidik, serta menjadi mitra strategis bagi seluruh elemen masyarakat dalam menciptakan Banyuwangi yang lebih maju dan sejahtera.


(Media Indonesia Times – Banyuwangi, 23 Maret 2025)

ISNU Banyuwangi Gelar Pertemuan di Seblang Cafe: Pererat Persahabatan dan Perkuat Sinergi

Banyuwangi– Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Banyuwangi menggelar pertemuan di Seblang Cafe, Singojuruh, pada Minggu (23/03/2025). Acara ini dihadiri oleh seluruh anggota Pengurus Cabang (PC) ISNU Banyuwangi, serta ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) dari berbagai kecamatan.


Ketua Umum PC ISNU Banyuwangi, Abdul Azis, dalam sambutannya menegaskan pentingnya mempererat persahabatan di dalam tubuh ISNU. Menurutnya, kebersamaan yang sudah terjalin harus terus dipupuk agar semakin solid dan memberikan manfaat lebih besar bagi organisasi dan masyarakat.



"Persahabatan di ISNU sangat nampak, dan ini adalah kekuatan utama kita. Oleh karena itu, hubungan baik ini harus terus dijaga dan diperkuat, baik dalam komunikasi maupun dalam kegiatan bersama," ujar Abdul Azis.



Selain menekankan pentingnya persahabatan, Abdul Azis juga mendorong peningkatan kerjasama ISNU dengan Forum Pimpinan Daerah (Forkopimda). Menurutnya, sinergi dengan pemerintah dan stakeholder lainnya sangat penting agar ISNU bisa lebih berkontribusi dalam pembangunan daerah.


"ISNU sebagai organisasi intelektual NU harus mampu mengambil peran lebih besar dalam mendukung kebijakan daerah yang berpihak pada masyarakat. Untuk itu, kemitraan dengan Forkopimda perlu lebih diintensifkan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi," tegasnya.


Ia berharap ISNU dapat menjadi mitra strategis pemerintah dalam menghadirkan program-program yang berorientasi pada kemaslahatan umat.



Dalam kesempatan yang sama, Abdul Azis juga mengingatkan pentingnya regenerasi kepemimpinan di tingkat PAC. Ia menegaskan bahwa PAC yang masa kepengurusannya telah habis harus segera menggelar konferensi anak cabang kecamatan.


"Regenerasi adalah kunci keberlanjutan organisasi. PAC yang sudah habis masa jabatannya harus segera mengadakan konferensi untuk memilih kepengurusan baru agar roda organisasi tetap berjalan dengan baik," jelasnya.


Menurutnya, kepemimpinan yang segar akan membawa semangat baru dalam menjalankan program kerja ISNU di tingkat kecamatan.



Acara ini juga diisi dengan tausiyah yang disampaikan oleh Dr. Abdul Qadir, perwakilan PAC ISNU Genteng yang juga guru di MTsN 11 Banyuwangi. Dalam tausiyahnya, ia membahas empat golongana usia yang dirindukan oleh surga satu diantara yg empat hikmah berbagi takjil bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.


"Memberikan takjil bukan hanya sekadar berbagi makanan, tetapi juga menjadi bentuk kepedulian dan amalan yang bernilai pahala besar. Rasulullah mencontohkan bagaimana memberi makanan bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu sendiri," paparnya.


Ia juga mengajak seluruh anggota ISNU untuk aktif dalam kegiatan sosial di bulan Ramadhan, seperti berbagi takjil dan santunan bagi masyarakat yang membutuhkan.


Pertemuan ini berlangsung dalam suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan. Para peserta menyambut baik arahan Ketua Umum PC ISNU Banyuwangi serta tausiyah yang disampaikan. Mereka pun berkomitmen untuk mempererat persahabatan, memperkuat sinergi dengan pemerintah, dan menjalankan amanah organisasi dengan sebaik-baiknya.


Dengan semangat kebersamaan dan komitmen yang kuat, ISNU Banyuwangi optimis dapat terus memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan daerah.

Lentera Sastra: Buka Bersama dalam Cahaya Literasi

Banyuwangi (Warta Blambangan) Senja di Banyuwangi jatuh perlahan, menyapu langit dengan warna jingga yang berpendar lembut. Di sebuah sudut kota, dalam suasana yang penuh kehangatan, Lentera Sastra Banyuwangi menggelar acara buka bersama, Rabu (19/3/2025). Sebuah pertemuan yang lebih dari sekadar berbagi hidangan, tetapi juga merayakan kebersamaan dan kecintaan pada dunia literasi.

Di antara tawa dan sapaan hangat, hadir sosok yang membawa kenangan dan inspirasi: H. Slamet, mantan Kepala Kementerian Agama Banyuwangi. Ia adalah saksi sekaligus bagian dari awal mula Lentera Sastra. Kehadirannya seperti menghidupkan kembali jejak-jejak awal komunitas ini, ketika semangat menulis mulai dikobarkan, dan mimpi-mimpi literasi mulai dirajut. 


Dalam ruangan yang sarat dengan cerita, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, memberikan apresiasinya. Baginya, Lentera Sastra bukan sekadar komunitas, melainkan pergerakan yang membanggakan. Ia mengutip kata-kata H. Slamet tentang bagaimana Al-Qur’an dimulai dengan perintah "Iqra"—bacalah. Maka, menulis dan membaca bukan hanya kebiasaan, tetapi juga ibadah.

"Lentera Sastra ini luar biasa. Ia menjaga api literasi tetap menyala di Banyuwangi. Dan saya percaya, setiap gerakan literasi yang tulus pasti menjadi sesuatu yang berharga di mata Allah," ucapnya dengan penuh keyakinan.

Suasana semakin cair ketika Chaironi mengungkapkan kisahnya tentang puisi. Siapa sangka, Lentera Sastra membuatnya harus berhadapan dengan bait-bait kata, sesuatu yang awalnya terasa asing.

"Awalnya saya tidak bisa menulis puisi, tapi karena ‘the power of kepepet’, akhirnya jadi juga," ujarnya, disambut gelak tawa hadirin.

Di antara obrolan dan berbagi kisah, Herni Nilawati, sang tuan rumah, memastikan setiap tamu merasa nyaman. Sementara itu, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, Syafaat, menyampaikan rasa syukur atas dukungan yang terus mengalir. Baginya, menulis bukan hanya soal merangkai kata, tetapi juga perjuangan dalam membangun pemikiran dan budaya membaca.

Magrib pun tiba. Saat adzan berkumandang, sejenak semua larut dalam doa, dalam syukur yang tak terucap. Hidangan berbuka tersaji, dinikmati dalam kebersamaan yang lebih dari sekadar makan bersama.

Di penghujung acara, Lentera Sastra sekali lagi membuktikan bahwa literasi bukan sekadar tulisan di atas kertas. Ia adalah cahaya—yang menerangi, menghangatkan, dan menyatukan hati mereka yang mencintainya. Malam pun turun perlahan, tetapi lentera itu akan terus menyala, menerangi jalan panjang dunia literasi di Banyuwangi.

Klinik Didik Sulasmono Rogojampi Berpartisipasi dalam Safari Ramadhan “Bertabur Berkah” Kemenag Banyuwangi

Banyuwangi, (Warta Blambangan) 18 Maret 2025 – Klinik Didik Sulasmono (KDS) Rogojampi turut serta dalam kegiatan Safari Ramadhan yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi di Masjid Jami' Sabilul Muttaqien, Dusun Sendangrejo, Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo, Selasa (28/03/2025) Acara yang mengusung tema Bertabur Berkah ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat dan menjadi momentum penting untuk mempererat hubungan sosial serta memperdalam nilai-nilai keagamaan di bulan suci Ramadhan. 


Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan Safari Ramadhan ini bertujuan untuk menyebarkan keberkahan kepada masyarakat. “Safari Ramadhan kali ini mengusung tema ‘Bertabur Berkah’, di mana kami berharap kegiatan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran beragama dan membangun kedekatan antar sesama dalam menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan,” ujarnya.

Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan, termasuk tausiah agama, santunan bagi anak yatim dan kaum dhuafa, serta pemeriksaan kesehatan gratis yang difasilitasi oleh Klinik Didik Sulasmono Rogojampi. Kehadiran layanan kesehatan ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat yang antusias memanfaatkan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara cuma-cuma.

Pimpinan Klinik Didik Sulasmono Rogojampi, Diah Fitrianingsih menyampaikan bahwa keterlibatan pihaknya dalam kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat. “Kami ingin berkontribusi dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama di bulan Ramadhan ini. Dengan adanya pemeriksaan kesehatan gratis, diharapkan masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan agar dapat menjalankan ibadah dengan lancar,” ungkapnya.

Pemeriksaan kesehatan yang disediakan mencakup pengecekan tekanan darah, kadar gula darah, serta konsultasi medis ringan. Beberapa peserta yang hadir mengaku sangat terbantu dengan adanya layanan ini. “Alhamdulillah, bisa cek kesehatan tanpa biaya. Ini sangat bermanfaat, apalagi bagi kami yang sudah lanjut usia,” ujar salah satu warga yang hadir.

Selain aspek kesehatan, Safari Ramadhan ini juga menjadi ajang silaturahmi antara jajaran Kementerian Agama, tokoh agama, serta masyarakat setempat. Tausiah yang disampaikan oleh para ulama dalam acara ini mengingatkan tentang pentingnya menjaga kebersamaan, memperbanyak ibadah, serta meningkatkan kepedulian sosial di bulan yang penuh berkah ini.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan selama bulan Ramadhan dapat terus dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi berencana untuk terus menggelar Safari Ramadhan di berbagai wilayah guna semakin memperluas jangkauan manfaat bagi masyarakat.

Acara Safari Ramadhan “Bertabur Berkah” di Masjid Jami' Sabilul Muttaqien ini pun ditutup dengan buka bersama, yang dipimpin oleh salah satu tokoh agama setempat, sebagai bentuk harapan agar keberkahan bulan suci Ramadhan terus mengalir bagi seluruh umat Islam.

Safari Ramadhan Kemenag Banyuwangi: Bertabur Berkah dalam Keindahan Malam Penuh Cinta

Bangorejo (Warta Blambangan) Ramadhan tak sekadar bulan penuh ibadah, tetapi juga saat terbaik untuk menebar kasih sayang dan kepedulian. Dalam suasana yang syahdu, Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi menggelar Safari Ramadhan bertema "Bertabur Berkah" di Masjid Jami' Sabilal Muttaqin, Dusun Sendangrejo, Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo, Selasa (18/03/2025).

Acara ini dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. H. Chaironi Hidayat, S.Ag., MM., Plt. Camat Bangorejo Abdurrahman, S.Sos., M.AP., serta sejumlah tokoh agama dan masyarakat. Tak sekadar mempererat ukhuwah Islamiyah, Safari Ramadhan kali ini juga diwarnai dengan momen-momen penuh kehangatan dan kepedulian yang menyentuh hati. 


Di tengah sejuknya malam Ramadhan, hati para hadirin tersentuh saat puluhan anak yatim piatu menerima santunan. Senyum bahagia mereka menyiratkan ketulusan, seolah menggambarkan betapa Ramadhan adalah bulan penuh kasih sayang.

"Sungguh indah melihat kebahagiaan di wajah mereka. Semoga sedikit bantuan ini menjadi berkah, bukan hanya bagi mereka, tetapi juga bagi kita semua yang hadir," ungkap Dr. Chaironi Hidayat dengan suara penuh ketulusan.

Di sudut lain, tim medis dari KDS Rogojampi sibuk memberikan layanan pemeriksaan kesehatan gratis. Suasana haru terasa saat seorang lansia berusia 70 tahun bernama Mbah Karimah dengan mata berkaca-kaca mengucapkan rasa syukurnya.

"Saya tak menyangka bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan tanpa biaya. Alhamdulillah, ini berkah Ramadhan," katanya lirih.

Malam semakin larut, tetapi semangat kebersamaan tak pudar. Plt. Camat Bangorejo, Abdurrahman, S.Sos., M.AP., menekankan pentingnya Safari Ramadhan sebagai sarana membangun silaturahmi dan kepedulian sosial.

"Ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi wujud cinta kita kepada sesama. Dengan berbagi dan saling menguatkan, Ramadhan menjadi lebih bermakna," ujarnya.

Sementara itu, H. Yusron Suhaimi, Kepala KUA Bangorejo, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi teladan bagi daerah lain dalam memperkuat kebersamaan.

"Dalam Ramadhan, cinta bukan hanya tentang hubungan antarindividu, tetapi juga cinta kepada sesama, kepada mereka yang membutuhkan," tuturnya.

Safari Ramadhan kali ini tak sekadar menjadi pertemuan biasa, tetapi lebih dari itu—sebuah perjalanan spiritual yang mempertemukan hati dalam satu frekuensi cinta dan kepedulian. Malam itu, Masjid Sabilal Muttaqin tak hanya menjadi saksi doa-doa yang dipanjatkan, tetapi juga kehangatan kasih sayang yang berpendar di hati setiap insan.

Dan di penghujung acara, dalam remang cahaya lampu masjid yang berpadu dengan sinar bulan, semilir angin membawa doa dan harapan: semoga Ramadhan ini benar-benar membawa berkah bagi semua.

Senja Berbagi Ramadan di Gerbang Kemerdekaan Agama

Banyuwangi (Warta Blambangan) Senja merangkak turun di langit Banyuwangi, memulas cakrawala dengan warna jingga yang teduh. Di depan kantor Kementerian Agama Banyuwangi, embusan angin sore membawa kehangatan kebersamaan. Hari itu, Senin (17/3/2025), pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag Banyuwangi menggelar aksi berbagi takjil, menebarkan kebaikan di bulan suci Ramadan. 


Di tepi jalan, deretan tangan lembut ibu-ibu pengurus DWP membagikan ratusan paket takjil kepada para pengendara yang melintas. Senyum mereka mengalirkan ketulusan, seperti embun yang menyejukkan dahaga di musim kemarau. "Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, kami ingin berbagi kebahagiaan dengan masyarakat, khususnya para pengguna jalan yang mungkin tidak sempat berbuka di rumah," tutur Siti Qudsiyah Chaironi, Ketua DWP Kemenag Banyuwangi.

Para pengendara, yang sebelumnya tergesa dalam perjalanan, seketika melambatkan laju kendaraan. Ada yang menerima sekotak takjil dengan senyum, ada yang mengucap terima kasih dengan mata berbinar. Mereka adalah wajah-wajah yang lelah, yang mungkin seharian bekerja tanpa sempat berpikir tentang sekotak kudapan berbuka. Tapi hari itu, di depan kantor Kemenag, ada tangan-tangan yang peduli, yang membagikan lebih dari sekadar makanan—tetapi juga kehangatan dan perhatian.

Langit semakin temaram. Adzan magrib yang sebentar lagi berkumandang seolah menjadi saksi bisu bahwa kebersamaan adalah bahasa universal yang dapat dirasakan siapa saja. Takjil-takjil yang terbagi bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menyatukan hati dalam keberkahan Ramadan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan berbagi takjil ini menjadi agenda rutin DWP Kemenag Banyuwangi. Sebuah wujud nyata bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa kepedulian. Ramadan adalah tentang memberi, seperti embun yang setia meneteskan kesejukan bagi siapa pun yang melewati pagi.

Ketika takjil terakhir berpindah tangan, langit pun mulai pekat. Namun, di hati para pengurus DWP dan masyarakat yang menerima, cahaya kebaikan tetap menyala. Semoga senja berbagi ini menjadi inspirasi, agar kebaikan tak hanya mengalir di bulan suci, tetapi juga di sepanjang kehidupan.

Cahaya Temaram, Kebersamaan Buka Bersama Tak Padam

Banyuwangi (Warta Blambangan) Langit senja menaburkan warna keemasan di halaman Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Angin lembut berbisik di antara pepohonan dan lampu bergantunan, seakan turut menyampaikan doa dalam keheningan. Di bawah cahaya temaram, ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN) berkumpul dalam satu kebersamaan, duduk melingkar beralaskan daun pisang. Senin, 17 Maret 2025, mereka merajut kembali benang-benang persaudaraan dalam sebuah buka bersama yang sederhana, namun penuh makna. 


Di hadapan mereka, terhidang menu yang mengingatkan pada masa lalu: terong bakar dan ikan asin. Bukan sajian mewah, tetapi justru dalam kesederhanaannya, ia menyimpan kehangatan. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, menyapu pandangannya ke seluruh peserta dengan senyum penuh arti.

"Dulu, di pesantren, kami makan bersama seperti ini. Tak ada kemewahan, hanya kebersamaan yang menguatkan hati. Makanan sederhana ini bukan sekadar hidangan, tetapi simbol kesejatian persaudaraan," ucapnya, suaranya bergetar membawa kenangan.

Sore itu, bukan hanya ASN muslim yang hadir. ASN non-muslim pun duduk dalam lingkaran yang sama, menyatu dalam harmoni. Tidak ada sekat, tidak ada batas. Mereka berbagi tawa, berbincang dengan penuh keakraban. Seperti angin yang menyejukkan tanpa memandang siapa yang merasakannya, kebersamaan ini hadir tanpa syarat.

Sebelum azan magrib berkumandang, aula bawah kantor telah lebih dulu dipenuhi lantunan ayat-ayat suci. Khataman Al-Qur’an bergema, mengalun dari bibir ratusan peserta yang khusyuk melafalkan firman-Nya. Suara mereka berpadu, membentuk irama yang menenangkan, menyejukkan jiwa. Dalam satu hari, total khataman mencapai angka yang luar biasa—1.446 kali.

Ketika akhirnya waktu berbuka tiba, mereka menyentuh hidangan dengan penuh syukur. Tidak ada sendok, tidak ada piring mewah, hanya tangan-tangan yang saling meraih, berbagi, dan menguatkan. Dalam kebersamaan itu, tidak ada yang merasa lebih tinggi, tidak ada yang merasa lebih rendah. Semua duduk sejajar, seolah menegaskan bahwa kebersamaan bukan soal status, melainkan hati yang saling terikat.

Sebelum santap bersama, doa pun dipanjatkan. Di bawah langit yang mulai meremang, mereka bersimpuh, mengharap keberkahan. Lampu-lampu temaram menyaksikan, sementara cahaya dari hati mereka tak pernah redup.

Kesederhanaan senja itu menjadi pelajaran berharga—bahwa kebersamaan tidak membutuhkan kemewahan, melainkan ketulusan. Seperti cahaya lilin kecil namun memberi terang, kebersamaan yang ikhlas akan selalu menyinari, tak peduli seberapa gelap malam datang. (syaf).

Musrenbang Banyuwangi 2025: Menata Pembangunan, Memperkuat Kolaborasi

Banyuwangi (Warta Blambangan) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2025 pada Senin, 17 Maret 2025. Acara ini menjadi ajang strategis dalam menentukan arah pembangunan Banyuwangi ke depan, dengan dihadiri oleh Muspida Banyuwangi, seluruh Camat se-Banyuwangi, perwakilan kelompok masyarakat, serta pemerintah kabupaten tetangga seperti Jember, Bondowoso, Situbondo, Jembrana, Buleleng, dan Klungkung. Tak hanya itu, para Kepala Desa dan berbagai instansi di Banyuwangi turut mengikuti acara ini secara daring melalui Zoom.

Dr. H. Akh. Jazuli, SH., M.SI., Asisten Administrasi Umum Sekda Provinsi Jawa Timur, hadir sebagai keynote speaker mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dalam paparannya, Jazuli menyoroti pertumbuhan indeks pembangunan di Jawa Timur, dengan Banyuwangi sebagai salah satu kabupaten yang mencatat perkembangan ekonomi yang cukup baik. Suasananya semakin cair ketika Jazuli, yang dikenal sebagai "wong pesantren," menyelingi materinya dengan gaya khas ludrukan. Gelak tawa pun pecah di antara peserta yang semula tenggelam dalam suasana formal.  


Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, dalam sambutannya menyoroti dampak kebijakan efisiensi anggaran dari Pemerintah Pusat. Salah satu dampaknya adalah penundaan program infrastruktur jalan senilai Rp59 miliar. Namun, ia menegaskan bahwa Dana Desa tidak terdampak kebijakan ini. Ipuk mengingatkan pemerintah desa agar tetap berhati-hati dalam pengelolaan anggaran dan fokus pada tiga prioritas utama: pengentasan kemiskinan, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, serta penguatan sektor unggulan seperti pertanian, perikanan, pariwisata, UMKM, dan ekonomi kreatif.

Selain itu, Ipuk menekankan pentingnya pemerataan infrastruktur dasar, pelestarian lingkungan, serta percepatan digitalisasi layanan publik. Ia juga mengajak seluruh aparatur sipil negara (ASN) untuk mengimplementasikan budaya kerja BERAHLAK, yang mencerminkan nilai-nilai berorientasi pelayanan, akuntabilitas, kompetensi, harmoni, loyalitas, adaptasi, dan kolaborasi.

Sementara itu, Ketua DPRD Banyuwangi, Ni’matul Nikmah, menyoroti persoalan penyalahgunaan lahan di lereng Gunung Ijen dan Raung yang berdampak pada bencana banjir serta kerugian bagi masyarakat. Ia juga menyinggung kekurangan tenaga dokter di beberapa Puskesmas, serta banyaknya pejabat kecamatan dan dinas yang masih berstatus Pelaksana Tugas (Plt). "Dan karena Banyuwangi dikenal sebagai daerah dengan prestasi kebersihan, mohon perhatian lebih terhadap pengelolaan sampah," tambahnya.

Di penghujung acara, dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan PT. PLN (Persero) UP3 Banyuwangi. Kerja sama ini mencakup penyediaan infrastruktur dan keandalan suplai energi listrik, serta optimalisasi pendapatan pajak barang dan jasa tertentu atas tenaga listrik di Banyuwangi.

Sebagai bagian dari inovasi layanan publik, Banyuwangi juga meluncurkan program kesehatan masyarakat bertajuk Permata Hati. Program ini bertujuan untuk memastikan setiap ibu yang melahirkan mendapatkan penanganan persalinan dalam 24 jam di setiap Puskesmas dan fasilitas kesehatan desa/kelurahan. Dengan program ini, diharapkan kualitas kesehatan ibu dan anak di Banyuwangi semakin meningkat, seiring dengan upaya pemerintah dalam menciptakan generasi yang lebih sehat dan sejahtera.

Mudik Aman, Lebaran Nyaman: Kapolresta Banyuwangi Turun ke Jalan, Bagikan Helm dan Coklat

Banyuwangi (Warta Blambangan) Langit Banyuwangi berpendar lembut di bawah mentari pagi, menyambut irama lalu lintas yang mulai padat menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Di tengah hiruk-pikuk kendaraan yang berdesakan, Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra, turun langsung ke jalan. Dengan senyum ramah, ia bukan hanya memberi imbauan, tetapi juga menghadirkan perhatian dalam bentuk nyata—helm dan coklat gratis bagi para pengendara roda dua, khususnya mereka yang membonceng anak tanpa perlindungan kepala.

Sabtu, 15 Maret 2025, menjadi hari yang berbeda di sudut-sudut jalanan Banyuwangi. Bukan hanya barisan kendaraan yang mengular, tetapi juga kepedulian yang mengalir dari sosok sang Kapolresta. Melalui berbagai kanal media sosial, pesan keselamatan pun digaungkan—Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, hingga Snack Video menjadi jembatan komunikasi yang menjangkau lebih banyak hati.

"Lonjakan kendaraan saat mudik bisa menjadi ancaman jika kita tidak berhati-hati. Kami mengajak seluruh masyarakat untuk selalu mematuhi aturan lalu lintas demi perjalanan yang aman dan nyaman," ujar Kombes Pol Rama, suaranya tegas namun penuh ketulusan. 


Tak hanya itu, ia mengajak seluruh jajaran kepolisian dan instansi terkait untuk mengemban tugas dengan penuh dedikasi. "Pelayanan yang ramah, cepat, dan responsif adalah kunci. Pastikan setiap langkah kita membawa manfaat bagi masyarakat," lanjutnya.

Di balik setiap helm yang diberikan, terselip harapan agar setiap pemudik tiba dengan selamat di kampung halaman. Di setiap batang coklat yang dibagikan, ada pesan manis bahwa keselamatan adalah bentuk kasih sayang.

“Mari kita pastikan mudik ini bukan hanya perjalanan, tetapi juga kenangan yang nyaman dan penuh kebahagiaan. Bersama, kita wujudkan Lebaran yang aman dan kondusif,” pungkas Kapolresta, sebelum kembali menyapa para pengguna jalan dengan senyum hangatnya.


Perjuangan PGRI untuk Kesejahteraan Guru

Dalam sebuah siaran langsung di salah satu televisi swasta, Ketua PB PGRI, Teguh Sumarno, menyampaikan rasa bangga dan bahagia atas perhatian Presiden terhadap profesi guru. Melalui sambungan virtual pada Sabtu, ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, khususnya Pasal 7 hingga Pasal 14.

"Seperti yang disampaikan Mas Ujang tadi, guru dalam perjuangannya mengajar, mendidik, dan membimbing memiliki peran yang sangat penting dalam tanggung jawab pembelajaran," ujar Teguh.

Ia menambahkan bahwa PGRI telah lama memperjuangkan agar tunjangan profesi guru dapat langsung disalurkan ke rekening masing-masing guru. Perjuangan ini akhirnya membuahkan hasil dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang mulai Maret ini merealisasikan pencairan tunjangan secara langsung. Meskipun jumlahnya tetap sama, mekanisme baru ini dianggap lebih efektif dan memberikan kepastian bagi para pendidik.

"Pak Prabowo dan Mas Gibran memiliki komitmen untuk merealisasikan pencairan langsung ke rekening guru mulai Maret ini. Ini merupakan kebanggaan bagi kita semua," katanya. 


Selain itu, PGRI menyoroti kebijakan libur bagi guru pada 21 Maret yang belum diterapkan secara merata di berbagai daerah. Oleh karena itu, para guru mengusulkan agar kebijakan ini dapat diterapkan secara seragam di seluruh Indonesia.

Masalah lain yang disoroti adalah pencairan tunjangan profesi guru yang tertunda sejak Oktober 2023. Dirjen Pendidikan telah menyampaikan bahwa jika tunjangan tersebut tidak cair pada tahun 2024, maka akan dibayarkan pada 2025. Namun, PGRI menekankan pentingnya percepatan pencairan dana agar para guru tidak terus menunggu tanpa kepastian.

Teguh Sumarno juga menyoroti peran guru honorer yang menjadi tumpuan pendidikan di Indonesia. Dalam kebijakan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), jumlah guru honorer jauh lebih banyak dibandingkan guru PNS yang telah lama mengabdi. Oleh karena itu, PGRI meminta pemerintah untuk memastikan kesejahteraan para guru honorer serta memperbaiki pola kebijakan yang lebih adil bagi mereka.

Selain itu, PGRI mengusulkan perhatian lebih pada guru-guru TK serta anggaran pendidikan yang lebih seimbang dan merata, terutama bagi institusi di bawah Kementerian Agama. Teguh menekankan bahwa kesejahteraan dosen di perguruan tinggi swasta juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesenjangan dengan dosen di perguruan tinggi negeri.

"PGRI mengusulkan perhatian lebih pada guru TK serta anggaran pendidikan yang lebih merata, terutama bagi institusi di bawah Kementerian Agama," ungkapnya.

Di akhir pernyataannya, Ketua PB PGRI menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Presiden atas kebijakan yang mendukung kesejahteraan guru. PGRI berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah dalam membangun bangsa melalui pendidikan yang lebih baik.

Buka Bersama Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid di Banyuwangi: Menjalin Kebersamaan dengan Masyarakat Kecil

 


Banyuwangi (Warta Blambangan) Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid kembali menggelar kegiatan sahur bersama di Banyuwangi pada Kamis (13/3/2025). Acara yang berlangsung di Pendopo Sabha Swagata ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, tokoh masyarakat, serta para juru parkir dan petugas kebersihan.

Bupati Banyuwangi, Hj. Ipuk Fiestiandani, beserta Wakil Bupati Banyuwangi turut hadir dalam kegiatan ini. Selain itu, tampak pula anggota DPRD, ulama Kabupaten Banyuwangi, serta berbagai organisasi masyarakat. Hadir pula dr. Cinta Mulia Abdurrahman Wahid, yang mendampingi ibunda tercinta dalam kegiatan yang telah menjadi agenda rutin selama bulan Ramadan ini.

Dalam sambutannya, Bupati Banyuwangi menyampaikan rasa hormat dan apresiasinya atas kehadiran Hj. Shinta Nuriyah di Banyuwangi. "Kami mengucapkan selamat datang kembali. Sudah lama sekali Ibu tidak hadir di sini. Alhamdulillah tahun ini kita bisa bersama kembali. Kegiatan sahur bersama ini menjadi momen yang penuh makna, terutama karena melibatkan masyarakat kecil, termasuk perempuan dan anak-anak," ujarnya.

Lebih lanjut, Bupati juga menyoroti pentingnya perlindungan terhadap perempuan dan anak di Banyuwangi. "Kami terus berupaya agar perempuan di Banyuwangi mendapatkan hak dan perlindungan yang layak. Kita ingin memastikan bahwa perempuan dapat berkontribusi dalam membangun generasi yang berkualitas," tambahnya.

Sahur Bersama, Bukan Sekadar Buka Puasa

Dalam kesempatan tersebut, Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menjelaskan bahwa kegiatan yang digelarnya bukan sekadar buka bersama, melainkan sahur bersama.

"Apa yang saya lakukan sore ini bukan buka bersama, tetapi sahur bersama. Karena buka puasa itu maknanya membatalkan puasa, sedangkan sahur bersama ini adalah saat untuk membuka pintu langit di sepertiga malam," ungkapnya. 


Ia juga mengenang kunjungannya tahun sebelumnya di Banyuwangi, di mana ia menggelar buka bersama di Pura Agung Blambangan dan Alas Purwo.

"Saya di Jakarta biasa sahur bersama kuli bangunan di kolong jembatan atau tempat lainnya. Pernah juga sahur di rumah pemulung yang rumahnya dari kardus, serta bersama TKI dan TKW di Hongkong," kenangnya.

Hj. Shinta Nuriyah juga menekankan bahwa Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang majemuk, termasuk di Banyuwangi yang memiliki keberagaman etnis seperti Jawa, Madura, Osing, dan Mandar. Demikian pula dalam hal agama, perbedaan yang ada harus menjadi kekuatan untuk mempererat persaudaraan.

Kegiatan buka bersama ini diakhiri dengan sholat magrib berjamaah, menandai kebersamaan yang erat antara pemerintah, tokoh agama, serta masyarakat kecil di Banyuwangi.

Meniti Jalan Menuju Masa Depan: Bimbingan Remaja di MA Mabadiul Ihsan

Banyuwangi (Warta Blambangan) Mentari pagi menyambut halaman Madrasah Aliyah (MA) Mabadiul Ihsan Karangdoro dengan semangat baru. Hari itu, Selasa (11/03/2025), sebanyak 70 siswa berkumpul dengan penuh antusiasme, mengikuti kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS). Mereka datang dengan harapan, siap menyerap ilmu dan motivasi dari para narasumber yang telah berpengalaman dalam pembinaan keagamaan dan moral remaja.

H. Gufron Musthofa, Kepala KUA Kecamatan Gambiran, berbicara dengan penuh ketegasan, mengingatkan para siswa bahwa karakter yang kuat adalah kunci untuk menghadapi tantangan hidup. Sementara itu, Sulis Nuhriyati Saudiyah, Penyuluh Agama Islam dari KUA Kecamatan Tegaldlimo, menambahkan bahwa menjalani kehidupan dengan nilai-nilai keislaman bukan hanya tentang ritual ibadah, tetapi juga membentuk akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalilatus Saadah, penyuluh lainnya dari KUA Kecamatan Gambiran, mengajak para siswa untuk menjadikan masa remaja sebagai periode emas dalam membangun masa depan. 


Dari bangku peserta, mata-mata muda menyala penuh perhatian. Mereka mendengarkan dengan saksama, seolah mencatat setiap nasihat ke dalam hati mereka. Rohmatullah Dimyati, pengasuh madrasah, membuka sesi dengan sambutan yang menohok. “Remaja harus memiliki tekad kuat untuk meraih cita-cita. Dunia ini penuh dengan godaan, tetapi hanya mereka yang memiliki keteguhan hati yang akan berhasil,” katanya, suaranya bergema di aula madrasah.

Nabil Muhammad, Kepala MA Mabadiul Ihsan, turut memberikan pesan yang dalam. Dengan nada tenang namun penuh makna, ia mengingatkan bahwa perjalanan meraih impian tidaklah mudah. “Perjuangan dan tirakat adalah kunci. Akan ada tantangan—rasa malas, lingkungan yang kurang baik—tetapi dengan tekad yang kuat, kalian bisa melewatinya,” ujarnya.

Seiring berjalannya acara, semangat para siswa semakin menggelora. Kegiatan ini bukan sekadar penyampaian materi, tetapi juga menjadi refleksi bagi mereka tentang arah yang ingin dituju. Dalam hati, mungkin ada yang mulai menetapkan tekad baru, menguatkan langkah untuk tidak mudah menyerah.

Saat acara berakhir, siswa-siswa itu melangkah keluar dengan pikiran yang lebih terbuka. Mereka sadar, perjalanan menuju kesuksesan tidak pernah mudah, tetapi dengan nilai-nilai Islam sebagai pedoman dan semangat pantang menyerah, jalan itu akan lebih terang. Di bawah langit Tegalsari yang teduh, mereka membawa pulang satu pesan: masa depan adalah milik mereka yang berani berjuang.

Kedekatan di Bulan Suci: Kapolresta Banyuwangi Sholat Tarawih dan Tadarus Bersama Warga

Banyuwangi (Warta Blambangan) Malam Ramadhan di Banyuwangi terasa semakin khidmat. Di Masjid Agung Baiturrahman, Senin (10/03/2026)  lantunan ayat suci mengalun, bersahutan dengan lirih doa-doa yang dipanjatkan. Di antara jamaah yang larut dalam ibadah, Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra, S.I.K., M.Si., M.H., hadir bersama jajaran Sat Samapta. 


Mereka tidak sekadar memastikan keamanan, tetapi juga menyatu dengan masyarakat dalam kehangatan sholat Tarawih berjamaah. Sebelum sholat dimulai, para personel kepolisian lebih dulu melakukan pengamanan dan pengaturan lalu lintas di sekitar area masjid. Mereka memastikan setiap jamaah dapat beribadah dengan tenang, tanpa gangguan kemacetan atau kekhawatiran akan keselamatan.

Usai Tarawih, Kapolresta bersama jamaah larut dalam tadarus Al-Qur’an. Malam itu, Al-Qur’an Raksasa yang menjadi ikon religi Banyuwangi kembali dibuka, lembar demi lembar, menyimpan cahaya ilmu yang terus dipelajari dan diamalkan.

"Kami ingin memastikan bahwa masyarakat bisa beribadah dengan aman dan nyaman. Selain itu, ini juga menjadi momen bagi kami untuk lebih dekat dengan warga," ujar Kapolresta dengan senyum yang merekah di tengah kehangatan malam.

Di sekitar masjid, suasana terasa damai. Anak-anak berlarian kecil, para orang tua bersila menikmati obrolan ringan usai tadarus. Di tengah nuansa spiritual itu, kehadiran polisi bukan sekadar simbol keamanan, tetapi juga bagian dari kebersamaan.

Dalam sinergi antara kepolisian dan masyarakat, Ramadhan tidak hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga momentum mempererat silaturahmi, menghadirkan ketenangan, dan merajut harmoni di tengah kehidupan. Dengan semangat Salam Presisi, Polresta Banyuwangi terus berkomitmen menjaga keberkahan di setiap sudut kota.

Boom Marina Banyuwangi Bersiap Sambut Kapal Yacht dengan Layanan Imigrasi Mandiri

Banyuwangi (Warta Blambangan) Di ufuk timur Banyuwangi, mentari pagi menyapa lembut Pantai Boom Marina, Minggu (09/03/2025) Riak ombak memantulkan kilau cahaya ke lambung-lambung kapal yacht yang bersandar. Setiap harinya, dermaga ini menjadi persinggahan kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia, membawa pelaut dan wisatawan yang terpikat oleh pesona Banyuwangi. 


Namun, ada satu kendala yang selama ini harus mereka hadapi: perizinan imigrasi. Kapal-kapal yang datang harus lebih dulu mengurus izin di TPI Tanjung Benoa, Bali, sebelum bisa menikmati keelokan Banyuwangi. Tapi kini, kabar baik datang dari pertemuan antara Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Plt Kepala Kantor Imigrasi Kelas III Banyuwangi, Eko Juniarto.

“Dengan adanya Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Boom Marina, pemilik yacht bisa langsung mengurus perizinan di sini. Ini akan memudahkan mereka dan memberi keuntungan besar bagi Banyuwangi,” ujar Ipuk, Minggu (9/3/2025).

Harapan ini bukan sekadar wacana. Eko Juniarto memastikan pihaknya telah mengajukan permohonan resmi ke Direktorat Jenderal Imigrasi agar Boom Marina bisa menjadi pelabuhan khusus bagi kapal yacht. “Alhamdulillah, kami mendapat dukungan penuh. Semoga dalam waktu dekat SK-nya turun,” ujarnya optimis.

Bukan hanya soal TPI, Kantor Imigrasi Banyuwangi juga tengah merancang berbagai inovasi layanan. Di tahun 2025, mereka akan membuka layanan jemput bola pengurusan paspor bagi pasien yang harus berobat ke luar negeri, membuka layanan paspor di akhir pekan, serta menghadirkan pusat informasi bagi warga asing yang tinggal atau berkunjung ke Banyuwangi.

“Banyuwangi punya banyak event internasional. Kami akan membuka layanan konsultasi keimigrasian dan perizinan bagi orang asing di lokasi acara, agar mereka merasa lebih nyaman,” tambah Eko.

Tak hanya itu, kesadaran masyarakat juga menjadi perhatian. Kantor Imigrasi akan membentuk desa binaan untuk mengedukasi warga tentang pencegahan tindak pidana perdagangan orang.

Banyuwangi terus berbenah. Lautnya yang biru, anginnya yang berhembus pelan di dermaga Boom Marina, kini bersiap menyambut lebih banyak kapal dari belahan dunia. Dan dengan layanan keimigrasian yang lebih mudah, kota ini semakin siap menjadi gerbang wisata maritim kelas dunia.

Senja Ramadan dan Semangat Berbagi di Kalibaru

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Senja menjelang, langit Kalibaru berpendar jingga saat Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI–POLRI (GM FKPPI) Rayon Kalibaru menggelar aksi sosial berbagi takjil. Di depan Kantor Koramil 0825/05 Kalibaru, mereka berdiri berjajar, tangan-tangan mereka sigap menyodorkan 400 bungkus takjil kepada para pengguna jalan yang melintas, pada Minggu (09/03/2025) sore. 


Di tengah hiruk-pikuk kendaraan yang melintas, wajah-wajah penuh semangat para anggota GM FKPPI menyambut setiap senyuman penerima takjil. Ini adalah aksi perdana mereka, lahir dari kepedulian yang tulus untuk berbagi di bulan suci Ramadan. Lebih dari sekadar membagikan es campur, es dawet, dan es buah yang segar, mereka ingin menanamkan nilai sosial di antara anggota dan mengenalkan GM FKPPI sebagai bagian dari masyarakat Kalibaru.

Sejak pukul 15.30 WIB, kegiatan ini telah dimulai. Takjil yang mereka kemas dengan rapi dalam cup plastik itu ludes dalam waktu kurang dari satu jam. Sasmito Eko Hadi, Ketua Rayon GM FKPPI Kalibaru, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.

"Kegiatan ini bukan hanya tentang berbagi, tetapi juga tentang kebersamaan. Kami ingin membuktikan bahwa GM FKPPI tetap eksis dan hadir untuk masyarakat," ujarnya.

Bukan hanya hari ini, GM FKPPI telah merencanakan satu aksi berbagi takjil lagi selama Ramadan. Jika hari ini mereka berada di depan Kantor Koramil, maka di kesempatan berikutnya mereka akan berdiri di depan Kantor Polsek Kalibaru.

Di antara barisan pembagi takjil, beberapa anggota Koramil ikut turun tangan. Serma Zulfadi Lubis, Bati Tuud Koramil 0825/05 Kalibaru, mengaku bangga bisa mendukung kegiatan ini.

"Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias. Ini bentuk sinergi yang baik antara GM FKPPI dan TNI, serta bukti bahwa kepedulian sosial masih terjaga," katanya.

Di pinggir jalan, seorang pengendara bernama Ardiansyah tersenyum lebar sambil menerima segelas es buah. "Kegiatan ini luar biasa. Semoga GM FKPPI terus maju dan semakin dekat dengan masyarakat," katanya, sebelum kembali melaju ke arah senja yang semakin meredup.

Sore itu, di Kalibaru, Ramadan terasa lebih hangat. Tak hanya oleh cahaya matahari yang mulai meredup, tetapi juga oleh semangat kebersamaan dan kepedulian yang terus menyala.

Menepis Tuduhan, LRPPN Banyuwangi Tegaskan Profesionalisme dalam Rehabilitasi LMA


Banyuwangi (Warta Blambangan) Di sebuah ruangan sederhana di kantor LRPPN Banyuwangi, suasana terasa serius namun tetap penuh keterbukaan. Pagi itu, Sabtu (9/3/2025), awak media, Bhabinkamtibmas, Lurah Singotrunan, serta beberapa tokoh masyarakat berkumpul di Jalan Kepiting No. 89, Tukang Kayu Sobo. Mereka datang untuk mendengar langsung klarifikasi dari LRPPN Banyuwangi terkait isu yang berkembang di masyarakat: dugaan pemerasan terhadap keluarga inisial LMA dalam proses rehabilitasi narkotika.

Agus Hariyanto, Humas LRPPN, berdiri di hadapan hadirin dengan nada suara tegas namun tetap santun. “Kami ingin menegaskan bahwa tuduhan pemerasan itu tidak benar,” ujarnya, membuka penjelasan. 


Ia menjelaskan bahwa LMA menjalani proses rehabilitasi sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Dari tes urin hingga komunikasi dengan keluarga, semua tahapan dilakukan dengan transparan. “Kami bukan lembaga yang mencari keuntungan dari penderitaan orang lain. Rehabilitasi ini adalah upaya menyelamatkan LMA, bukan untuk menambah beban keluarganya,” tambah Agus.

Tak hanya sekadar pernyataan, LRPPN pun menampilkan bukti fisik berupa hasil tes urin yang menunjukkan bahwa LMA memang positif menggunakan narkoba. “Kami bekerja profesional, tidak ada unsur pemaksaan ataupun pemerasan. Justru, kami hadir untuk memutus mata rantai penyalahgunaan narkoba di masyarakat,” tegasnya.

Di sisi lain, keluarga LMA yang sebelumnya dikabarkan dimintai sejumlah uang, akhirnya angkat bicara. Salah satu anggota keluarga, yang enggan disebutkan namanya, mengakui bahwa memang ada komunikasi mengenai biaya selama rehabilitasi. Namun, setelah mendapat penjelasan dari pihak LRPPN, mereka memahami bahwa biaya tersebut berkaitan dengan administrasi dan perawatan, bukan bentuk pemerasan seperti yang sempat berkembang di masyarakat.

"Kami sempat merasa kaget, tetapi setelah mendapat penjelasan, kami paham bahwa ini bagian dari prosedur,” ujarnya singkat.

LRPPN Banyuwangi menutup pernyataannya dengan menegaskan komitmennya untuk menjalankan rehabilitasi sesuai aturan yang berlaku. Masyarakat pun diimbau untuk tidak mudah terprovokasi isu yang belum diverifikasi. Lebih dari sekadar meluruskan kesalahpahaman, klarifikasi ini menjadi pengingat bahwa perang melawan narkoba adalah tanggung jawab bersama, dan upaya rehabilitasi adalah jembatan bagi mereka yang ingin kembali ke jalan yang benar.

Di luar ruangan, angin Banyuwangi berhembus pelan. Seiring berita ini tersebar, semoga masyarakat semakin bijak dalam menyikapi informasi, dan yang terpenting, semakin peduli terhadap mereka yang berusaha bangkit dari jerat narkoba. (*)

Tondo Welas: Tanda Cinta Banyuwangi untuk Warga Miskin

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Senja jatuh di Desa Glagahagung. Udara sore membawa kehangatan bagi warga yang berkumpul di balai desa. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, hadir dengan senyum ramah, menyerahkan dokumen kependudukan kepada sejumlah warga yang selama ini terhambat mengakses hak-haknya. Mereka tak perlu lagi repot mengurus sendiri. Semua sudah disiapkan melalui program kependudukan Tondo Welas (Tanda Cinta). 


Di antara mereka, Katini, seorang wanita paruh baya yang hidup sebatang kara, menggenggam erat Kartu Keluarga dan akta kelahirannya. Matanya basah. “Saya tidak bisa mengurus karena tidak ada yang mengantarkan. Terima kasih sekarang sudah dibuatkan,” ucapnya lirih.

Program Tondo Welas hadir bagi warga miskin yang masuk dalam database Unit Gawat Darurat Kemiskinan (UGDK) dan belum memiliki dokumen kependudukan lengkap. Mereka tidak perlu mengajukan permohonan. Petugas dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispenduk) akan datang langsung ke rumah, menerbitkan dokumen yang dibutuhkan, dan mengantarkannya kembali.

"Dokumen kependudukan merupakan hal yang penting untuk melakukan intervensi program pengentasan kemiskinan. Tanpa ini, bantuan sosial, bedah rumah, alat usaha, atau beasiswa akan sulit diberikan," kata Ipuk dalam kegiatan Laju Desa di Kecamatan Purwoharjo, Jumat sore (7/3/2025).

Ipuk menegaskan bahwa program ini juga mendukung Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran yang membutuhkan data kependudukan valid untuk memastikan kebijakan yang tepat sasaran. "Dengan data yang lengkap, berbagai program kesejahteraan bisa lebih optimal," tambahnya.

Plt. Kepala Dispenduk Banyuwangi, Choiril Ustadi, menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan OPD lain untuk menyinkronkan data. "Kita petakan dokumen apa saja yang belum dimiliki, lalu kita terbitkan dan distribusikan lewat desa," ujarnya.

Pada tahap awal, sebanyak 1.289 dokumen sudah diterbitkan, mulai dari KTP, Kartu Keluarga (KK), hingga Kartu Identitas Anak (KIA). "Misalnya, saat warga sakit dan harus dirawat di rumah sakit, mereka tidak perlu khawatir mengurus keringanan biaya karena dokumen mereka sudah lengkap," tambah Ustadi.

Sore itu, satu per satu warga menerima dokumen kependudukan mereka. Ada yang tersenyum lega, ada yang terisak haru. Tondo Welas bukan sekadar program administrasi, tapi wujud kasih sayang Banyuwangi bagi warganya. ***

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog